Pembibitan Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi pertanian terpenting bagi Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan akan kebutuhan minyak nabati di dalam negeri. Partisipasi Makin Group sebagai salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit memiliki kontribusi nyata dalam pengembangan ekonomi nasional.

Melihat perkembangan kegiatan perkebunan kelapa sawit Makin Group yang sangat pesat, baik dalam segi perluasan areal maupun dalam sebaran lokasi di seluruh kawasan Nusantara dan mengingat visi Makin, yaitu “Menjadi perusahaan kelas dunia di bidang agro, menjadi perusahaan nomor satu di Indonesia di bidang agro pada tahun 2015, serta memberikan nilai tambah kepada para stakeholder, yakni pelanggan, karyawan, masyarakat, pemegang saham, kreditur dan pemerintah” maka dirasakan perlu adanya suatu buku pedoman perusahaan untuk dipakai oleh staf di lapangan sebagai bahan acuan dari segala kegiatan di bidang manajemen perkebunan kelapa sawit.

Sasaran utama yang harus dicapai dalam mengusahakan perkebunan kelapa sawit adalah memperoleh produksi maksimal dan kualitas minyak yang baik dengan biaya yang efisien. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan standart kegiatan teknis budidaya yang baik, salah satunya adalah pembibitan kelapa sawit. Produksi yang maksimal dapat tercapai apabila tanaman berasal dari bibit yang baik dan sehat serta penerapan teknis budidaya yang benar sesuai dengan standart. Pembibitan kelapa sawit memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pekerjaan. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah bibit yang dapat ditanam di lapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan.

Buku pedoman teknis pembibitan kelapa sawit ini dimaksudkan sebagai bahan petunjuk teknis bagi staf lapangan dan untuk membakukan segala praktek pembibitan kelapa sawit dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dan prosedur kerja di lapangan. Dengan mengacu kepada buku pedoman ini maka para pelaksana di perkebunan, yaitu Kepala Kebun, Asisten Kepala maupun Asisten Afdeling mempunyai keseragaman kebijakan yang konsisten dalam melaksanakan kegiatan pembibitan kelapa sawit.

Patut diperhatikan bahwa buku pedoman teknis pembibitan kelapa sawit ini hanya merupakan alat bukan tujuan akhir. Dengan demikian buku pedoman ini terbuka untuk penyempurnaan selanjutnya, baik akibat pengembangan teknologi maupun saran-saran yang didasarkan atas pengalaman praktis dari setiap staf dan karyawan perusahaan.

Akhirnya kami sampaikan kepada semua pengguna buku pedoman kerja ini agar menggunakan dan memanfaatkan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Jakarta, Pebruari 2003

Sonny S Tjandrahusada
Chief Operating Officer

I.1.2.1. Pendahuluan

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan dan merupakan faktor utama yang paling menentukan produksi per hektar tanaman. Pengelolaan bibit yang dapat menciptakan kualitas bibit yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman dan buah yang baik pula.

Umur tanaman kelapa sawit mulai saat ditanam sampai peremajaan kembali (replanting) dapat mencapai umur ekonomis antara 25-30 tahun. Keadaan ini sangat ditentukan oleh kualitas bibit yang ditanam. Oleh sebab itu teknik dan pengelolaan pembibitan harus menjadi perhatian utama dan serius.

Perhatian : faktor genetik bibit yang jelek yang sudah tertanam beberapa tahun di lapangan sangat sulit (tidak pernah mungkin) direhabilitasi menjadi bibit yang berkualitas baik.

Sebagai contoh bibit abnormal (bibit steril) yang tertanam di lapangan tidak mungkin dapat diubah menjadi tanaman yang normal. Sedangkan faktor-faktor lain (misalnya kesuburan tanah) masih dapat diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.

Didalam teknik dan pengelolaan pembibitan kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik, ada 3 (tiga) faktor utama yang menjadi perhatian, yaitu :

• Pemilihan jenis kecambah/bibit
• Pemeliharaan
• Seleksi bibit.

I.1.2.2. Pemilihan dan Persiapan Areal Pembibitan

I.1.2.2.1. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi untuk pembuatan pembibitan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Berada di tengah-tengah rencana areal penanaman yang mana bibit yang akan di tanam nantinya berasal dari pembibitan yang akan dibuat tersebut.
2. Lokasi harus bebas banjir.
3. Air yang ada di lokasi pembibitan terbebas dari polusi.
4. Terdapat tanah dengan kualitas bagus sehingga memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai pengisi polibag.
5. Lokasi tidak tertutup oleh bayang-bayang dari pohon-pohon hutan atau pohon-pohonan lainnya sehingga dapat menerima sinar matahari penuh. Jarak terdekat dari hutan yang ada di sekitar tempat tersebut minimal 20 m.
6. Terjaga keamanannya dari pencurian maupun serangan pengganggu lainnya seperti dari binatang liar dan lain sebagainya.

I.1.2.2.2. Topografi

Areal yang dipilih bertopografi datar. Apabila mempunyai kemiringan, slope-nya tidak terjal. Mempunyai sumber air yang memadai untuk penyiraman. Dengan kemiringan yang tidak begitu terjal diharapkan apabila dalam kondisi tertentu, misalnya karena kekeringan sehingga persediaan air menipis, dengan topografi yang datar atau landai dimungkinkan air dari penyiraman bibit dialirkan kembali ke sumber air dan digunakan untuk menyiram bibit. Bila hal ini akan dilaksanakan maka yang perlu diperhatikan adalah adanya kandungan herbisida atau zat lainnya yang berbahaya atau menimbulkan dampak negatif bagi bibit.

I.1.2.2.3. Areal

Lokasi yang dipilih harus dipertimbangkan dengan luasan yang mampu untuk menampung jumlah bibit yang akan dihasilkan dari lokasi tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah jarak antar large bag di main nursery nantinya. Selain itu juga harus diperhitungkan keberadaan jalan yang akan digunakan untuk mengangkut bibit. Membuat jalan yang lebar dan mampu untuk dilalui truk besar akan menghemat biaya operasional pengangkutan nantinya walaupun pada saat awal pembuatan membutuhkan biaya yang cukup besar.

I.1.2.2.4. Bentuk Lokasi

Bentuk area pembibitan sebaiknya persegi panjang. Hal ini akan memudahkan perhitungan kebutuhan pipa untuk pembuatan jaringan air penyiraman.Selain itu juga dapat memudahkan perhitungan kebutuhan dan kontrol penggunanaan herbisida, insektisida dan lain-lain.

I.1.2.2.4. Pembersihan Lahan

Setelah batas-batas lokasi pembibitan ditentukan selanjutnya dilaksanakan pembersihan lahan. Pada prinsipnya pembersihan lahan dilaksanakan agar lokasi menjadi rata dan mudah untuk pemasangan pipa air serta dapat untuk menempatkan polibag. Pembersihan lahan mulai dengan kegiatan tebas dan tumbang pohon selanjutnya diratakan dengan menggunakan bulldozer. Kalau memungkinkan dibantu dengan kegiatan pembakaran. Cara pembersihan lahan dilakukan sesuai kondisi yang ada.

Sisa-sisa kayu dari lahan yang dibersihkan diletakkan di luar areal yang tanahnya tidak akan dipakai untuk mengisi polibag. Jangan sampai waktu pengisian polibag ada tanah yang di dalamnya terdapat sisa-sisa potongan kayu.

Bentuk gundukan dan cekungan pada tanah selanjutnya harus diratakan untuk menghindari genangan air yang diakibatkan oleh bentuk-bentuk tersebut.

I.1.2.2.4. Pembuatan Jalan Pembibitan

Ploting dan rencana pembuatan jalan di pembibitan dibuat dengan mempertimbangkan ukuran polibag yang akan di pergunakan, jenis/metode penyiraman yang akan dibuat. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut dapat ditentukan jarak antara ruas jalan satu dengan yang lainnya.

Standart pembuatan jalan di pembibitan pada setiap sisi dari jalan yang dibuat harus dibikin parit-parit untuk drainase air. Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan dan mempengaruhi perencanaan pembuatan jalan di pembibitan, yaitu :
a. Jaringan suplay air utama
b. Pagar
c. Tipe sistem irigasi

I.1.2.3. Sumber Air untuk Pembibitan

I.1.2.3.1. Suplai Air Alami

Apabila di sekitar lokasi pembibitan terdapat danau atau sungai alami yang tidak pernah kering sepanjang tahun dapat dijadikan sumber air untuk penyiraman bibit. Dari tempat tersebut dipasang pipa dan unit pompa air untuk menyedot air. Agar tanah dan pasir tidak ikut terbawa maka di ujung pipa sedot dipasang saringan.
Bila aliran air agak kecil dengan asumsi bila musim kering permukaan air dangkal maka dapat dipasang pembendung yang terbuat dari papan atau bahan lainnya. Pembendung tersebut dapat ditarik dan diturunkan ke bawah. Bila ada hujan dan debet air sungai besar maka pembendung dapat ditarik ke atas. Sebaliknya bila musim kering dan debet air sungai kecil pembendung diturunkan untuk mengumpulkan air.

I.1.2.3.2. Bendungan Alam dan Waduk

Alternatif lain yang dapat digunakan sebagai penghasil/sumber air untuk penyiraman adalah dengan membuat bendungan. Bendungan dibuat dengan cara menutup aliran sungai kecil yang berada di antar dua lembah yang berdekatan. Dengan cara tersebut akan terbentuk danau buatan yang airnya terisi sedikit demi sedikit dari sungai kecil yang ada ataupun dari air hujan yang jatuh dan mengalir kemudian berkumpul karena ada bendungan yang dibuat.

Untuk membuat bendungan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)

Calon lokasi bibitan biasanya masuk dalam catchment area bendungan yang akan dibuat. Hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa air hujan yang mengalir dan akan mengisi bendungan tersebut berasal dari lokasi yang benar-benar bebas dari polutan yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit.

Debet air yang dapat dihasilkan dari bendungan buatan tersebut menentukan besar kecilnya pembibitan dan jumlah bibit yang akan dihasilkan.

b. Posisi Bendungan

Letak dari bendungan sebaiknya di antara dua lembah sempit yang saling berdekatan. Hal yang harus diperhitungkan adalah apabila dam sudah jadi apakah genangan air akan luas dan melebar sehingga menggenangi arael yang direncanakan untuk tempat bibit atau tanaman. Hal ini perlu dihindari. Pada saat membuat bendungan sebaiknya dipikirkan juga pengembangan dari fungsinya untuk keperluan lain seperti untuk pemasok kebutuhan air bagi perumahan karyawan.

Pembuatan bendungan dapat menggunakan bulldozer dan alat berat lainnya. Tanah yang dipergunakan untuk membendung sebaiknya yang teksturnya relatif berlempung.

Areal yang akan menjadi wilayah bendungan harus dibersihkan dari pohon-pohon dan semak-semak serta tonggak-tonggak kayu. Pembersihan dapat dilakukan dengan kegiatan tebas, tebang serta kalau memungkinkan dengan pembakaran. Semua material-material sisa yang ada di areal akhirnya harus ditarik dan dikeluarkan. Kalau diperlukan dapat menggunakan bulldozer.

c. Pipa Pembuang Lumpur

Pipa ini dipasang di dasar bendungan dan sudah diletakkan sebelum menimbun tanah dalam rangka membentuk tembok bendungan. Diameter pipa yang dipergunakan minimal 30 cm dan pada ujungnya diberi penutup. Pipa berfungsi sebagai pembuang lumpur bila ada endapan lumpur yang telah menumpuk di dasar bendungan. Yang lazim dipakai dan terbukti bagus untuk dipergunakan adalah pipa besi yang untuk pengeboran minyak bumi.

d. Lebar Tembok Bendungan

Sebagai pedoman untuk ukuran lebar tembok bendungan adalah setiap 1 meter tinggi air memerlukan tembok bendungan dengan tebal 6 meter. Sehingga seandainya kedalaman air dalam bendungan adalah 3 meter maka tebal tembok bendungan yang diperlukan adalah minimal 18 meter.

Pada saat pembuatan tembok bendungan tanah timbunan benar-benar harus dipadatkan lapis demi lapis. Alat yang biasa digunakan untuk keperluan pembuatan timbunan untuk tembok bendungan adalah bulldozer ataupun exavator.

e. Saluran Pembuangan Air Tumpahan

Apabila tinggi permukaan air bendungan sudah mencapai titik tertentu maka air tersebut harus dibuang. Untuk membuang air tersebut dibuatlah saluran pada tembok bendungan yang letaknya lebih kurang 2 meter dari puncak tembok. Jarak 2 meter tersebut dapat dikurangi disesuaikan dengan kedalaman bendungan. Saluran pembuang berupa kanal yang dibuat di tembok bendungan. Ukuran lebar saluran tersebut ¼ dari lebar tembok bendungan. Saluran pembuang dibuat dari beton.

f. Tindakan Pencegahan Erosi Bendungan

Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya erosi terhadap tembok bendungan, bagian luar ditanami dengan vegetasi tanaman. Dalam hal ini lazim digunakan ilalang dengan ditanam menggunakan kerapatan tinggi. Kemudian untuk tembok bendungan yang kebetulan dialiri oleh air pembuangan (melimpah), tembok tersebut diberi semen dan permukaannya diberi batu-batu biar kuat terhadap pengaruh erosi karena aliran air.

Pengaruh tiupan angin dapat membuat aliran air yang ada di dalam bendungan. Aliran air tersebut bila memukul dinding bendungan dapat menyebabkan erosi di dinding bendungan bagian dalam. Untuk mencegah hal tersebut dibuatlah penghalang agar gelombang air tidak mengenai tembok bendungan. Tembok penghalang terbuat dari kayu yang disusun rata kemudian diikat dengan seling. Susunan kayu yang membentuk dinding tersebut ditat di bagian dalam tembok bendungan. Dengan adanya susunan kayu tersebut gelombang air tidak dapat mencapai tembok bendungan, sehingga tidak terjadi erosi.

I.1.2.4. Pagar Untuk Pembibitan

Apabila di suatu daerah di mana pembibitan kelapa sawit dibangun terdapat gangguan binatang ternak maupun binatang liar maka perlu dibuat pagar. Ada dua jenis pagar yang bisa dipakai untuk pembibitan, yaitu pagar konvensinal berupa pagar yang dibuat dari kawat berduri, kadang-kadang dikombinasikan dengan jaring-jaring kawat dan pagar listrik

I.1.2.4.1. Pagar Konvensional

a. Tipe Pagar

Pagar konvensional yang dibuat untuk mengamankn pembibitan dibuat dengan bermacam-macam variasi tergantung dengan jenis binatang yang diperkirakan akan mengganggu pembibitan. Untuk melindungi pembibitan dari gangguan sapi misalnya, pagar dibuat terdiri dari empat kawat berduri yang direntangkan dengan ketinggian 30 cm, 60 cm, 90 cm dan 120 cm dari atas tanah. Untuk melindungi bibitan dari gangguan babi dan binatang-binatang kecil seperti ayam, tikus dn lain sebagainya pagar terdiri dari rentangan kawat berduri yang dipasang persis di atas permukaan tanah serta pada ketinggian 100 cm dari atas permukaan tanah. Di antara rentangan dua kawat tersebut dipasang jaring-jaring dari kawat.

Pada prinsipnya pembuatan pagar konvensional disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah dengan jenis gangguan binatang yang ada.

Apabila di suatu daerah terdapat material bambu/kayu dan dihitung-hitung lebih ekonomis untuk pengadaan dan pembuatannya untuk dijadikan pagar, maka pagar dapat dibuat dengan menggunakan material bambu/kayu, walaupun kekuatannya kalah bila dibandingkan dengan pagar dari kawat berduri.

b. Tiang Pagar

Tiang untuk pembuatan pagar menggunakan kayu jenis keras. Penggunaan kayu lunak tidak direkomendasikan karena selain kekuatannya kurang keawetannya juga kurang. Lazimnya dalam pembuatan pagar jarak antara tiang satu dengan yang lainnya antara 2,4 meter s/d 3,5 meter. Jarak tersebut tergantung pada bentuk dan ukuran tiang serta berat dari binatang yang dikhawatirkan akan mengganggu pembibitan. Semakin besar dan berat binatang semakin rapat jarak antar tiang.

Tiang ditanam dalam tanah sedalam 50 cm. Untuk tiang-tiang yang berda di sudut atau tempat-tempat lain yang menahan regangan kawat cukup kuat, penanaman tiang sedalam 100 cm. Ada baiknya bila bagian tiang yang ditanam dalam tanah terlebih dahulu diberi bahan pengawet seperti tir, agar tidak dimakan rayap atau serangga lainnya.

c. Pemeliharaan Pagar

Pagar harus jauh dari rimbunan semak atau rumput-rumputan. Hal ini untuk memudahkan pemeriksaan terhadap kondisi pagar. Bila ada tanaman pengganggu yang tumbuh di dekat pagar harus dimatikan. Untuk mematikan tanaman-tanaman pengganggu tersebut dapat menggunakan herbisida.

Pagar terutama tiangnya harus bebas dari genangan air hujan. Oleh sebab itu aliran air hujan di sekitar pagar harus dibuat selancar mungkin.

Kawat harus dijaga kekencangannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tiang-tiang pagar. Apabila tiang pagar berdiri kokoh terutama untuk tiang sudut, maka kekencangan kawat akan dapat dipertahankan. Oleh sebab itu untuk tiang sudut di tanam dalam tanah sampai kedalaman 100 cm. Untuk menambah kekohan dari tiang sudut dapat diberi penopang yang terbuat dari kayu. Penopang dipasang sedemikian rupa agar dapat membantu menahan daya tarik dari regangan kawat. Dan pemasangan penopang ini juga dapat diberikan pada tiang yang bukan tiang sudut apabila pagar cukup panjang rentangannya. Pemasangan tidak pada setiap tiang, namun hanya dipasang pada tempat dengan jarak tertentu.

d. Pintu dan Tangga Pembibitan

Pintu pembibitan sering kali menjadi tempat masuknya binatang penggangu. Hal ini karena kecerobohan karyawan yang membiarkan pintu pembibitan dalam kondisi terbuka. Untuk menghindari hal tersebut untuk keluar masuk karyawan ke dalam lokasi pembibitan dapat dibuat alternatif lain berupa tangga. Tangga dipasang sehingga karyawan dapat masuk ke pembibitan berjalan melalui atas dari kawat pagar. Hal ini juga mempunyai kelemahan karena kemungkinan hewan seperti kambing dapat masuk ke dalam melalui tangga yang ada.

Sering terjadi karyawan masuk ke pembibitan melalui atau memanjat pagar atau dengan menerobos pagar walaupun sebenarnya telah tersedia pintu. Tentunya hal ini dapat membuat kerusakan pada pagar. Apabila hal ini terjadi maka kerusakan segera diperbaiki untuk mencegah kerusakan pagar menjadi lebih parah.

Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah pintu untuk keluar masuk trailer atau kendaraan lainnya harus dalam kondisi tertutup bila tidak dalam keadaan digunakan. Pintu untuk keluar masuk kendaraan dapat dibuat dari kayu maupun dari besi. Apabila pintu tersebut terbuat dari kayu maka perlu diberi bahan pengawet agar tahan terhadap serangan rayap atau hama lainnya. Apabila terbuat dari besi maka perlu dicat untuk mencegah serangan karat.

I.1.2.4.2. Pagar Listrik

Pembuatan dan penggunaan pagar listrik kadang-kadang menjadi alternatif yang terbaik untuk melindungi pembibitan dari serangan mamalia pengganggu. Di Malaysia telah dipraktekkan pembuatan pagar listrik untuk melindungi bibitan. Kawat yang digunakan adalah kawat dengan ukuran kekuatan 250 – 300 lbs. Listrik yang dipergunakan dengan voltase sebesar 0,5 – 0,6 volt untuk pagar yang panjangnya kurang dari 5,2 km. Apabila panjang pagar lebih dari 5,2 km maka listrik yang dipergunakan dengan voltase 0,8 – 0,9 volt. Salah satu alternatif sebagai sumber daya adalah penggunaan sel surya untuk membangkitkan listrik .

a. Struktur pagar

Pagar listrik lebih sedikit menggunakan tiang dibandingkan dengan kabel konvensional. Pagar yang digunakan terbuat dari kayu keras dengan ukuran 5cm x 8 cm. Jarak antar tiang 10 m – 20 m. Untuk tiang sudut ukuran kayu yang dipergunakan lebih besar, yaitu 10 cm x 10 cm.
Kawat dipasang dengan berbagai macam variasi ketinggian :
– 10 cm dari tanah, untuk mencegah gangguan landak
– 25 cm dari tanah, untuk mencegah gangguan babi huatan (kecil)
– 55 cm dari tanah, untuk mencegah gangguan babi hutan (besar)
– 145 cm dari tanah, untuk mencagah gangguan gajah.

b. Pemasangan Sel Surya

Apabila catu daya listrik menggunakan sel surya maka hal yang pertama kali harus diperhatikan adalah bahwa tempat sel surya tersebut dipasang bebas dari naungan terhadap sinar matahari. Pengalaman di Malaysia penggunaan sel surya untuk catu daya tidak banyak menemui hambatan dan hampir sepanjang tahun dapat memasok kebutuhan listrik untuk pagar. Hanya pada saat-saat tertentu sel tersebut kurang berfungsi optimal yaitu pada saat hujan deras sepanjang hari.

Penyediaan charger baterey cadangan dirasa kurang efisien karena rata-rata dalam setahun di Malaysia kurang lebih hanya 5 hari sel surya kurang berfungsi optimal.

c. Pemeliharaan Pagar Listrik

Perlu dijaga agar di sekitar pagar listrik tidak ditumbuhi semak atau rumput-rumputan. Semak atau rumput-rumputan yang tumbuh di sekitar pagar listrik dapat menyebabkan hubungan pendek pada arus listrik. Untuk mencegah tumbuhnya rumput dan semak tersebut dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida. Penyemprotan juga dimaksudkan untuk membentuk jalan setapak yang ada di luar pagar. Dan apabila ada cabang pohon yang jatuh dekat dengan pagar maka perlu dipindahkan agar jauh dari pagar.

Dengan adanya jalan setapak maka akan mempermudah pelaksanaan kontrol terhadap kondisi tiang pagar, kawat dan isolator. Bagian-bagian tersebut harus dipastikan kondisinya baik. Bila ada kerusakan harus segera diperbaiki.

Jalan setapak juga dapat dimanfaatkan untuk mengontrol lintasan hama pengganggu yang ada di sekitar pembibitan dan bahkan mungkin ada yang telah mati karena kena sengatan listrik dari pagar listrik. Dengan mengetahui jenis hama pengganggu yang ada di sekitar tempat tersebut maka secara umum akan dapat diketahui hama apa yang kiranya nanti akan menyerang bibit kelapa sawit setelah ditanam di lapangan.

Keberadaan volt meter sangat diperlukan untuk mengecek stabilitas tegangan listrik di pagar dan sekaligus mendeteksi bila terjadi kelainan di battery maupun sel surya.

I.1.2.5. Sistem Irigasi Pada Pembibitan

Tercukupinya kebutuhan air untuk penyiraman bibit merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembibitan. Dengan tercukupinya kebutuhan air maka dapat dihindari terjadinya stres pada bibit akibat kekurangan air. Setiap hektar pembibitan dalam waktu dua hari memerlukan lebih kurang 125.000 liter air atau equivalen dengan curah hujan sebanyak 12,5 mm

Secara garis besar ada 3 macam sistem pengairan yang digunakan di pembibitan, yaitu :

1. Sitem manual
2. Sistem Sprinkler
3. Sistem Selang Politen Perforasi

I.1.2.5.1. Penyiraman Manual

Sistem manual sering digunakan di pembibitan dengan skala kecil yang luasnya kurang dari 2 hektar. Sistem ini banyak membutuhkan tenaga kerja, sehingga untuk pembibitan skala besar tidak efisien bila menggunakan sistem ini. Ada beberapa macam yang termasuk dalam sistem manual ini, yaitu :

a. Sistem Penampungan Air (Watercan System)

Sistem ini menggunakan drum atau tempat penampungan air lainnya yang ditempatkan di pembibitan. Setelah penampung air tersebut diisi baru diambil dan disiramkan ke bibit. Sistem ini banyak memerlukan tenaga kerja sehingga hanya dipergunakan dalam kondisi mendesak dan pembibitan dalam skala kecil.

b. Sistem Selang Air

Yang digunakan adalah selang air dengan ujung dilengkapi kepala gembor agar air yang keluar dapat memancar menyebar. Air disedot dari sumbernya dengan menggunakan unit pompa air kecil. Selanjutnya dialirkan ke selang atau pipa utama. Untuk pembibitan yang agak besar selang/pipa utama dapat lebih dari satu. Sedang untuk pembibitan skala kecil selang/pipa utamanya hanya satu.

Diameter selang yang dipergunakan antara 1,85 cm – 2,5 cm. Untuk selang dengan panjang 75 m ditangani oleh dua pekerja. Pekerja pertama mengurus selangnya sedangkan tenaga kerja yang lain mengurus penyiraman bibit. Apabila panjang selang lebih dari 75 m diperlukan tenaga kerja tambahan untuk membantu mengurus selang. Tekanan air yang keluar dapat diatur secara manual dengan cara menyetel pada pompa air yang digunakan. Dengan sistem ini satu orang tenaga kerja per hari (1 HK) dapat menangani 40.000 bibit.

c. Hal-hal yang Perlu Dicatat (dikomentari) pada Sistem Manual

Sistem irigasi manual kalau dilihat dari sisi kebutuhan bahan memang tidak banyak membutuhkan material, namun dilihat dari tenaga kerja, yang dibutuhkan cukup besar. Oleh sebab itu sistem ini tidak direkomendasikan untuk pembibitan dengan skala besar.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada saat penyiraman jumlah air yang diterima satu bibit dengan lainnya belum tentu jumlahnya sama. Akibatnya adalah terjadinya perbedaan pertumbuhan bibit, tinggi dari babit bervariasi.

I.1.2.5.2. Sistem Sprinkler

Sistem penyiraman pembibitan kelapa sawit dengan sprinkler saat-saat ini merupakan sistem penyiraman yang banyak diterapkan di Malaysia. Perlengkapan dari sistem ini mampu bertahan dan bisa diperbaiki sehingga bisa dipakai bertahun-tahun. Bahkan dapat dibongkar dan kemudian dipasang lagi di lokasi pembibitan lain. Di pembibitan-pembibitan besar jaringan sprinkler diatur dapat dipindah-pindahkan. Hal ini dapat mengurangi besarnya biaya yang diperlukan di pembibitan.

Pemasangan jaringan sprinkler membagi areal pembibitan menjadi dua bentuk segi empat yang sama luasnya. Satu areal disebut Seksi A dan yang lain disebut Seksi B. Lihat gambar ….
Parit digali di tengah-tengah areal pembibitan kemudian pipa utama ditanam di dalam parit tersebut. Besar pipa utama diameternya 10 cm bila luas pembibitan 8 hektar atau kurang. Bila luas pembibitan lebih dari 8 hektar besar pipa utama yang dipasang lebih besar lagi.

a. Pemasangan Pipa Utama

Ada 3 jenis pipa dengan diameter 10 cm atau lebih yang dapat digunakan sebagai pipa utama. Pipa semen berasbes dengan panjang 4 meter, pipa galvanis dengan panjang 4 meter atau 6 meter dan pipa PVC dengan panjang 4 meter atau 6 meter. Diantara ketiga jenis pipa tersebut, pipa galvanis adalah yang paling kuat. Pipa tersebut aman untuk dilewati truk atau kendaraan lainnya dengan tidak khawatir pipa akan pecah. Pipa-pipa tersebut ditimbun dalam tanah sedalam 30 cm untuk pipa galvanis dan 45 cm untuk selain pipa galvanis. Tergantung pada pipa utama yang dipakai, setiap 16 meter untuk pipa semen dan 18 meter untuk pipa galvanis (3 atau 4 kali panjang pipa) diberi sambungan T hidran diameter 7,6 cm dengan klep yang sudah terpasang. Hidran tersebut terlihat di permukaan tanah lebih kurang 30 cm. Pipa saluran sekunder dari alumunium sebagai tempat dipasangnya sprinkler dipasang di hidran tersebut.

Di sepanjang pipa utama dibuat jalan pembibitan dimana jalan tersebut menyambung dengan jalan menuju ke tempat BBM, kantor pembibitan, perumahan mesin pompa air dan lain-lain.

b. Tata Letak Sprinkler

Sebagai gambaran untuk pembibitan seluas 2 hektar membutuhkan lebih kurang 30 buah sprinkler. Sprinkler tersebut dipasang pada 3 buah saluran sekunder. Namun bentuk ini bukan berarti tidak dapat diubah. Tentang penyusunan sprinkler sebenarnya tidak ada aturan yang baku. Sebagai ancar-ancar setiap saluran sekunder dapat ditempati antara 8 – 10 buah sprinkler.

Setiap pemasangan pipa sekunder harus tegak lurus (sudut 90) dengan pipa utama. Hal ini sangat penting untuk menjamin setiap tempat tercover rata sehingga penyiraman dapat berjalan dengan baik.

Saluran sekunder (saluran untuk memasang sprinkler) biasanya terbuat dari pipa alumunium dengan diameter 5 cm dengan panjang 9 meter. Pada ujungnya diberi pipa yang dipasang berdiri dengan ukuran diameter 1,85 cm, pada puncaknya di pasang sprinkler. Pipa-pipa alumunium dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar dan dipindah-pindahkan.

Cara mengoperasikannya dengan cara bergilir dua baris hidup dua baris matii (dalam keadaan tertutup). Selanjutnya setelah baris tersiram dengan rata sprinkler dipindah ke baris berikutnya demikian seterusnya sampai selesai. Pembibitan dibagi dua seksi yaitu seksi A dan seksi B. Pada hari pertama kegiatan penyiraman di lokasi seksi A dan pada hari berikutnya di seksi B.

Dengan sistem sprinkler yang dapat dipindah-pindahkan prestasi kerja per HK dapat menyiram 20.000 bibit. Jadi untuk pembibitan seluas 8,09 hektar membutuhkan penyiraman selama 2,5 jam denga tenaga kerja 9 HK.

c. Mesin dan Pompa

Ada beberapa jenis mesin dan pompa yang dapat dipergunakan. Pemilihan terhadap jenis mesin dan pompa tergantung dengan situasi dan kondisi. Hal-hal yang menjadi pertimbangan misalnya kedalaman air dari sumber penghasil air yang harus ditarik naik oleh pompa, panjang jaringan pipa keseluruhan, kualitas dari mesin dan pompa, dan lain-lain.

Biasanya mesin dengan ukuran kekuatan 18 s/d 20 HP dengan pompa sentrifugal berukuran 7,5 cm x 5 cm dan mempunyai kekuatan tekanan 45 psi cukup memadai dipergunakan untuk mengairi pembibitan dengan ukuran luas 2 sampai 5 hektar.

d. Hal-hal yang Perlu Dicatat (Dikomentari) Pada Sistem Sprinkler

Penggunaan sprinkler dengan sistem permanen terbukti membutuhkan biaya yang cukup besar dibanding dengan penggunanaan sprinkler dengan sistem yang dapat dipindah-pindahkan, walaupun sistem yang terakhir lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

Keuntungan dengan penggunaan sistem sprinkler baik yang permanen maupun yang dapat dipindah-pindahkan adalah air yang diterima bibit pada saat penyiraman dapat stabil dan seragam volumenya antara bibit satu dengan bibit lainnya.

Selain biaya yang dibutuhkan mahal kerugian yang ditimbulkan dengan sistem irigasi dengan sprinkler adalah besarnya butiran atau percikan air mengakibatkan pupuk atau mulsa yang ada di polibag terlempar keluar. Hal ini juga dapat menyebabkan tanah dalam polibag menjadi keras dan membentuk lapisan atas yang keras.

Akhir-akhir ini untuk pembibitan kelapa sawit di Malaysia dipergunakan “water-canon” dengan ukuran selang yang biasa dipergunakan untuk pemadam kebakaran. Penggunanaan alat ini dapat menghasilkan semprotan air dari sprinkler dengan cakupan yang lebih luas. Namun dampak terhadap kerusakan tanah pada polibag dan terhadap pemupukan juga lebih besar. Peralatan ini telah didisain untuk penggunaan di padang rumput atau tempat-tempat lain di mana untuk pengangkutan perlengkapan pembibitan membutuhkan biaya mahal. Namun mempertimbangkan kerugian dan keuntungannya,kiranya penggunaan alat ini perlu dipertimbangkan kembali.

I.1.2.5.3. Selang Politen Perforasi (Perforated Polythene Layflat Tube)

Sistem ini menggunakan selang politen perforasi bagian permukaan atas diberi lubang. Antara lubang satu dengan yang lainnya berjarak 15 cm dan membentuk dua baris sepanjang selang. Selang biasanya dikemas dalam bentuk rol, satu rol panjang 100 m, dengan berat lebih kurang 2,5 kg. Dengan bentuk dan berat tersebut selang sangat mudah untuk diangkat dan dipindah-pindahkan. Untuk pipa utamanya menggunakan pipa jenis PVC, sehingga cukup ringan dan mudah untuk diangkut.

a. Tata Letak Pembibitan Utama

Selang perforasi dapat menyiram lima baris bibit dalam large bag bila penataan large bag menggunakan bentuk segitiga sama sisi dengan jarak 76 cm. Jarak antar selang ditata 3,05 meter. Pipa utama menggunakan jenis PVC dengan diameter 3”. Pembibitan dibagi menjadi beberapa blok dan setiap blok diberi pipa utama dengan diameter 3” tersebut. Pipa –pipa tersebut mendapatkan air dari pipa induk yang berdiametr 4”. Sedangkan pipa induk tersambung langsung dengan mesin pompa air.

Dari pipa utama diberi sambungan T dengan ukuran 3” x 2”. Selanjutnya dari sambungan T tersebut dipasang soket yang berukuran 2” x 1,5”. Kemudian dipasang kran untuk mengatur aliran air. Dari pipa ukuran 1,5 “ tersebut selanjutnya ditranfer ke pipa ukuran 1,5” yang dipasang tegak lurus dari arah aliran air semula. Pipa tersebut diatur /disusun sehingga mempunyai panjang 25 m. Pada pipa tersebut dipasang selang perforasi (sumisansui) sebanyak 8 buah dengan panjang 100 meter yang diatur tegak lurus dengan pipa panjang 25 meter tersebut. Penyambungan antara selang sumisansui dengan pipa menggunakan sambungan T dengan ukuran 1,5” x ¾”.

Setiap kran dapat mengontrol aliran air untuk pembibitan seluas 25 m x 100 m atau seluas 0,25 Ha. Mesin pompa air yang digunakan untuk pembibitan dengan luas 25 Ha cukup dengan mesin dengan kekuatan 120 HP.

Penyiraman dilakukan secara bergiliran, setiap periode seluas 5 ha dengan cara membuka 20 kran sementara yang lain ditutup. Setelah bibit dalam areal 5 ha cukup penyiramannya, maka dilanjutkan dengan penyiraman pada areal 5 ha berikutnya. Demikian seterusnya sampai bibit dalam areal 25 ha tersiram semuanya. Pipa utama yang terbuat dari PVC ditanam dalam tanah untuk melindungi dari sengatan sinar matahari langsung. Namun yang jelas posisi pipa-pipa tersebut harus diatur sedemikan rupa sehingga tidak mudah bergerak, misalnya dengan diberi patok.

b. Hal-hal Penting Agar Sistem Penyiraman dengan Selang Perforasi Memberikan Hasil Optimal

i) Areal bibitan harus bersih dari rumput-rumputan atau gulma lainnya, karena keberadaan rumput- rumputan dapat menghalangi aliran semprotan air.
ii) Areal harus bebas dari benda-benda berat yang apabila menindih selang dapat menghambat aliran air dalam selang.
iii) Semprotan air efektif bila bentuknya elips. Letak dari selang harus rata sehingga air yang memancar kanan dan ke kiri seimbang.
iv) Kekuatan selang terhadap tekanan maksimum air sebaiknya diketahui. Tinggi air maksimal yang dihasilkan dari semprotan dari lubang seharusnya tidak lebih dari 2,13 m. Apabila tekanan air melebihi kemampuan selang maka dapat menyebabkan selang pecah.
v) Di Jepang selang sumisansui dapat bertahan dan berumur 5 tahun sedang pengalaman di Malaysia dengan penggunaan yang terus menerus selang dapat berumur 3 tahun.

c. Beberapa Komentar tentang Penggunaan Sistem Selang Perforasi

i) Dibanding dengan sistem sprinkler, pemakaian sistem selang perforasi untuk penyiraman di pembibitan membutuhkan biaya yang lebih murah.
ii) Percikan/butiran air yang dihasilkan lebih cocok untuk pertumbuhan bibit
– Bibit sudah siap tanam dan siap dipindahkan ke lapangan pada umur 9 bulan sejak kecambah ditanam, serta kondisi bibit dalam kondisi baik.
– Pupuk dalam polybag tidak terganggu dengan adanya percikan air penyiraman.
– Tanah dalam polybag tidak menjadi keras dan membentuk lapisan atas yang keras.
– Lebih mudah untuk diterapkan pada pembibitan dengan sistem ganda.
– Selang mudah untuk digulung, pembibitan jadi mudah untuk diusahakan setiap saat.
– Bahan-bahan yang digunakan ringan, sehingga cocok untuk pembangunan pembibitan di daerah terpencil.

I.1.2.6. Pemesanan Kecambah

a. Tempat Pemesanan

Pemesanan kecambah dilakukan minimal satu tahun sebelum jadwal pengiriman bibit yang diinginkan. Pemesanan biasanya dengan memberikan uang muka sebagai jaminan kepastian. Apabila rencana penanaman akan dilaksanakan setiap tahun secara berkelanjutan maka untuk rencana penanaman lima tahun ke depan sudah diprogramkan pemesanannya. Hal ini untuk menghindari kekosongan persediaan kecambah di suplier-suplier karena mungkin banyak perusahaan yang sedang mengadakan kegiatan pembibitan kelapa sawit.

Pemesanan kecambah menggunakan interval waktu agak longgar mempunyai keuntungan dapat dipersiapkannya tenaga kerja untuk kegiatan pembibitan serta untuk mengantisipasi adanya cuaca buruk sehingga tidak memungkinkan dilaksanakan kegiatan pada hari-hari tersebut. Dengan adanya waktu yang agak longgar juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pengisian polibag baik untuk pre-nursery maupun untuk main nursery serta dapat menghindari penggunaan tenaga kerja dalam jumlah besar-besaran dalam periode waktu yang pendek.

b. Sumber Kecambah

Kecambah harus dipesan dari lembaga resmi penghasil kecambah karena kecambah harus dapat dijamin bermutu tinggi. Pengetahuan tentang kecambah serta pengetahuan tentang kondisi lingkungan di mana bibit sawit akan ditanam menjadi bahan pertimbangan jenis kecambah yang akan dibeli.

c. Jumlah Kecambah yang Dipesan

Jumlah kecambah yang dipesan harus mempertimbangkan adanya kecambah yang akan diafkir maupun matinya bibit karena serangan hama dan penyakit seperti karena serangan hama landak, gajah dan lain-lain. Menurut pengalaman apabila dalam satu hektar nantinya di lapangan direncanakan akan ditanam sejumlah 138 pohon, maka untuk keperluan penanaman satu hektar tersebut dicadangkan kecambah sejumlah 175 biji. Apabila di lapangan akan ditanam pohon sejumlah 148 batang perhektar maka dicadangkan kecambah sejumlah 187 biji. Kasus bibit doubletone juga perlu dipikirkan.

Sebagai contoh apabila dipesan dan ditanam kecambah sejumlah 175 biji maka akan terjadi pengurangan-pengurangan sebagai berikut:

Jumlah Bibit Dipesan = 175 biji/ha
1. Pengurangan sejumlah 5% karena seleksi
di bedeng pre-nursery = 10 biji
S i s a = 165 biji
2. Pengurangan sejumlah 2% karena kesa-
lahan penanaman dan sebab lain = 3 biji
S i s a = 162 biji
3. Pengurangan 10% karena seleksi
di main nursery = 17 batang
S i s a = 145 batang
4. Untuk cadangan penyulaman = 7 batang
S i s a = 138 batang

Terlihat ada pengurangan sejumlah 37 batang akibat dari kematian dan seleksi. Bahkan pengurangan dimungkinkan dapat bertambah lagi 17 batang karena dari sebab-sebab lainnya termasuk karena kasus biji tumbuh ganda. Jadi total pengurangan sejumlah 54 batang atau kurang lebih 30% dari jumlah kecambah yang dipesan.

Seleksi bibit dari pembibitan merupakan hal penting yang harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini untuk menjamin bahwa bibit yang ditanam di lapangan benar-benar bibit dengan kualitas yang prima.

I.1.2.7. Pemilihan Pembibitan Sistem Satu atau Dua Tahap

Pemilihan pembibitan sistem satu atau dua tahap tergantung pada situasi yang spesifik. Dalam hal ini harus diperhitungkan keuntungan dan kerugian masing-masing sistem bila diterapkan pada situasi dan kondisi tertentu. Kedua sistem tersebut juga telah terbukti dapat dipergunakan dan dapat memberikan hasil yang baik. Keberhasilan tersebut tetap tergantung antara lain pengawasan yang baik, tenaga kerja yang baik dan terpenuhinya kebutuhan air yang cukup untuk penyiraman.

I.1.2.7.1. Pembibitan Sistem Satu Tahap

Sistem ini hanya menggunakan satu ukuran polibag yaitu polibag ukuran besar (large bag). Kecambah langsung ditanam pada polibag tersebut yang tentunya telah diisi dengan tanah. Polibag-polibag tersebut penempatannya langsung diatur dalam bentuk segitiga sama sisi seperti halnya pada pembibitan utama pada pembibitan sistem ganda.

a. Keuntungan Sistem Pembibitan Satu Tahap
– Ada yang melaporkan pertumbuhan bibit lebih sehat dibandingkan bila menggunakan sistem ganda. Hal ini karena tidak ada shock pada bibit akibat dari pemindahan dari polibag kecil ke polibag besar. Jadi bibit tidak pidah ke mana-mana sampai bibit siap ditransfer ke lapangan.
– Dengan sistem pemupukan dan penyiraman yang mutakhir , terutama dengan menggunakan sistem selang perforasi maka pembibitan dengan sitem tunggal dianggap dapat menumbuhkan bibit dengan lebih cepat.
– Pada pembibitan sistem tunggal tidak perlu pengadaan polibag kecil atau hal lain yang diperlukan di pre-nursery seperti areal, peralatan dan tenaga kerja. Namun keuntungan ini menghilangkan kelebihan-kelebihan yang akan diperoleh bila menggunakan sistem pre-nursery dan main nursery (sistem du tahap).

a. Kerugian Sistem Pembibitan Satu Tahap
– Pada saat pesanan kecambah datang semua infra struktur sudah harus siap. Termasuk jaringan penyiraman, polybag besar sudah harus terisi dan peralatan-peralatan lainnya sudah harus siap.
– Dengan beroperasinya mesin dan pompa penyiraman yang bekerja penuh dari awal masa pembibitan maka diperlukan BBM, suku cadang serta timbulnya keausan mesin. Hal ini tidak terjadi bila dipergunakan sistem pre-nursery dan main nursery. Pada saat di pre-nursery kebutuhan penyiraman bibit di polibag kecil tidak sebanyak penyiraman di polibag besar.
– Pada saat bibit pada periode pertumbuhan kritis maka cukup sulit untuk melaksanakan pemeriksaan secara intensif karena areal pembibitan yang cukup luas, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Demikian juga untuk kegiatan pemeliharaan seperti penyiangan gulma, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.
– Apabila ada jadwal penanaman yang tertunda dan bibit masih tersedia di areal pembibitan maka tidak ada tempat lagi untuk menanam kecambah baru sebelum bibit lama dipindahkan dari areal bibitan.
– Seleksi awal pada bibit dilaksanakan pada areal yang lebih luas dan harus memindahkan bibit afkir dan mengangkatnya pada jarak yang lebih jauh.

I.1.2.7.2. Sistem Pembibitan Dua Tahap

Pada sistem ini mula-mula kecambah ditanam pada polibag kecil yang ditata terkumpul pada areal yang cukup sempit selama kurang lebih 2-3 bulan. Selanjutnya dipindahkan dalam polibag besar dan dirawat kurang lebih 7 – 10 bulan menjelang ditanam di lapangan.

a. Keuntungan Sistem Pembibitan Dua Tahap :
– Selama 2 – 3 bulan pertama kegiatan terfokus pada areal yang sempit sehingga relatif lebih mudah untuk dilaksanakan. Tersedia waktu untuk pengisian polibag besar lebih lama sehingga kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dan diatur secara longgar.
– Persiapan jaringan irigasi di pembibitan secara keseluruhan lebih longgar 2 – 3 bulan dibanding bila digunakan sistem pembibitan satu tahap. Hal ini juga berdampak penghematan biaya operasional, biaya perawatan bibit dan penghematan penggunaan air untuk penyiraman.
– Pada saat bibit pada fase pertumbuhan kritis dan rawan, lebih mudah untuk diawasi karena berada pada areal yang relatif sempit. Lebih sedikit dibutuhkan tenaga kerja untuk pengendalian hama dan penyakit, penyiraman serta pengendalian gulma.
– Apabila bibit pada main nursery belumdapat dipindah ke lapangan karena ada penundaan jadwal penanaman di lapangan, maka dapat ditunda juga pemindahan bibit dari pre-nursery ke main nursery. Penundaan sebenarnya ini tidak boleh dilaksanakan kecuali dalam kondisi terpaksa.
– Pelaksanaan seleksi awal lebih mudah dan cepat dilaksanakan karena dilaksanakan di pre-nursery. Dengan adanya seleksi awal tersebut maka kebutuhan polibag besar dapat lebih sedikit sehingga pengisian tanah lebih efisien dan ada penghematan tenaga serta tempat untuk menata polybag.

b. Kerugian Sistem Pembibitan Dua Tahap :

– Ada tambahan pekerjaan dengan adanya kegiatan di pre-nursery seperti pengadaan dan pengisian polibag kecil. Namun pada masa 3 bulan berikutnya bila diakumulasikan sistem ini membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit dibanding dengan sistem pembibitan tunggal.
– Cara yang kurang tepat dan kurang hati-hati pada pelaksanaan pemindahan bibit dari polibag kecil ke polibag besar kan menyebabkan kerusakan pada bibit. Namun hal ini dapat diatasi dengan pengawasan yang baik terhadap tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut
c. Rekomendasi Umum

Jika pembibitan dilaksanakan dalam jangka waktu beberapa tahun dengan jumlah yang cukup besar maka dianjurkan penggunaan sistem pembibitan ganda dengan pertimbangan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh, antara lain karena sistem ini lebih fleksibel untuk dilaksanakan. Apa lagi apabila sistem penyiraman yang dipergunakan menggunakan sistem sprinkler atau selang perforasi (sumisansui).

Apabila pembibitan dalam skala kecil (kurang dari 2,5 Ha) dan hanya dalam waktu setahun maka penggunaan sistem pembibitan satu tahap layak diperhitungkan. Namun pada beberapa kasus penggunaan sistem pembibitan dua tahap dianggap lebih menguntungkan.

I.1.2.8. Teknik Pembibitan Satu Tahap.

I.1.2.8.1. Prosedur

Penyiapan tanah, pemilihan ukuran polibag, pemilihan jarak untuk penataan polibag semua sama dengan yang dilaksanakan di main nursery pada sistem pembibitan dua tahap. Penanaman kecambah langsung dilaksanakan pada polibag besar yang telah diisi tanah. Cara penanaman sama dengan yang dilaksanakan pada pre-nursery. Tentang teknik pelaksanaannya akan di bahas di bagian pembibitan dua tahap nanti.

Perbedaan mendasar antara sistem satu dan dua tahap adalah pada pengawasan dan penyiraman ketika bibit berumur 2 – 3 bulan. Pada sisitem satu tahap bibit pada umur tersebut terhampar pada luasan yang cukup luas. Penyiraman juga membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibanding bibit umur-umur tersebut di pre-nursery.

Pada pembibitan satu tahap hanya ada sekali kegiatan menanam bibit yaitu pada saat menanam kecambah di polibag, serta hanya ada satu kali pemindahan bibit yaitu pada saat bibit siap tanam dan siap ditransfer ke lahan.

I.1.2.8.2. Precautionary Comment (Beberapa Hal sebagai Peringatan)

Pada 2 –3 bulan kegiatan di pembibitan sistem satu tahap relatif sama dengan yang dilaksanakan pada main nursery di pembibitan dua tahap. Ada beberapa hal yang sifatnya rawan dan sangan perlu diperhatikan pada kegiatan pembibitan sistem satu tahap, yaitu :
– Penyiraman bibit juga dilaksanakan pada sela-sela polibag, sehingga membutuhkan banyak air. Penyiraman cara tersebut membuat akar bibit tidak cepat kering dan rusak karena kelembaban sekitar bibit lebih terjaga.
– Penyiangan gulma pengganggu harus dilaksanakan dengan hati-hati karena bibit yang baru tumbuh sangat peka terhadap gangguan dari luar. Seandainya pengendalian gulma dilaksanakan dengan menggunakan herbisida harus dilaksanakan dengan hati-hati agar tidak mengganggu bibit. Harus diperhatikan tiupan angin yang dapat mempengaruhi arah semprotan.
– Pengendalian hama dan penyakit meliputi wilayah yang luas, sehingga memerlukan waktu yang lama. Namun dengan adanya jarak yang cukup lebar antara bibit satu dengan yang lainnya menyebabkan penularan atau penyebaran hama dan penyakit cukup lama (terhambat). Walaupun pengendalian hama dan penyakit tidak dapat dilaksanakan dengan cepat, namun kegiatan tersebut merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan.
– Seleksi awal terhadap bibit harus dilaksanakan dengan benar dan merata ke semua luasan yang ada serta harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku.

I.1.2.9. Teknik Pembibitan Dua Tahap

Dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugiannya, maka lebih direkomendasikan untuk pembibitan kelapa sawit menggunakan sistem pembibitan dua tahap, kecuali pembibitan yang dibuat dalam skala kecil. Pembibitan yang dilaksanakan dalam skala besar tentunya harus diperhatikan benar-benar bila bibit pada fase pertumbuhan kritis. Kontrol harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini sangat penting agar pembibitan dapat berhasil, sehingga jadwal penanaman yang telah ditetapkan sebelumnya dapat berjalan dengan baik. Pada pembibitan sistem dua tahap perlu diperhatikan saat bibit dipindahkan dari pre-nursery (pembibitan awal) menuju ke main nursery (pembibitan utama). Bibit harus dijaga agar tidak mengalami shock berat yang mungkindapat menyebabkan kematian. Penggunanaan polibag pada pembibitan kelapa sawit pada dasarnya juga untuk mengurangi shock pada saat bibit dipindahkan ke lahan untuk ditanam.

I.1.2.9.1. Pembibitan Awal (Pre Nursery)

Biasanya areal pre-nursery menyatu dengan lokasi main nursery, namun hal ini tidak mutlak harus demikian. Di pre-nursery bibit ditanam di polibag yang relatif lebih kecil ukurannya dan lebih ringan sehingga transportasi lebih mudah serta dapat dalam jumlah besar misalnya dengan menggunakan truk.
Pada situasi tertentu dapat dilaksanakan pembuatan pre-nursery terpisah dengan main nursery dan ditempatkan di sekitar lokasi pemukiman karyawan. Pelaksanaannya langsung di bawah pengawasan Kepala Kebun.

Apabila pre nursery dibuat di daerah yang berlereng maka perlu dibikin teras-teras agar bedengan untuk menempatkan polibag dalam posisi datar. Dan yang penting lagi adalah air sisa-sisa penyiraman agar dapat mengalir lancar sehingga tidak terjadi genangan dalam bedengan.

Pada masa lampau dari referensi dapat diketahui bahwa anyaman bambu dapat dibentuk dan difungsikan sebagai polibag. Namun lama-lama ketersediaan bambu semakin sulit didapat dan harganya semakin mahal akhirnya dipergunakanlah polibag yang terbuat dari plastik seperti yang digunakan sekarang ini. Penggunanaan polibag dari plastik dapat diganti lagi dari anyaman bambu apabila suatu saat nanti harga plastik menjadi mahal dan makin sulit didapat. Keuntungan utama penggunaan anyaman bambu untuk menanam bibit adalah bahan tersebut mudah hancur dan pada pemindahan bibit ke large bag tidak perlu diambil terlebih dahulu tapi langsung ditanam dalam large bag. Pada saat bibit ditanam di lapangan lama-lama bahan tersebut akan hancur dengan sendirinya.

Dalam memilih jenis polibag baik untuk pre maupun main nursery kualitas serta spesifikasi yang seragam dari polibag merupakan bahan pertimbangan yang utama. Kualitas yang jelek akan menyebabkan polibag mudah robek dan nantinya akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Harga bukan menjadi patokan namun kualitas barang yang terpenting. Dan yang perlu diperhatikan adalah keseragaman barang yang dikirimkan oleh suplier.

a. Persiapan Pembuatan Bedengan di Pre-nursery

Bedengan untuk penempatan polibag di pre-nursery mempunyai ukuran lebar 1,22 meter dengan panjang disesuaikan pada situasi di lapangan. Menurut pengalaman yang ada menggunakan ukuran panjang 45,73 m cukup cocok. Ukuran ini kurang lebih separo dari panjang selang politen perforasi (Sumisansui), apabila jaringan penyiraman menggunakan selang sumisansui. Bedengan ukuran tersebut dapat menampung 6.335 polibag. (pesanan kecambah sejumlah 6.000 biji ditambah 5% bonus cadangan dari suplier, biasanya dikemas dalam 3 buah kotak).

Bedengan dengan ukuran lebar seperti tersebut di atas dapat menampung 13 polibag yang berukuran 15 cm x 23 cm). Dengan jumlah tersebut karyawan dapat menjangkau semua polibag sebagian dari sisi satu sebagian lagi dari sisi yang lain, sehingga memudahkan untuk pekerjaan merawat bibit.

Bedengan dibuat dari papan yang murah dengan ukuran ketebalan 1 cm dan lebar 15 cm. Waktu memasang diberi patok dari sebelah luar sehingga papan tersebut selalu dalam posisi sejajar. Type ini banyak dipakai di Malaysia.

Antara bedengan satu dengan yang lain diberi jarak 61 cm untuk jalan dan tempat karyawan menjalankan aktivitasnya di pembibitan seperti mengontol hama penyakit dan lain-lain.

b. Pengisian Polibag di Pre-nursery

Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag harus yang berkualitas bagus dan mempunyai drainase yang baik pula. Sebelum digunakan tanah dicampur dulu dengan rock phosphat. Setiap 4,5 m3 tanah diberi 10 kg rock phosphat. Tanah tersebut cukup untuk mengisi 1000 buah polibag. Pemberian rock phosphat juga dapat diberikan langsung ke polibag. Setelah polibag diisi tanah diberikan rock phosphat dengan jumlah 10 gram per polibag.

Penting sekali untuk dipastikan bahwa sisi lebar bedengan dengan ukuran 2,2 m menampung 13 polibag. Hal ini untuk mempermudah waktu menghitung polibag yang telah ditata, polibag yang telah diangkut, ditanami dan berapa jumlah uang yang harus dibayarkan pada karyawan borongan yang mengisi dan menata polibag. Dalam kondisi normal seorang karyawan biasanya mampu mengisikan tanah ke dalam polibag sejumlah 1000 buah per hari
.
Agar program pengisian polibag dapat lancar tidak terganggu hujan, disarankan tempat mengisi polibag diberi atap dari terpal plastik. Tanah yang dipergunakan dalam kondisi kering dan tidak bergumpal-gumpal. Bila kondisi tanah dalam keadaan basah maka pekerja akan kesulitan untuk melaksanakan kegiatan sehingga prestasi kerjanyapun akan turun. Polibag –polibag yang telah terisi tanah segera ditata dalam bedengan agar dapat segera disiram air. Disarankan untuk diberi (disiram) dengan pestisida yang cocok untuk dapat memberantas cacing tanah, jangkrik maupun siput yang natinya dapat mengganggu pertumbuhan bibit.

c. Pengairan di Pre-nursery

Jaringan air untuk penyiraman harus dipasang meliputi seluruh kawasan pembibitan. Apabila yang dipergunakan sistem sprinkler maka dipilih nozle yang menghasilkan butiran-butiran air lebih halus dari pada yang dipergunakan di main nursery. Apabila nantinya di main nursery direncanakan menggunakan sistem penyiraman manual, untuk di pre-nursery dianjurkan di beri tambahan alat yang dapat menghasilkan butiran air lebih halus.

Apabila dipergunakan sistem sprinkler dengan selang yang terbuat dari plastik ataupun karet biasanya berdiameter 1,85 cm, disarankan dipergunakan klem dari logam untuk menyambung antara selang tersebut dengan sprinkler. Hal ini untuk menjamin kekuatan dan kerapatan sambungan sehingga sprinkler dapat menghasilkan semprotan yang lebih luas.

Sistem penyiraman dapat dilakukan dengan sistem manual maupun sprinkler yang dapat dipindah-pindahkan. Kelemahan dari kedua sistem ini adalah lebih banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dibandingkan dengan sistem sprinkler permanen maupun sistem selang politen perforasi. Di Malaysia penggunaan sumisansui telah terbukti memberikan hasil yang baik dan biaya yang lebih hemat di beberapa tempat pembibitan.

Selang perforasi diletakkan di antara dua bedengan. Selang tersebut di lengkapi dengan kran ukuran ¾” yang terhubungkan dengan pipa PVC ukuran 1”. Penyiraman dapat dilaksanakan dengan cara serempak ke seluruh bedengan yang ada atau secara bergantian. Biasanya setiap bibit disiram air sebanayak 0,2 – 0,3 liter per hari tergantung dari situasi dan kondisi bibit.

Penyiraman biasanya dilaksanakan dua kali sehari, pagi dan sore. Untuk mendapatkan hasil yang optimum biasanya penyiraman dilaksanakan dalam jangka waktu lebih kurang 20 menit. Dalam prakteknya setiap pekerja dalam satu tahun dapat menangani rata-rata 250.000 bibit. Pekerjaannya selain menyiraman, juga pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Melihat beberapa kelebihan penggunaan irigasi sistem selang perforasi maka disarankan penggunaan sistem ini untuk pembuatan pembibitan baru.

d. Naungan di Pre-nursery

Rekomendasi pemberian naungan di pre-nursery kemungkinan dibuat sewaktu belum diketemukannya sistem penyiraman di pembibitan yang baik. Pemberian naungan di pembibitan baik dengan menggunakan pelepah kelapa sawit maupun dengan menggunakan bahan lainnya mulanya dimaksudkan untuk melindungi bibit dari penyiraman yang kurang sempurna terutama pada saat bibit dalam masa-masa pertumbuhan kritis. Setelah sistem penyiraman dapat dilaksanakan dengan baik , misalnya dengan sistem selang perforasi, maka naungan pada pembibitan tidak direkomendasikan lagi.

Apabila kebutuhan air peyiraman cukup maka pemberian naungan pada pembibitan tidak memberikan dampak positif pada pertumbuhan bibit. Penghilangan naungan akan memberikan dampak berkurangnya penyakit daun pada bibit. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa naungan berupa daun kelapa sawit akan menimbulkan (menularkan) penyakit daun pada bibit kelapa sawit. Apabila karena alasan-alasan tertentu naungan tetap dipasang akan dapat menyebabkan itiolase pada bibit yang tidak diharapkan.

Beberapa kondisi yang direkomendasikan untuk diberikan naungan sebagai suatu perkecualian :
i) Ketika akar bibit yang ditanam tumbuh memutar sehingga muncul keluar
ii) Penyiraman dianggap tidak memadai.

Pada kondisi pertama naungan diberikan sebagai suatu kebutuhan, sedang pada kondisi kedua naungan diberikan sebagai langkah pengamanan terhadap pertumbuhan bibit.

e. Penanaman Kecambah di Pre-Nursery

Polibag yang telah diisi tanah di cek dan dirapiakn dulu sebelum di tamnami kecambah. Sebelum penanaman tanah dalam polibag disiram terlebih dahulu. Untuk kegiatan penanaman kecambah diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Kecambah yang diterima di kebun harus ditanam pada hari itu juga atau paling lama 1 (satu) hari setelah penerimaan kecambah. Keterlambatan penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainana pada kecambah tersebut, misalnya :
– Bakal akar dan daun akan menjadi panhajang sehingga menyulitkan penanaman.
– Bakal akar dan daun menjadi patah.
– Kecambah akan menjadi busuk karena terserang cendawan.
– Kecambah akan menjadi mati/kering karena kekurangan air.
b. Kecambah yang masih dibungkus plastik sebelum dibuka lebih dulu dipisah-pisahkan sesuai dengan nomor kelompoknya. Sebelum ditanam semua plastik kecambah dibuka dan disimpan di tempat yang sejuk.
c. Penanaman kecambah harus dilakukan perkelompok. Sebelum penanaman polibag yang telah terisi tanah harus disiram terlebih dahulu.
d. Sebelum di tanamn kecambah harus diseleksi terlebih dahulu. Kecambah yang abnormal, patah, busuk dan lain sebagainya dibuang, hanya kecambah yang normal saja yang ditanam. Ciri kecambah normal dapat dilihat dideferensiasinya yaiu pucuk (plumula) dan akar (radicula) dapat dibedakan dengan jelas. Pucuk bentuknya meruncing sedangkan akar agak tumpul, panjangnya lebihkurang 8 – 25 mm berwarna putih gading dengan posisi saling bertolak belakang.
e. Penanaman kecambah harus dilakukan dengan hati-hati/teliti agar akar dan pucuk tidak patah, dengan cara sebagai beriku t:
– Buat lobang tepat di tengah baby bag sedalam 2 – 2,5 cm dengan menggunakan jari.
– Letakkan akar dengan posisi bagian akar di sebelah bawah dan pucuk menghadap ke atas.
– Timbun kembali dengan tanah setebal 1 – 1,5 cm, tidak boleh dipadatkan.
– Kecambah yang tidak jelas perbedaan bakalakar dan bakal daun dapat ditunda penanamannnya, sedangkan yang terlalu panjang dpat dipotong akarnya kurang lebih 5 cm dari pangkal.
– Setelah selesai penanaman segera di pasang papan label berdasarkan nama kelompok kecambah yang di tanam.

I.1.2.9.2. Pembibitan Utama (Main Nursery)

Yang perlu diingat waktu order polibag adalah waktu pengisian tanah atau karena hal-hal lain yang rusak diperkirakan 5% sehingga pengadaannya dicadangkan sejumlah tersebut sebagai tambahan.

Tanah yang digunakan untuk mengisi large bag adalah top soil, kalau memungkinkan diayak terlebih dahulu dengan saringan ukuran 1,5 – 2 cm. Tanah harus terbebas dari kayu, batu sisa-sisa akar dengan tekstur tanah lempung berliat, mempunyai sifat drainase baik.

Dasar pengambilan keputusan untuk pemilihan ukuran polibag adalah sebagai berikut :

Rencana Umur Bibit Ukuran Polibag
Saat Ditanam di Lapangan (cm)

9 – 12 bulan 38 x 45
12 – 18 bulan 45 x 60
18 – 24 bulan 60 x 75

Penggunanaan polibag dengan ukuran yang lebih kecil akan memberikan beberapa keuntungan antara lain biaya pengisian tanah lebih murah, transportasi lebih murah dan lebih mudah. Penggunaan polibag yang ukurannya berlebihan akan sangat merugikan. Prinsipnya ukuran polibag harus dapat mendukung pertumbuhan bibit secara optimum.

Penataan Polibag di Main Nursery

Penataan polibag di pembibitan utama merupakan sesuatu yang harus diperhatikan. Dengan jarak penataan yang benar maka pertumbuhan bibit akan menjadi normal tanpa adanya persaingan antar bibit terhadap kebutuhan sinar matahari. Sela-sela antar polibag satu dengan yang lain juga dapat dimanfaatkan oleh karyawan untuk lewat dan menjalankan aktivitas pemeliharaan bibit seperti, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma dan pemupukan.

Di bawah ini disampaikan pedoman yang tidak mutlak harus dilaksanakan, namun telah terbukti memberikan hasil yang baik.

Umur Bibit Ukuran Sisi Segitiga
(meter)
9 – 10 bulan 0,75
11- 13 bulan 0,90
13 –18 bulan 1,25

Untuk yang terakhir biasanya digunakan pada bibit sawit cadangan untuk penyulaman.

Metode penataan polibag dengan pengelompokan setiap 2 atau 4 baris pernah dijalankan. Selanjutnya sesuai dengan kemajuan pertumbuhan bibit dijarangkan lagi. Namun cara ini sekarang tidak direkomendasikan lagi karena membutuhkan biaya yang lebih mahal serta membutuhkan tambahan tenaga dalam pelaksanaanya yang sebenarnya kurang perlu. Lebih baik bila polibag langsung ditata dan diatur tanpa dipindah-pindah lagi sampai polibag dipindah ke lapangan untuk di tanam di lahan.

Beberapa perkebunan untuk menata polibag di lokasi pembibitan utama dengan cara memberikan patok pada setiap titik dimana polibag akan diletakkan. Cara ini dirasa kurang praktis dan membutuhkan waktu yang lebih. Cara lain yaitu pada jalur hidran atau pipa utama diberi patok yang jaraknya telah diatur sesuai dengan tata letak polibag. Antar patok tersebut selanjutnya dihubungkan dengan tali yang telah diberi tanda pada tali tersebut titik-titik tempat polibag akan diletakkan.

Pengisian Tanah pada Large Bag (Polibag Besar)

Pengisian tanah pada polibag besar dilaksanakan cara sederhana dengan sistem manual. Pekerjaan dilaksanakan oleh karyawan pembibitan atau dengan tenaga borongan pada pembibitan yang lebih besar. Kegiatan pengisian polibag paling lambat dilaksanakan satu bulan sebelum rencana transplanting dilaksanakan. Bahkan kalau dikhawatirkan waktunya tidak terkejar kegiatan dapat dimulai lebih awal lagi. Penggunaan polibag type duduk dalam prakteknya lebih mudah untuk diiisi tanah dan tidak mudah roboh.

Untuk memudahkan pengisisan tanah dapat dimanfaatkan alat bantu yang terbuat dari pipa seukuran polibag dan dipotong dengan panjang yang telah disesuaikan dengan ukuran polibag. Alat bantu tersebut dimasukkan ke dalam polibag kemudian tanah dimasukkan ke dalam tabung tersebut dengan cetok. Setelah penuh alat bantu tersebut dikeluarkan dari polibag.

Di Serawak alat bantu tersebut dibuat dari kaleng minyak yang dipotong dan digulung membentuk potongan pipa. Ukuran panjang potongan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Keuntungan menggunakan potongan dari kaleng minyak tersebut adalah besar gulungan dapat disesuaikan dengan besar polibag.

Tanah yang diisikan ke dalam polibag diberi campuran rock phosphat dengan ukuran setiap kantong polibag sebanyak 100 gram rock phosphat. Setelah polibag terisi penuh kemudian dipadatkan dengan cara polibag diangkat setinggi kurang lebih 30 cm kemudian dilepaskan kebawah (tanah). Hal ini dapat dilakukan sekali atau dua kali. Setelah itu permukaan tanah di polibag diratakan dan kemudian ditata dalam barisan polibag di pembibitan.

Prestasi kerja karyawan dalam satu hari rata-rata dapat mengisi 180 polibag. Sedangkan kalau sistem pekerjaan diborongkan dalam sehari dua orang dapat mengisi 500 buah kantong polibag termasuk menatanya pada lokasi pembibitan.

Supervisor harus menjamin bahwa tanah yang terisikan dalam large bag tidak terikut gumpalan yang besar, akar serta pecahan-pecahan batu. Dan perlu dipastikan juga bahwa tanah yang dimasukkan dalam large bag tidak dalam keadaan basah. Tanah yang basah dalam large bag dapat membentuk gumpalan yang keras yang tidak baik bagi pertumbuhan akar bibit nantinya. Jika memungkinkan pengisian polibag dilaksanakan hanya pada saat cuaca tidak hujan.

Pemindahan Bibit dari Pre-nursery ke Large Bag

Bibit di pre-nursery selama 2 – 3 bulan atau sampai tumbuh tiga helai daun, mana yang lebih dulu. Bibit dapat lebih lama dipelihara di pre-nursery dari yang semestinya, namun hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan bibit di bawah normal. Akar dapat menembus keluar polibag lewat lubang-lubang yang ada. Dan akar dapat mengumpul di dasar polibag. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan akar menjadi rusak.

Untuk seleksi bibit dari pre nursery ke main nursery diperlukan tenaga yang berpengalaman. Hanya bibit-bibit yang memenuhi syarat saja yang dapat ditanam di large bag, sedang yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan diafkir sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Tenaga yang akan menanam dipersiapkan terlebih dahulu. Demikian juga lubang untuk menanam bibit di polibag besar dibuat terlebih dulu sebelum bibit diangkut dari lokasi pre nursery ke lokasi main nursery. Tenaga kerja untuk membuat lubang biasanya terdiri tenaga kerja laki-laki. Lubang dibuat dengan alat khusus yang disebut dengan “hole core former”. Dalam sehari tenaga satu HK dengan alat tersebut rata-rata dapat membuat lebih kurang 600 buah lubang. Yang perlu diingat bahwa tanah-tanah yang menempel pada alat secara periodik harus dibersihkan agar hasil yang diperoleh lebih baik.

Pada saat pekerja laki-laki membuat lubang dari belakang diikuti pekerja wanita yang bertugas untuk menanam bibit. Sebelum bibit ditanam plastik terlebih dulu dilepas dengan hati-hati. Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat lalu tanah dipadatkan. Kedalaman penanaman bibit harus sesuai dengan kedalaman bibit sewaktu tumbuh di pre nursery.

Regu tanam biasanya terdiri 3 pekerja wanita. Yang bertugas membuka polibag satu orang, yang bertugas memasukkan bibit dalam lubang seorang dan yang memadatkan tanah seorang. Dalam sehari satu regu penanaman rata-rata dapat menanam 1500 bibit.

Pemberian cangkang kernel sebagai mulsa dapat dilaksanakan namun harus secepatnya disiram dengan air yang banyak.

Persiapan Penanaman untuk Bibit-bit di Main Nursery

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum bibit dari main nursery ditanam di lapangan. Untuk mengurangi shock terhadap bibit sebelum diangkut ke lapangan, 7 – 10 hari sebelumnya bibit diputar atau digoyang untuk memutuskan akar yang telah menembus ke tanah tempat large bag diletakkan.Dalam waktu 7 – 10 hari diharapkan akar sudah pulih kembali. Apabila pada bibit terjadi etiolase mungkin karena penataan polibag yang terlalu rapat, maka tajuk dipotong dan disisakan 1 meter. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko rebah sewaktu bibit ditiup angin di lapangan setelah ditanam atau sewaktu bibit dalam persiapan akan diangkut ke lapangan. Apabila hal ini terjadi tentunya akan menambah pekerjaan yang sebenarnya tidak perlu ada untuk menegakkan bibit-bibit dimaksud. Pemotongan tajuk bibit harus dihindari pada bibit yang normal.

Setiap sore bibit-bibit yang telah dipersiapkan untuk diangkut ke lapangan disiram untuk menghindari terjadinya shock. Seleksi bibit terakhir dilaksanakan pada saat bibit di main nursery akan dipindahkan ke lapangan.

Pertimbangan-pertimbangan Bibit Siap untuk Dipindah ke Lapangan

Dapat tidaknya bibit ditanam di lapangan tergantung pada kondisi pertumbuhan bibit itu sendiri serta umur bibit. Ukuran bibit memang tidak mutlak sebagai tolok ukur yang pasti. Belum tentu bibit yang besar juga berumur cukup. Idealnya bibit yang dipindahkan ke lapangan bila telah mempunyai perakaran yang kompak dalam polibag, persebaran daun yang teratur, tidak terjadi etiolase dan terpenuhi kebutuhan hara.

Ukuran polibag dan jarak penataan polibag di main nursery merupakan faktor penting yang harus diperhatikan di pembibitan dan akan menentukan ukuran bibit. Perencanaan jadwal penanaman yang baik harus mempertimbangkan waktu penanaman yang disesuaikan dengan tahap-tahap pertumbuhan bibit sehingga pada saat tiba waktu penanaman bibit sudah siap untuk dipindahkan ke lapangan. Menurut pengalaman apabila dalam pembibitan penyiraman dilaksanakan dengan baik dan cukup misalnya dengan sistem selang politen perforasi , dan penataan polibag juga dilaksanakan dengan ukuran standart maka bibit sudah siap untuk ditanam di lapangan pada umur 9 – 10,5 bulan sejak kecambah ditanam.

I.1.2.10. Program Pemupukan di Pembibitan.

Ada beberapa pendapat tentang program pemupukan termasuk pemilihan jenis pupuk yang digunakan di pembibitan kelapa sawit. Beberapa literatur mengatakan bahwa penggunaan pupuk majemuk baik dilaksanakan di pembibitan pre-nursery maupun main nursery.

Penggunaan sistem overhead sprinkler untuk penyiraman di pembibitan dapat menyebabkan pupuk yang diaplikasikan terlempar ke luar dari polibag , lebih-lebih bila butiran air yang keluar dari sprinkler ukurannya cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut di pre nursery dipergunakan pupuk yang dapat dilarutkan dalam air. Jenis pupuk ini dapat dibeli di pasar, baik dalam bentuk padat maupun dalam bentuk cairan dengan konsentrasi yang tinggi. Bahkan sekarang telah dibuat pupuk majemuk cair dengan keistimewaan setelah aplikasi pemupukan tidak perlu diadakan penyiraman untuk pencucian daun.

Di main nursery yang sistem penyiramannya menggunakan sistem penyiraman berkabut penggunaan pupuk campuran (pupuk tunggal yang dicampur) juga dianjurkan. Pengamatan yang telah dilaksanakan selama 3 tahun menunjukkan bahwa penggunaan sistem tersebut tidak mengakibatkan dampak buruk terhadap pertumbuhan bibit. Sebaliknya penggunaan sistem tersebut dapat menghemat biaya pemupukan.

Di pembibitan utama apabila sistem penyiraman menggunakan sistem sprinkler dan pemupukan dilaksanakan dengan bahan berbentuk granuler maka disarankan untuk memilih bahan pupuk dengan butiran yang agak besar. Hal ini untuk mengantisipasi agar pupuk tidak mudah loncat dari polibag karena terkena percikan air.

Yang harus diperhatikan dengan pemakaian pupuk majemuk adalah masalah mutu dan kandungan unsur dari pupuk tersebut. Untuk itu selain pupuk harus didapatkan dari suplier yang baik juga secara periodik harus dilaksanakan pengujian sampel.

Untuk mendapatkan metode dan ukuran yang tepat dengan hasil yang memuaskan manajemen dapat mengadakan percobaan dengan beberapa perlakuan dan berbagai variasi. Akhirnya dapat ditemukan metode dan dosis yang tepat dan secara umum dianggap memberikan hasil yang terbaik. Tidak ada satupun rekomendasi dari ahli pertanian sesuai untuk setiap kondisi yang spesifik.

I.1.2.10.1. Program Pemupukan di pre-nursery

Bibit tidak akan membutuhkan pupuk sampai tumbuh satu helai daun secara sempurna. Pemupukan dimulai dengan menggunakan pupuk yang dicairkan setelah daun pertama muncul dan tumbuh sempurna. Selanjutnya pemupukan dilaksanakan secara rutin.

Penggunaan Pupuk Tunggal dan Pupuk Majemuk

Rekomendasi pemupukan di pre nursery disajikan pada tabel i berikut :

Umur bibit Jenis Pupuk
+4 minggu (daun pertama) 30 gr Urea dilarutkan 18 liter air untuk 400 bibit
5 minggu 60 gr 15-15-6-4 dilarutkan 18 liter air untuk 400 bibit
6 minggu 60 gr 15-15-6-4 dilarutkan 18 liter air untuk 400 bibit
7 minggu 75 gr 15-15-6-4 dilarutkan 18 liter air untuk 400 bibit
8 minggu 90 gr 15-15-6-4 dilarutkan 18 liter air untuk 400 bibit

Untuk setiap minggu berikutnya dialkukan pemupukan sampai dengan bibit dipindahkan ke main nursery. Pupuk yang digunakan 90 gr 15-15-6-4 dilarutkan 18 liter air untuk 400 bibit.

Urea yang digunakan harus berkualitas baik. Urea yang mengandung biuret telah menyebabkan keracunan terhadap bibit. Hal ini pernah terjadi di Malaysia.

Pelaksanaan pemupukan di pre nursery dapat dengan menggunakan alat gembor atau hand sprayer tergantung pada situasi dan kondisi. Setelah digunakan untuk memupuk peralatan-peralatan tersebut harus dicuci bersih agar tidak berkarat.

Pelaksanaan pemupukan lebih baik dilaksanakan pada sore hari dan tidak boleh dilaksanakn pada saat sinar matahari sedang terik-teriknya. Setelah dilaksanakan pemupukan segera diikuti dengan penyiraman ringan. Hal ini untuk mencegah daun menjadi terbakar akibat kontak dengan pupuk.

Larutan pupuk disarankan dibuat lebih awal minimal 4 jam sebelum digunakan. Hal ini untuk menjamin agar pelarutan dapat terjadi dengan sempurna. Stok-stok larutan dapat dibuat dalam konsentrasi tinggi kemudian baru dicairkan atau diturunkan konsentrasinya begitu akan dimasukkan ke dalam gembor atau hand sprayer. Dengan cara tersebut perhitungan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan lebih akurat.

Penggunanan Pupuk Cair Majemuk

Pupuk cair majemuk dengan aplikasi disemprotkan ke daun sekarang sudah tersedia di pasar. Ada beberapa produsen membuat pupuk jenis ini.

Berikut ini rekomendasi penggunaan pupuk daun cair:

Minggu ke-4 s/d 7 – Setiap minggu disemprot sampai basah dengan larutan pupuk
Sejak kecambah ditanam majemuk cair (21:21:21) , 15 gram dilarutkan dalam 5 liter
Cukup untuk 100 bibit
Minggu ke-8 s/d 12 Setiap minggu disemprot sampai basah dengan larutan pupuk
majemuk cair (21:21:21) , 15 gram dilarutkan dalam 5 liter
Cukup untuk 25 bibit
Apabila karena alasan tertentu sehingga bibit belum dapat dipindahkan ke main nursery maka setiap minggu diberi perlakuan pemupukan seperti dosis diatas
Jika penggunaan pupuk sesuai dengan aturan yang tertera di atas maka tidak akan terjadi resiko daun bibit terbakar. Pemupukan dengan bahan tersebut mudah untuk dilaksanakan serta tidak perlu ada pencucian daun setelah selesai kegiatan pemupukan. Bahan tersebut aman bagi pekerja baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan pemupukan. Bahan ini aplikasinya juga dapat dipadukan dengan sistem pengairan. Hal ini di Malaysia dicoba pada berbagai pembibitan dengan sistem “fertigation”.

Kekurangan penggunaan pupuk seperti tersebut di atas adalah terjadi kekurangan unsur tertentu yang diperlukan oleh tanaman. Biasaya unsur yang kurang adalah boron . Oleh sebab itu diatasi dengan memberikan pupuk High Grade Fertilizer Borax (HGFB) yang diberikan dengan disemprotkan pada daun, dengan konsentrasi 0,25%. Gejala kekurangan unsur biasanya ditemukan pada saat umur bibit sekitar 8 minggu. Apabila gejala kekurangan unsur tersebut belum hilang maka pemberian boron dapat dilanjutkan setelah bibit tersebut dipindahkan ke main nursery.

I.1.2.10.2. Program Pemupukan di Main Nursery

Untuk pemupukan di main nursery ada dua pilihan yang dapat dilakukan. Pertama dengan menggunakan pupuk majemuk dalam bentuk granuler. Dan yang kedua dengan pemupukan sistem campuran langsung. Sistem pertama dilaksanakan bila sistem penyiraman dengan menggunakan sprinkler, sedang sistem kedua menjadi pilihan yang lebih murah bila penyiraman menggunakan sistem penyiraman berkabut ( misalnya sistem selang politen perforasi).

Penggunaan Pupuk Majemuk Dalam Bentuk Butiran

Jadwal pemupukan dilaksanakan sebagai berikut :

Umur Bibit (Minggu) Jumlah Pupuk per Bibit
9 3,5 gr 15/15/6/4
10 3,5 gr 15/15/6/4
12 7 gr 15/15/6/4
14 7 gr 12/12/17/2 + TE
16 7 gr 15/15/6/4
18 7 gr 12/12/17/2 + TE + 7 gr Kieserite
20 7 gr 15/15/6/4
22 7 gr 12/12/17/2 + TE
24  7 gr 15/15/6/4 + 7 gr Kieserite
26 15 gr 12/12/17/2 + TE
28 15 gr 15/15/6/4
30 15 gr 12/12/17/2 + TE
32 15 gr 15/15/6/4 + 15 gr Kieserite
34 30 gr 12/12/17/2 + TE
36 30 gr 12/12/17/2 + TE
38 30 gr Kieserite
40 30 gr 12/12/17/2 + TE
42 30 gr Kieserite
44 30 gr 12/12/17/2 + TE
46 30 gr 12/12/17/2 + TE
48 30 gr 12/12/17/2 + TE
51 30 gr Kieserite
54 30 gr 12/12/17/2 + TE
57 30 gr 12/12/17/2 + TE
60 30 gr 12/12/17/2 + TE + 30 gr Kieserite

 Pemberian 15 30 gr Nitro 26 kemungkinan diperlukan pada tahap ini kemungkinan diperlukan
sesuai dengan kondisi bibit.

Tabel acuan pemberian pupuk tersebut di atas masih dapat diubah sesuai dengan kondisi yang ada. Seandainya muncul tanda –tanda kekurangan unsur boron misalnya maka pemberian borax diperlukan. Untuk tanaman di sekitar pantai pemberian kieserite dapat dikurangi. Pertimbangan dan saran dari ahli agronomi diperlukan untuk mendapatkan dosis yang tepat untuk masing-masing kondisi yang spesifik.

Penggunaan Pupuk yang Dicampur Langsung

Penggunaan pupuk campuran di main nursery direkomendasikan bila penyiraman menggunakan sistem berkabut. Berikut ini dosis pupuk yang dianjurkan untuk pemberian di main nursery, berpatokan pada urea.

Pada saat — 100 gr Rock Phosphate
pengisian polibag

Minggu I s/d III — Setiap minggu disemprot dengan pupuk 21:21:21 dengan dosis
Setelah transplanting 15 gr dilarutkan pada 5 liter air cukup untuk memupuk 25 bibit

4 minggu setelah — 10 gram campuran 15:15:6:4 per bibit
transplanting

8 minggu setelah — 15 gram campuran 12:6:22:2 + 10 gr Kieserite per bibit
transplanting

12 minggu setelah — 15 gram campuran 12:6:22:2 per bibit
transplanting

16 minggu setelah — 20 gram campuran 12:6:22:2 per bibit
transplanting

20 minggu setelah — 25 gram campuran 12:6:22:2 per bibit
transplanting

24 minggu setelah — 30 gram campuran 12:6:22:2 + 15 gr Kieserite per bibit
transplanting

Pada saat penanaman bibit ke lapangan pada setiap lubang tanam diberi pupuk dasar 1 kg Rock Phosphate untuk lokasi penanaman baru di bekas hutan.

Kemungkinan perlu ditambahkan trace element (unsur hara mikro) misalnya yang sering terjadi untuk pengembangan penanaman baru di bekas hutan sering-sering terjadi kekurangan unsur boron. Dalam hal ini terjadi maka diberi borax bila sewaktu-waktu terdapat tanda-tanda di serat daun.

Kahati-hatian Dalam Penggunaan Pupuk di Pembibitan

Pupuk majemuk maupun pupuk campuran dapat menyebabkan daun bibit terbakar. Hal ini dapat terjadi bila pemberian tidak mengikuti dosis yang telah ditetapkan (over dosis) ataupun karena kecerobohan sewaktu melaksanakan pemupukan.

Pupuk padat dapat diberikan pada waktu kapan saja. Pemberian diberikan pada jarak 5 – 7 cm dari pangkal batang.

Harus dihindari kontak anatara pupuk dengan daun yang masih muda, baik kontak langsung maupun terkena dari tangan pekerja. Pekerja tidak diijinkan menggunakan sarung tangan, karena pupuk dapat menempel di sarung tangan tersebut dan bila menyentuh daun dapat menyebabkan daun tersebut terbakar.

Takaran pupuk yang tepat harus disediakan, hal ini untuk menghindari pemberian jumlah pupuk yang tidak sama atau kelebihan pupuk yang dapat menyebabkan bibit keracunan. Takaran ukuran 30 gr yang biasa dipakai untuk insektisida maupun fungisida kiranya dapat dimanfaatkan untuk takaran pupuk. Apabila setiap tanaman memerlukan 10 gr maka satu takaran dipergunakan untuk 3 bibit, apabila pertanaman memerlukan 15 gr maka setiap takaran dapat mencukupi untuk dua bibit. Dengan cara tersebut kemungkinan pembagian dosis pertanaman menjadi tidak merata atau ada selisih antara satu tanaman dengan yang lain. Namun dengan cara tersebut pekerjaan lebih cepat dapat diselesaikan serta diharapkan setelah terbiasa karyawan dapat membagi dosis menjadi lebih akurat.

Penggunaan pupuk dalam jumlah yang pas benar-benar harus ditekankan. Pemberian pupuk yang berlebihan tidak memberikan manfaat pada tanaman bahkan akan menimbulkan kerugian pada tanaman itu sendiri. Oleh sebab itu ketepatan dalam memberikan pupuk menjadi hal yang perlu diperhatikan, keterlibatan ahli pertanian diperlukan untuk merencanakan program pemupukan di pembibitan kelapa sawit.
I.1.2.11. Hama, Penyakit, Defisiensi dan Masalah Lain di Pembibitan

Aspek manajemen pengelolaan pembibitan merupakan hal yang sangat penting. Apabila terdapat gejala serangan hama dan penyakit pada pembibitan dapat merupakan tanda-tanda kegagalan kalau tidak ditangani segera pada tahap awal serangan dan dikontrol secepat mungkin.

Pemeriksaan pembibitan secara teratur dengan kejelian tinggi dan dilaksanakan oleh staf yang berpengalaman merupakan kunci dari pengendalian hama dan penyakit dengan keyakinan yang mantap bahwa mencegah lebih mudah dari pada mengobati.

Pengendalian hama dan penyakit di pembibitan tidak dimaksudkan untuk memperhatikan dan menangani ribuan jenis hama dan penyakit yang mungkin ada tetapi hanya ditujukan untuk hama dan penyakit yang biasa menyerang pembibitan.

I.1.2.11.1. Hama Mamalia

Pada kegiatan penanaman di areal yang luas dan dilaksnakan dalam waktu yang cukup lama hama mamalia sering kali menjadi pokok permasalahan seperti tikus dan kadang-kadang babi hutan. Kera kadang-kadang juga dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan. Pada kebun yang telah lama di bangun, binatang-binatang peliharaan seperti sapi dan kambing juga dapat menimbulkan masalah. Di masa depan sepertinya akan timbul masalah yang lebih besar karena melihat kecenderungan sekarang ini sedang musim memelihara sapi atau biri-biri di dalam kebun. Walaupun hewan-hewan tersebut dikontrol tempat merumput serta kegiatan merumputnya namun sewaktu-waktu dapat lepas kontrol serta mencari makan di luar areal yang telah direncanakan sebelumnya.

Pada daerah penanaman baru di mana kegiatan land clearing berbatasan dengan hutan serta jalan-jalan yang kanan kirinya ada hutan, atau untuk konservasi sungai, dapat menjadi tempat tinggal hama yang akan menimbulkan kerugian. Gajah , babi hutan, landak, rusa, tikus bambu kera dan lain-lain telah menimbulkan masalah-masalah pada pembibitan yang lokasinya berbeda-beda. Beberapa jenis dari binatang tersebut dilindungi oleh hukum dan untuk memindahkan cukup sulit atau tidak mungkin sehingga tindakan pencegahan terjadinya gangguan merupakan proritas tindakan utama.

Pada tanaman pengembangan baru maupun replanting kadang-kadang pembuatan pagar merupakan sesuatu yang penting, dan untuk mamalia besar diperlukan pagar listrik yang dipersiapkan dari semula. Pembangunan pagar tersebut dapat menjadi solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah.

a. Gajah (Elephas maximus)

Gajah dapat merusak tanaman di bibitan hanya dengan lewat di tengah-tengah tanaman, tanpa ada maksud untuk menghancurkan atau untuk memakannya.

Biasanya pagar listrik yang baik dapat mencegah terjadinya hal tersebut. Namun contoh kasus yang telah terjadi di daerah Pahang , ada gajah yang dapat membuat hubungan pendek pada pagar listrik dengan cara menjatuhkan cabang di atas kawat. Selanjutnya gajah tersebut menginjak-injak tiang-tiang pagar.

Untuk mengatasi segala permasalahan yang menyangkut gangguan gajah sebenarnya dapat diatasi oleh pusat-pusat pelatihan gajah. Dengan program ini gajah dapat ditangkap dan dipindahkan ke lain tempat. Program pelatihan gajah membutuhkan banyak waktu serta yang tidak disenangi adalah setelah mengikuti program pelatihan gajah dapat berinteraksi dengan gajah lain yang tidak ikut program pelatihan.

b. Babi Hutan (Sus scrofa & Sus barbatus)

Babi hutan dapat menyebabkan beberapa kerusakan di pembibitan. Pembuatan pagar yang terbuat dari kawat dan jaring yang bermutu jelek dapat ditembus oleh hewan tersebut. Pemasangan pagar listrik nampaknya lebih efektif untuk mencegah gangguan babi hutan.

Babi hutan dapat diumpan dengan brondolan buah sawit yang diletakkan di dekat panggung yang dibangun di atas pohon. Dari panggung tersebut ada seorang atau dua orang pemburu yang memasang beberapa lonceng sebagai tanda rombongan babi datang yang biasanya pada sore atau malam hari. Jika babi yang datang banyak maka tidak ada salahnya mengerahkan pemburu lokal untuk memukul atau menembak binatang-binatang tersebut.

c. Landak ( Hystrix brachyura)

Landak biasanya suka sekali makan hati dari tanaman sawit baik di pembibitan maupun di lapangan. Mereka sembunyi pada siang hari di pinggiran hutan atau di jurang-jurang yang tidak bersih, di mana terdapat pohon atau kayu yang berlubang . Maka sangat perlu dipastikan tempat-tempat yang biasanya dipakai tempat landak bersembunyi harus dibersihkan. Daging landak disenangi para pemburu. Dan pemburu dapat diberi bonus apabila berhasil membunuh atau mendapatkan landak. Sistem ini pernah diterapkan di kebun Batu Niah di Serawak dan berhasil mengurangi populasi landak sejumlah 200 ekor.

Pengalaman menunjukkan bahwa landak menyebabkan kerusakan yang lebih banyak pada tanaman sawit muda dari pada gajah. Sementara itu sejauh ini laporan tentang kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh binatang tersebut tidak lengkap baik yang terjadi di Malaysia Timur atau Malaysia Barat.

d. Kera (Macaca spp.)

Kera yang paling banyak menimbulkan kerusakan adalah kera berekor babi (Macaca namestrina) dan Kera berekor panjang (Macaca fascicularis) yang di Malaysia dikenal dengan nama Borok dan Kera. Binatang-binatang tersebut senang sekali mencabut daun tombak dari tanaman sawit muda. Mereka biasanya banyak sekali mencabutnya untuk dimakan.

Cara pengendalian yang paling tepat adalah dengan menembak mereka kemudian bangkainya digantung di tiang gantungan untuk menakut-nakuti kawanan mereka sehingga keberaniannya lenyap.

e. Tikus (Rattus spp.)

Tikus menyebabkan kerusakan di pembibitan. Pemberian umpan secara rutin untuk mengatasi hama tersebut biasanya diberikan dengan interval 4 hari sekali. Dan baru berhenti setelah kelihatan tanda-tanda serangan tidak ada lagi. Biasanya serangan tikus terjadi di pembibitan yang kurang terjaga kebersihannya misalnya karyawan sering membuang sisa-sisa makanan atau benda-benda lain di pembibitan. Dari situlah biasanya bermula serangan hama tikus yang datang untuk makan sisa-sisa makanan tersebut.

Apabila umpan tidak ada yang pindah tempat atau dimakan tikus bukan berarti pemberian dibatasi, tetapi pemberian selanjutnya diperluas daerahnya untuk mencegah serangan-serangan yang lebih jauh.

Jika di kebun terdapat burung hantu menaruh beberapa kotak sarang di sekeliling pembibitan dapat menadi predator alami bagi tikus yang efektif. Pada situasi ini umpan yang dianjurkan seandainya masih digunakan adalah umpan “generasi pertama” misalnya yang bahannya berbasis Warfarin.

f. Tupai Pohon Buncit Merah ( Callosciurus notatus)

Pembibitan yang dibangun di komplek perkebunan kelapa sawit yang sudah besar dan berumur tua serta replanting kemungkinan juga sedang berlangsung, dan terdapat tupai pada tanaman menghasilkan maka di pembibitan tersebut dapat terancam hama tupai-tupai dimaksud.

Pernah dilaporkan bahwa hama tupai dapat menyebabkan kematian tanaman muda di lapangan lebih dari 9% dari jumlah populasi yang ditanam. Begitu pula tupai juga menyerang bibit yang ada di large bag. Ini menunjukkan bahwa serangan tupai cukup atraktif.

Pengendalian hama ini sukup sulit untuk dilaksanakan, bahkan pemberian umpan beracun tidak memberikan hasil yang diharapkan. Memasang jebakan pada lintasan yang sering dilewati memberikan hasil yang cukup baik. Dan di perkebunan coklat pernah dicoba jebakan yang berbentuk kurungan ternyata juga dapat memberikan hasil yang lumayan. Namun kedua cara tersebut membutuhkan banyak tenaga, banyak biaya sehingga dianggap kurang efektif. Cara lain yang dianggap lebih efektif yaitu dengan memburu dan menembaki tupai di penggir pembibitan, bagi yang dapat membunuh atau menangkap tupai diberikan bonus.

g. Binatang Piaraan

Binatang piaraan seperti sapi , kambing dan biri-biri juga dapat menimbulkan gangguan pada pre-nursery. Binatang-binatang tersebut dapat memporakparandakan bibit-bibit yang ada sehingga keluar dari polibag. Untuk mengatasi gangguan tersebut di pembibitan dapat dipasang kawat berduri.

Kelemahan pemasangan pagar pada pembibitan adalah pada bagian pintunya. Biasanya karyawan sering lupa untuk menutup kembali pintu setelah digunakan. Atau pintu-pintu tersebut dibuka oleh anak-anak kecil. Oleh sebab itu harus dibuat peraturan bahwa pintu harus selalu dalam keadaan terkunci kecuali pada saat dipergunakan. Seharusnya ada karyawan yang diberi tugas untuk mengunci dan membuka pintu pembibitan.

I.1.2.11.2. Hama Serangga

a. Cengkerik (Brachytrupes spp., Acheta spp., Gryllus spp.)

Serangga dapat menimbulkan kerusakan pada bibit setelah kecambah tumbuh dengan cara memakan pucuk dari bibit yang baru tumbuh. Hal ini tampak jelas pada pembibitan dengan sistem ganda yaitu pada saat bibit di pre-nursery di mana bibit ditata rapat-rapat , sehingga tersedia cukup makanan bagi cengkerik dengan memakan pucuk-pucuk tanaman tersebut.

Pengendalian dilaksanakan dengan cara menyebarkan insektisida pada tanah atau dengan menyemprotkannya pada sela-sela polibag. Kedua cara tersebut bila dijalankan dengan baik dapat memberikan hasil yang efektif.

b. Apogonia sp. dan Adoretus sp.

Serangan hama ini biasanya terjadi dan menjadi masalah di pembibitan yang berada di sekitar vegetasi pepohonan yang lebat. Hama tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan daun. Biasanya daerah yang diserang adalah daerah-daerah bibitan bagian tepi, namun pada kasus-kasus serangan yang parah serangan terjadi si seluruh bibitan. Kumbang-kumbang tersebut pada siang hari yang panas sembunyi di dalam tanah dan pada malam hari keluar dari persembunyiannya.

Pengendalian dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida pada sore hari dan harus dipastikan dilaksanakan dengan baik sehingga bila pada malam harinya terjadi serangan hama tidak akanterjadi kerusakan yang parah karena di bibitan telah disemprot terlebih dahulu.

Beberapa racun yang lewat perut (masuk melalui makanan) terbukti cukup efektif. Namun insektisida yang bersifat sistemik lebih disukai karena residunya masih mempunyai efek sampai waktu 10 hari. Penyemprotan insektisida dilaksanakan dengan interval waktu 10 hari sekali sehingga serangan baru tidak terjadi lagi.

Pemberian obat melalui tanah yang ada pada polibag terbukti juga ampuh untuk memberantas hama ini.

Ada kemungkinan kumbang-kumbang ini sembunyi pada tanah yang ada pada areal pembibitan atau pada lokasi-lokasi yang tidak jauh dari pembibitan. Jika hal ini terjadi maka butiran-butiran insektisida sebaiknya disebarkan pada tanah di pembibitan atau tanah yang ada polibag.

c. Kutu Daun (Cerataphis spp., Oregma spp. Hysteroneura spp.)

Hama ini kadang-kadang ditemukan pada pembibitan dengan ledakan populasi yang cukup besar. Kutu daun biasanya ditemukan pada daun yang baru muncul, pada daun tersebut banyak ditemukan makanan pada jaringan daun. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada daun bendera dan daun tombak.

Penyemprotan insektisida dengan cara disemprotkan langsung di permukaan daun sebelah bawah pada daun bendera dan daun tombak dilaksanakan untuk mengatasi hama ini dengan cepat.

d. Tungau Laba-laba Merah (Tetranychus piercei & Oligonychus spp.)

Hama ini lebih dikenal dari sebelumnya setelah akhir-akhir ini banyak menyerang di pembibitan. Hama ini mengisap cairan daun dari permukaaan sebelah bawah. Bila serangan cukup berat dapat menyebabkan daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan. Bila tidak teliti hal ini akan dikira timbulnya warna tersebut dikarenakan tanaman kurang unsur magnesium atau karena spot-spot jamur.

Hama ini cukup kecil namun masih dapat dilihat dengan mata telanjang dan kelihatan seperti titik merah yang bergerak-gerak di permukaan daun bagian bawah. Dengan menggunakan lensa tangan telur dari hama ini dapat terlihat seperti kumpulan titik-titik merah. Larvanya juga dapat dilihat dengan menggunakan lensa. Telurnya yang sudah kosong tampak seperti titik-titik putih dan bila banyak dapat terlihat dengan mata telanjang. Jaring-jaring seperti jaring laba-laba dihasilkan oleh hama ini sehingga namanya disebut tungau laba-laba merah.

Perlu diperhatikan bahwa tungau ini masuk golongan binatang arachnides (mempunyai 4 pasang kaki) , bukan termasuk golongan serangga. Hal ini sangat penting untuk menentukan langkah-langkah pengendaliannya. Dengan menggunakan insektisida tungau dewasa dapat mati, namun untuk larva dan telurnya tidak mati. Oleh sebab itu untuk mengendalikan hama ini lebih baik digunakan akarisida.

Sepanjang siklus hidupnya hama ini ada di permukaan daun bagian bawah sehingga pada saat menyemprotkan akarisida harus dipastikan bahwa daun bagian bawah benar-benar basah.

Penggunanaan bahan untuk menyemprot yang tepat serta pelaksanaan penyemprotan dilaksanakan dengan benar akan membuat tindakan pengendalain menjadi lebih sederhana dan efektif. Pengamatan yang teliti serta pengenalan dan penanganan secara dini akan dapat mengurangai kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini.

e. Kutu Bertepung (Dysmicaccus brevipes)

Kutu ini bukan hama yang biasa menyerang pada pembibitan, namun kadang-kadang ditemukan menyerang pada sejumlah pohon/bibit kelapa sawit. Hama ini berupa binatang berwarna putih dan berkesan bertepung. Keberadaannya sering kali menyertai semut. Hama ini mengisap cairan di jaringan daun dan menyebabkan bibit menjadi lemah.

Langkah pengendaliannya dengan cara mengisolasi tanaman yang terkena serangan kemudian hama yang ada diambili dengan tangan. Apabila jumlah koloninya cukup banyak maka sebaiknya disemprot saja dengan insektisida .

I.1.2.11.3. Penyakit

a. Penyakit Daun pada Awal Pertumbuhan

Penyakit ini terutama menyerang pre-nursery dan sebelumnya dianggap sebagai anthracnose. Sekarang diketahui bahwa ada tiga jenis jamur penting yang menjadi penyebabnya. Yaitu Glomerella cingulata, Botryodiplodia palmarum, Melanconium elaedis (Turner,1976).

Pada tahap perkembangan awal, dalam bentuk kecil, mula-mula muncul di daun bibit kelapa sawit sebagai titik yang jelas berwarna pucat. Kemudian berkembnag dan berubah warnanya menjadi coklat. Selanjutnya jaringan daun menjadi mati. Jaringan daun yang terinfeksi dengan bagian yang sehat terdapat batas yang jelas.

Penyebab terjadinya serangan ini terkait dengan penyiraman yang terlalu basah dan kondisi kelembaban yang tinggi. Kejadian ini sering kali terjadi pada bedengan yang diberi naungan, dan naungan tersebut terbuat dari daun sawit atau daun kelapa.

Tindakan pengendalian dilaksanakan dengan penyemprotan fungisida yang dilaksanakan secara rutin. Jika ada bibit yang terserang maka pada jaringan daun yang terinfeksi dipotong dengan gunting, dan lebih bagus lagi bila potongan tersebut kemudian dibakar.

b. Blast (lodoh)

Penyakit ini biasanya menyerang pada pembibitan dengan sistem irigasi yang tidak efisien. Akibatnya tanah dalam polibag menjadi panas dan kering. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pythium. Jamur ini menyerang akar sehingga dapat menyebabkan bibit mati. Perlu diketahui bahwa untuk daerah-daerah di Asia Tenggara jamur ini kadang-kadang sudah ada pada polibag sejak polibag ditata dalam pembibitan.

Untuk mengurangi terjadinya serangan jamur atau penyakit ini perlu diperhatikan dan dipastikan hal-hal sebagai berikut :
– Ketersediaan air di pembibitan dengan sistem irigasi yang layak sehingga tanah dalam polibag selalu terjamin kelembabannya dan kebutuhan airnya.
– Media tanah dalam polibag dapat mempertahankan kelembaban sehingga tidak langsung kering bila disiram.
– Pemberian mulsa dapat menjaga suhu tanah, mencegah tanah menjadi panas.

Jika penyakit ini telah menyerang di pembibitan maka tidak banyak yang dapat dilakukan kecuali mencegah agar serangan tidak meluas. Bibit yang telah terinfeksi segera dicabut dan dibuang sehingga tidak menularkan penyakit. Bibit yang lain lebih aman dari serangan dan pemeliharaan lebih ringan dilaksanakan..

c. Penyakit Curvularia (Curvularia eragrostidis) atau Nursery Leaf Spot

Penyakit ini biasanya menyerang pada bibitan yang telah agak stabil pertumbuhannya. Sering kali penyakit ini ditandai dengan pertumbuhan bibit yang terlambat dan kerdil sehingga penyakit ini akhirnya dapat dikenali. Sifat penyakit ini memang menghambat pertumbuhan dan memperlambat perkembangan bibit.

Gejala-gejala serangan bibit ini bervariasi tergantung dari tingkat serangan infeksinya. Biasanya tanaman jadi kerdil, ada bercak coklat gelap pada daun atau luka dengan lingkaran berwarna kuning atau oranye yang terlihat jelas mengelilingi luka tersebut pada permukaan daun. Pada kasus yang telah parah terdapat luka besar yang terlihat dan menyebabkan daun-daun mati.

Tindakan pengendalian dilaksanakan dengan melaksanakan penyemprotan fungisida sebulan dua kali. Namun apa bila terjadi serangan yang cukup nyata maka rotasi penyemprotan dapat ditambah.

Penting untuk diperhatikan bahwa bibit yang telah terserang agar segera dipindahkan dari lokasi pembibitan dengan cara diseleksi secara rutin. Sementara ada anggapan bahwa serangan Curvularia terkait dengan kekurangan unsur hara pada tanaman. Hal ini belum terbukti. Namun apabila tanaman cukup unsur hara yang diperlukan maka daya tahan terhadap serangan menjadi cukup tinggi.

d. Corticium

Penyakit ini biasanya terjangkit di bagian pinggir main nursery. Gejala-gejala serangan ditunjukkan dengan adanya garis garis yang terdiri dari luka berwarna coklat., kemudian jaringan daun menjadi putih keabu-abuan dengan pinggir berwarna coklat keunguan.

Pengendalian dilaksanakan dengan penyemprotan fungisida secara rutin.

e. Helminthosporium

Penyakit ini berhubungan dengan bibit sawit yang lebih besar sehingga aliran udara antar bibit menjadi kurang. Bila hal ini terjadi maka bibit harus ditata kembali menjadi lebih jarang.

Tanda-tanda serangan ini ditunjukkan dengan munculnya bercak coklat gelap yang sekelilingnya secara berangsur-angsur menjadi kekuning-kuningan. Bila bercak-bercak tersebut bergabung dan menjadi besar maka daun lama-lama menjadi mati dari pinggir.

Sebagaimana halnya dengan Curvularia, pengendalian penyakit ini dilaksanakan dengan penyemprotan fungisida secara rutin.

f. Busuk Pucuk

Kadang-kadang daun tombak yang baru tumbuh atau daun yang baru terbuka warnanya menjadi kuning dan bahkan berangsur-angsur menjadi hitam. Daun tersebut mudah dicabut dengan tangan serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. Jaringan di pangkal menjadi lunak dan busuk.

Jamur fusarium keberadaannya dihubungkan dengan kondisi yang ada di pembibitan. Namun apakah hal ini menjadi penyebab utama atau penyebab sekunder belum dapat dipastikan.

Tindakan pengendalian dilaksanakan dengan membasahi daun tombak yang telah dibuka dengan fungisida yang cocok. Perlakuan ini dapat membawa hasil dan tanaman dapat sembuh asalkan serangan belum mencapai ke titik tumbuh. Dalam prakteknya bila dalam 3 atau4 minggu belum ada daun tombak baru yang muncul maka tanaman telah rusak.

I.1.2.11.4. Gejala Defisiensi

Kekurangan unsur hara makro dan mikro dapat terjadi di pembibitan dan dapat menyebabkan pertumbuhan bibit menjadi tidak optimal. Pada kasus- kasus tertentu hal ini dikarenakan tanah yang dipergunakan untuk mengisi polibag memang tidak memenuhi syarat bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terjadi mulai dari awal pengisian tanah atau setelah tanah digunakan untuk media kemudian persediaan hara jadi habis. Pada kasus yang terjadi pada jenis tanah tertentu dengan adanya penyiraman berat dapat mengakibatkan pencucian unsur hara sehingga akhirnya media tanah dalam polibag tersebut tidak dapat mendukung pertumbuhan bibit. Pada beberapa kasus terjadi ketidak seimbangan nutrisi hal ini terjadi karena beberapa unsur hara tertentu bercampur dalam tanah sehingga tidak dapat diserap untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini dapat menyebabkan tanaman menjadi kekurangan unsur hara.

Jika terjadi tanda kekurangan unsur hara pada tanaman di pembibitan maka sebaiknya dikonsultasikan pada ahli pertanian apakah salah dalam pelaksananaan pemupukan atau ada sebab-sebab lain.

Untuk pembuatan pembibitan baru yang cukup besar sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan ahli pembibitan sehingga segala sesuatunya dapat diatur dengan baik dan cocok.

Dibawah ini dibahas kekurangan hara yang lazim terjadi di pembibitan.

a. Kekurangan Boron

Tanda-tanda yang timbul bila kekurangan unsur ini adalah :
– Timbul jaringan “flaps of lamina” ( lapisan kelopak) pada bibit.
– Timbul bentuk bengkok-bengkok pada lembaran daun.
– Adanya serat seperti kumis yang muncul……….(between the terminal pinnae of both bifid and pinnate leaves)
– Terjadi pengurangan panjang dari daun yang muncul kemudian sehingga akhirnya ukuran daun menjadi kecil, hal ini dapat terlihat dengan jelas. Pada tahap-tahap awal dapat terbentuk tanaman sawit dengan tajuk yang rata. (Turner, 1991).

Dengan penyemprotan daun dengan menggunakan Borax serta dengan penyiraman yang cukup kondisi kekurangan boron dapat diatasi dan dipulihkan.

Perlakuan untuk Pemulihan

Pemberian Borax yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman keracunan Boron. Cara yang paling efektif dan lebih cepat dari pada aplikasi lewat tanah yaitu dengan menggunakan menyemprotkan 0.25% High Grade Fertilizer Borat lewat daun. Penyemprotan dilaksanakan setiap dua minggu sekali sampai tumbuh daun baru serta gejala-gejala kekurangan boron tidak ada lagi.

Tanda-tanda Keracunan Boron

Keracunan boron biasanya tampak setelah pemberian boron yang berlebihan pada tanaman. Gejalanya terlihat dengan munculnya alur di antara urat-urat daun, lebih jelas lagi di “leaf tip”. Daun berwarna kekuning-kuningan selanjutnya jaringan daun mati karena terjadi nekrosis (lubang-lubang).

b. Kekurangan Magnesium

Gejala-gejala serangan biasanya muncul pada bibit dengan umur minimal 2 bulan dan biasanya umur 3 bulan atau lebih, khusunya terjadi di main nursery. Lazimnya terjadi gejala kekurangan unsur magnesium bila tanah yang digunakan sebagai media di polibag banyak mengandung pasir.

Tanda-tanda terjadinya unsur ini adalah daun mulai terlihat semakin kusam, tidak mengkilat lagi. Selanjutnya daun bagian bawah menjadi belang-belang kusam kemudian berubah menjadi kuning pucat. Pada kasus yang parah perubahan warna terjadi juga pada daun yang masih muda. Bahkan daun yang ada di bawah menjadi belang-belang dengan warna coklat. Warna oranye yang cerah dan biasa terlihat di sawit yang ditanam di lapangan adalah bukan sesuatu yang normal bila terjadi di pembibitan. Hal ini mungkin perlu penyiraman yang konstan.

Perubahan warna yang terjadi mulai dari daun yang tua lebih dulu baru ke daun muda menjadikan kekurangan magnesium menjadi mudah dikenali dari tanda-tanda tanaman kekurangan unsur nitrogen.

Kekurangan magnesium yang parah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan terhambat perkembangannya. Namun hal ini relatif mudah penanganannya.

Perlakuan untuk Pemulihan

Pemberian kieserit langsung pada tanah yang ada di polibag merupakan langkah yang paling efektif untuk mengatasi kekurangan unsur ini di pembibitan. Dosis pemberian kieseriet tergantung dari umur bibit. Untuk bibit yang berumur sampai dengan 8 bulan diberi 7 gram kieserite per tanaman dan yang berumur lebih dari 8 bulan diberi 14 gram. Jika dengan cara ini kurang bagus hasilnya maka dilaksanakan dengan cara lain yaitu penyemprotan dengan garam Epsom (magnesium murni). Penyemptotan diberikan pada daun dengan interval 4 hari sekali dan dilaksanakan selama 2 atau 3 minggu.

Perlu dicatat bahwa pemberian perlakuan tidak akan mengembalikan warna pada daun yang telah terlanjur berubah. Namun perlakuan yang benar akan membuat daun baru tidak akan berubah warnanya.

c. Kekurangan Unsur Nitrogen

Pada mulanya tanda kekurangan unsur ini pada tanaman adalah berkurangnya ukuran daun.Selanjutnya warna daun menjadi kuning mulai dari warna hijau kekuning-kuningan selanjutnya berubah menjadi kuning mengkilat. Kekurangan unsur ini juga terlihat daun yang paling mudah cepat berubah menjadi kuning. Jarang terjadi semua daun menjadi kuning seperti halnya yang terjadi pada keadaan kekurangan unsur magnesium. Tanda-tanda kekurangan unsur ini muncul lebih lambat dari pada tanda-tanda kekurangan unsur magnesium.

Perlakuan

Salah satu penyebab utama kekurangan unsur ini adalah adanya genangan air dalam polibag. Jika hal ini terjadi maka segera dibuat lubang pembuangan air pada polibag. Hal ini penting agar jangan sampai terjadi kelebihan air sehingga menggenang pada polibag. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan melaksanakan penyemprotan urea konsentrasi 2% pada daun. Penyemprotan dilaksanakan setiap 7 hari sekali dan dilaksanakan sampai warna hijau pada daun pulih kembali. Tidak seperti yang terjadi pada tanda-tanda kekurangan magnesium, kekurangan nitrogen dengan perlakuan yang benar warna daun dapat kembali seperti semula.

d. White Stripe

Tanda yang mula-mula muncul pada kasus ini adalah daun muda menjadi berdiri tidak normal dan kaku. Selanjutnya muncul tanda pita yang berwarna putih atau kuning pucat antara lidi dan pinggir helaian daun pada daun muda.

Penyebab dari terjadinya kasus ini belum diketahui meskipun kondisinya mirip pada kasus pohon sawit yang tumbuh di lahan berpasir sehingga kekurangan boron. Kemungkinan yang menjadi penyebabnya adalah adanya ketidak seimbangan unsur hara namun tanda-tandanya tidak cepat terlihat.

Pada kasus ini jangan sampai rancu dengan kasus Chimera yang akan diterangkan kemudian.

Perlakuan yang dibutuhkan adalah dengan mengadakan pemupukan sesuai dengan jadwal dan prosedur yang benar, karena secara khusus penyebab dari kelainan ini belum diketahui. Apabila hal ini terjadi lebih baik lagi pelaksanaan pemupukan unsur nitrogen atau pupuk majemuk dikombinasikan atau harus ada kandungan unsur phospor , potasium dan magnesium.

e. Kekurangan Kalium

Kekurangan potasium (kalium) dilaporkan tidak dapat dikenali tanda-tandanya kecuali bibit telah lama ditanam dan dipelihara dalam polibag. Pada kondisi yang spesifik kekurangan unsur kalium dapat dilihat pada tanaman muda yang sudah ditanam di lapangan. Tanda –tanda tersebut berupa bercak oranye dan pada kasus berat dapat terlihat kuning .

Apabila di pembibitan terdapat tanaman yang ada gejala kekurangan kalium maka segera ditanam ke lapangan. Jika belum ada program penanaman ke lapangan dan bibit harus dipelihara dulu di pembibitan maka pemberian pupuk kalium perlu dilaksanakan. Aplikasinya dapat dicampur atau dilarutkan dalam air untuk kemudian disiramkan apabila kondisi air dalam tanah polibag kurang.

f. Kekurangan Phosphate

Kekuramgan unsur phosphate dalam pada pembibitan tidak pernah tercatat apabila bibit dikelola dalam kondisi alami (normal), walaupun bila sampai hal tersebut terjadi bukanlah sesuatu yang diinginkan. Kekurangan phosphate mungkin saja terjadi apabila tanah yang digunakan untuk pengisian polibag banyak sekali mengandung pasir (sangat berpasir) dan pemupukan tidak dijalankan sesuai dengan aturan.

Rekomendasi untuk mencampur rock phosphate dalam tanah yang diisikan dalam polibag kiranya cukup untuk mencegah terjadinya kekurangan unsur phosphate di pembibitan asalkan pemupukan dijalankan dengan baik sesuai dengan aturan.

I.1.2.11.5. Gangguan-gangguan Lainnya

Hal-hal yang perlu diketahui adalah mengenai cacing tanah, ganggang dan pengerasan tanah dalam bagian atas polibag.

a. Cacing Tanah

Cacing tanah lazimnya dianggap sebagai makhluk yang menguntungkan di bidang pertanian. Namun bila pada bibit kelapa sawit yang masih ada di pre-nursery bila terdapat binatang tersebut bergerombol banyak dalam polibag kecil akan menimbulkan masalah. Apabila populasi cacing tanah dalam polibag atau pada hamparan tanah pembibitan cukup tinggi serta tanah kondisinya berlempung seperti tanah pantai, hal ini akan menimbulkan masalah tersendiri. Bentukan tanah oleh cacing akan menyebabkan tertahannya drainase air dalam tanah dan permukaan tanah. Hal ini dapat menyebabkan tergenangnya air yang akhirnya dapat mengganggu pertumbuhan bibit. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan pemberian pada hamparan tanah pembibitan dan pada tanah yang akan diisikan ke polibag bila terdapat cacing di dalamnya.

b. Permukaan Tanah Terlapisi Lumut dan Permukaan Tanah yang Mengeras

Harus diperhatikan bahwa tanah pada polibag di pembibitan harus dijaga agar permukaannya tidak mengeras sehingga air dapat dengan mudah terserap ke dalam tanah. Pada kondisi yang parah permukaan tanah dalam polibag yang mengeras menyebabkan air tidak dapat dengan lancar masuk ke dalam tanah, namun hanya mengalir di permukaan atas. Hal ini dapat terjadi di pre nursery maupun di main nursery.

Penyebab dari mengerasnya tanah tersebut umumnya karena pengaruh tekanan dari butiran air penyiraman yang besar atau karena efek dari hujan deras.

Harus diperhatikan juga bahwa lumut dapat membentuk lapisan di atas pemukaan tanah dalam polibag. Lumut mudah tumbuh di tanah yang mengandung banyak bahan organik, khususnya apabila limbah pabrik padat dipakai untuk campuran pada tanah pengisi polibag. Penggunaan pupuk yang disemprotkan ke daun pada pembibitan tampaknya mempunyai efek meningkatkan perkembangan lumut yang ada di permukaan tanah dalam polibag.

Dari kondisi-kondisi tersebut di atas dapat diketahui bahwa lumut dapat menjadi kuat bila cukup mendapatkan sinar matahari, cukup lembab (terutama bila ada genangan air) dan cukup nutrisi baik dari pupuk atau dari dekomposisi bahan organik.

Di pembibitan utama biasanya diberi mulsa dari cangkang kelapa sawit yang diperoleh dari pabrik pengolahan kelapa sawit. Dengan pemberian cangkang tersebut dapat menahan percikan air penyiraman atau air hujan sehingga tidak terjadi pengerasan pada permukaan tanah pada polibag. Selain itu juga dapat menutup sinar matahari untuk sampai ke permukaan tanah sehingga menghambat perkembangan pertumbuhan lumut.

Di pre-nursery sebenarnya dapat juga dilaksanakan pemberian mulsa dengan cangkang. Namun hal ini tidak dilaksanakan karena mungkin waktu pemeliharaan di pre nursery cukup pendek. Cangkang cukup bagus dipergunakan untuk mulsa. Kulit padi juga bagus untuk keperluan tersebut bahkan pada awalnya kulit padi dipergunakan sebelum orang menggunakan cangkang. Bila pembibitan dibangun di daerah yang banyak terdapat kulit padi maka untuk keperluan mulsa kulit padi tersebut dapat digunakan.

Kegagalan pembibitan yang dapat menyebabkan pertumbuhan terlambat pada bibit kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya pengerasan pada permukaan tanah dan adanya lapisan lumut pada tanah di polibag. Bila ada pengerasan tanah pada polibag maka perlu penggemburan yang dilaksanakan secara manual. Hal ini biasanya dikerjakan sekali atau dua kali selama bibit ada di pre nursery.

Percobaan penggunaan fiber dari pabrik pengolahan kelapa sawit untuk mulsa meberikan hasil yang tidak bagus karena dapat merangsang pertumbuhan jamur dan lumut serta hal-hal lain yang menyebabkan bibit jadi merana pertumbuhannya.

I.1.2.11.6. Catatan Tentang Pengendalian Hama dan Penyakit

Hal- hal yang dapat dilaksanakan untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit :

a. Penyemprotan Pencegahan Secara Rutin

Pada kondisi yang normal kontrol yang dilaksanakan secara rutin di pembibitan haruslah menjadi kebijaksanaan standart. Di pre-nursery penyemprotan untuk mencegah serangan hama dan penyakit dilaksanakan secara rutin seminggu sekali. Waktu penyemprotan pada sore hari setelah dilakukan penyiraman. Sedangkan untuk main nursery penyemprotan dilaksanakan 2 minggu sekali.

Insektisida dan fungisida dapat dicampur pada saat dilakukan penyemprotan. Beberapa merek pestisida divariasikan setiap kali penyemprotan. Yang perlu dicatat adalah pestisida yang berbahan dasar tembaga tidak bisa dipergunakan karena akan menyebabkan daun terbakar.

Harus disadari bahwa kegiatan penyemprotan dalam rangka pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit di pembibitan membutuhkan biaya. Untuk itu manajer harus memperhitungkan rotasi dari kegiatan tersebut. Ketentuan yang disampaikan di atas adalah hanya sebagai pedoman yang tidak mutlak sehingga apabila kondisinya dianggap aman dengan tidak adanya serangan hama dan penyakit maka rotasi dapat dikurangi lagi. Bagaimanapun juga kesiagaan amat penting untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi serangan hama dan penyakit.

b. Pengguntingan dan Pembuangan Jaringan Daun yang Terkena Serangan Penyakit.

Apabila tindakan penyemprotan dianggap telah memadai, pengguntingan dan pembuangan jaringan daun yang telah terinfeksi penyakit tetap disarankan untuk dilaksanakan. Kegiatan ini mempunyai dua tujuan :
– Dengan dibuangnya jaringan yang terinfeksi, seandainya penyemprotan yang dilaksanakan tidak efektif maka penyakit tidak jadi menular.
– Dengan dibuangnya jaringan yang terinfeksi apabila sewaktu-waktu muncul serangan baru maka semakin efektif pengendalian yang dilaksanakan karena mulainya akan kelihatan lebih jelas dan kontrol dapat diketahui lebih awal.

c. Pelatihan Karyawan untuk Pengenalan Hama dan Penyakit

Setiap pembibitan mempunyai karyawan tetap yang dapat dilatih sehingga dapat mengenali adanya serangan hama dan penyakit ketika mereka menemuinya di lapangan. Pelatihan akan memberikan bekal pada karyawan agar dapat mengenali gejala serangan secara dini ketika serangan masih belum meluas. Mereka menjadi tahu apa yang harus dikerjakan begitu menemui gejala serangan.

I.1.2.12. Seleksi Bibit

Seleksi bibit kemungkinan merupakan salah satu prosedur terpenting yang dilaksanakan di dalam kegiatan pembibitan. Dengan seleksi bibit maka ada jaminan bahwa hanya bibit yang baik dan memenuhi syarat yang ditanam di lapangan.

Telah dilaporkan bahwa bibit yang jelek namun tetap ditanam di lapangan memberikan hasil antara 0% sampai 59% dibandingkan dengan bila kondisi bibit tersebut normal.

Kemungkinan nasihat terbaik yang dapat diberikan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap seleksi bibit adalah aturan dasar “bila ragu-ragu terhadap kondisi suatu bibit maka bibit tersebut diafkir saja”. Seringkali bibit yang kondisinya meragukan namun masih tetap dipertahankan atau tetap ditanam adalah karena adanya pemikiran bahwa “bibit tersebut dapat dipulihkan dalam waktu tidak lama dan membutuhkan sedikit perhatian”. Pemikiran tersebut salah, seharusnya seleksi bibit didasarkan pada pertimbangan yang realistis dan mematuhi standart-standart seleksi yang telah ditetapkan. Akibat dari kesalahan pelaksanaan seleksi bibit adalah produksi dari buah sawit yang ditanam akan memberikan hasil yang di bawah standart rata-rata. Setelah dicek blok-blok tersebut ternyata rendahnya hasil produksi diakibatkan oleh jeleknya kualitas bibit yang ditanam, yang seharusnya pada saat seleksi bibit-bibit tersebut diafkir. Blok-blok tersebut biasanya adalah blok penanaman tambahan dari rencana luasan yang telah ditetapkan. Beberapa manajer berpikir percaya diri terhadap keputusan tersebut namun dalam kenyataannya pemikiran atau keputusan tersebut memberikan dampak yang merugikan. Bibit-bibit yang seharusnya terseleksi namun tetap ditanam tersebut biasanya dilaksanakan pada periode-periode akhir seleksi. Bibit tersebut seharusnya sudah terafkir pada tahap seleksi-seleksi yang lalu. Hal inilah yang menyebabkan nantinya kebun tidak dapat memberikan hasil buah yang optimal sesuai dengan standart hasil rata-rata.

Pelajaran yang dapat diperoleh dari sini adalah bahwa kita harus curiga bila akan membeli bibit dari kelebihan pembibitan orang lain. Bukan berarti hal ini dikatakan bahwa dari sana tidak ada bibit yang berkualitas bagus. Namun lebih bijaksana apabila bibit yang ditanam benar-benar berasal dari hasil pembibitan sendiri sehingga memang pada saat membangun pembibitan harus direncanakan jumlah bibit yang digunakan untuk cadangan. Hal ini akan lebih menjamin bahwa bibit yang ditanam benar-benar bibit yang memenuhi standart.

Memang hal harus ditekankan dengan berbagai uraian yang telah disampaikan di atas bahwa pembuatan bibit yang memenuhi syarat standart harus lebih dari jumlah yang sebenarnya diperlukan. Dengan adanya kelebihan hal ini mungkin bukan sesuatu yang dikehendaki. Tujuan dari manajemen pembibitan seharusnya cukup jelas bahwa akan memproduksi bibit dengan kualitas bagus dan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan anggaran kebutuhan bibit yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman. Apabila akhirnya dihasilkan bibit yang memenuhi syarat melebihi jumlah yang diperlukan, ini adalah bonus dan bukan merupakan tujuan.

Kesimpulan dari hal-hal yang telah disampaikan di atas apabila pada akhir pembibitan dihasilkan bibit yang memenuhi standart dalam jumlah yang lebih sedikit dari yang diperlukan maka tidak boleh digunakan bibit yang sebenarnya telah diafkir untuk ditanam. Dalam hal ini lebih baik bila ada blok-blok yang ditinggalkan dulu untuk tidak ditanam. Penanamannya ditunda tahun berikutnya dengan cara membuat pembibitan pada tahun berikutnya yang lebih banyak untuk dianggarkan ditanam pada lokasi yang tertinggal dan belum ditanami tersebut.

I.1.2.12.1. Seleksi di Pre-nursery

Salah satu keuntungan pada sistem pembibitan ganda adalah pada saat dilaksanakan seleksi awal yang dilakukan di pre-nursery terhadap bibit yang tumbuh kurang sempurna dilaksanakan pada lokasi yang tidak luas. Pada pembibitan sistem satu tahap hal ini harus dilaksanakan pada lokasi yang cukup luas sehingga menghabiskan waktu yang cukup banyak dan membosankan.

Ciri-ciri dari penyimpangan bibit yang perlu dicatat pada tahap ini sehingga bibit tersebut harus diafkir adalah sebagai berikut :

a. Bibit dengan Bentuk Daun Kecil
Anak daun bibit yang ada mempunyai bentuk yang sempit dan pada kasus yang berat daun yang tumbuh baru seperti daun lalang.
b. Bibit dengan Bentuk Daun Keriting
Pada kasus ini daun juga tumbuh dengan tidak normal. Daun bibit membentuk garis-garis yang bergelombang dengan kondisi yang bervariasi sesuai dengan tingkat serangan yang terjadi. Apabila terjadi hal seperti ini dan serangan cukup luas maka perlu mendapatkan nasihat seorang ahli pembibitan apakah hal tersebut disebabkan oleh kekurangan unsur boron atau karena sebab lainnya sebelum kondisinya menjadi lebih parah.

c. Bibit dengan Bentuk Daun Berputar

Daun bibit menjadi bergulung dan berputar. Hal ini kemungkinan disebabkan pada saat menanam kecambah terbalik plumula diletakkan di sebelah bawah. Bila hal ini yang menjadi penyebabnya maka pengawasan waktu transplanting kurang teliti. Penyebab lain yang mungkin mengakibatkan kelainan yang lebih luas adalah kontaminasi herbisida yang mengandung hormon.

d. Bibit dengan Bentuk Daun Menggulung.

Daun bibit membentuk gulungan tunggal dan lembaran jarang membuka sendiri. Jika jumlahnya sedikit maka diafkir saja, namun bila jumlahnya banyak maka perlu dihubungi pemasok kecambah.

e. Catatan Umum

Kondisi-kondisi bibit seperti tersebut di atas harus diseleksi (diafkir) dari bedengan di pre-nursery. Kegiatan seleksi awal dimulai 6 minggu setelah kecambah di tanam dan kemudian dilaksanakan kembali satu minggu sebelum pemindahan ke main nursery. Bibit yang pertumbuhannya tidak normal mudah untuk dikenali. Kecuali kondisi daun yang berputar yang biasanya terjadi karena prosedur penanaman yang kurang baik, penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam jumlah yang cukup banyak harus diperhatikan dan dianggap sebagai perkecualian. Pemasok kecambah harus segera dihubungi dan diminta untuk memeriksa kondisi yang terjadi. Hal ini dimaksudkan agar ada penggantian terhadap bibit-bibit dimaksud. Kegiatan seleksi jangan dilaksanakan dulu sebelum pemasok kecambah melihat apa yang terjadi.

I.1.2.12.2. Seleksi Bibit di Main nursery

Pelaksanaan kegiataan ini lebih sulit dibandingkan seleksi di pre nursery dan pengalaman dari pelaksana memegang peran penting dalam mengambil keputusan. Tenaga kerja yang sering ditugaskan untuk menghancurkan bibit-bibit hasil seleksi, pengalamannya dapat dimanfaatkan untuk membantu pelaksanaan seleksi bibit. Yang bersangkutan dapat memberikan tanda dengan bilah bambu panjang 1 meter pada bibit yang dianggap ada ketidaknormalan. Selanjutnya staf senior yang bertugas untuk seleksi bibit memeriksa kembali dan mengambil keputusan terhadap perlakuan pada bibit dimaksud.

Biasanya kegiatan seleksi bibit dilaksanakan dua kali di pembibitan utama. Pertama pada saat 3 atau 4 bulan sejak transplanting dan yang kedua 6 atau 7 bulan sejak transplanting dilaksanakan. Adalah penting pelaksanaan seleksi kedua dilaksanakan sebelum daun dari bibit-bibit tersebut saling bersentuhan satu sama lain. Apabila daun-daun bibit kelapa sawit sudah saling bersentuhan, maka akan sangat sulit untuk membedakan antara bibit yang normal dan bibit yang tidak normal.

Empat baris bibit dapat diperiksa secara simultan dan dikerjakan dengan pelan-pelan. Tenaga yang berpengalaman dalam sehari dapat menyeleksi atau memeriksa 10.000 bibit.

Bibit abnormal yang ditemukan harus dicabut dari polibag, tidak boleh hanya di pangkas dengan parang. Hal ini untuk menjamin bahwa bibit tersebut benar-benar dimatikan.

Jika pembibitan menjadi padat dan terjadinya etiolase pada banyak bibit, maka seleksi tidak mungkin diselesaikan di pembibitan. Pada kasus ini seleksi dilaksanakan setelah bibit tersebut ditanam di lapangan dan dilihat pertumbuhannya. Kasus-kasus macam ini sedapat mungkin untuk dihindari.

Gambaran-gambaran semacam ini memberikan pengetahuan betapa pentingnya seleksi dilaksanakan pada saat dan tahap yang tepat untuk menghemat waktu pelaksaan kegiatan seleksi dan untuk menyediakan bibit yang akan di tanam di lapangan.

Berikut ini ciri-ciri bibit di main nursery yang tidak normal :

a. Kerdil
Meskipun dari berbagai segi bibit ini mirip dengan bibit yang normal, tapi mempunyai penampilan yang berbeda dan lebih kecil.
b. Bibit Tegak atau Bibit Steril
Bibit ini dicirikan dengan kenampakan yang tegak dan daunnya terlihat kaku. Biasanya daun mempunyai sudut yang kecil antara daun dan batang. Antara daun satu dengan yang lainnya mempunyai jarak yang berjauhan. Tinggi bibit biasanya melebihi tinggi rata-rata dari bibit-bibit lainnya. Bibit yang tinggi seperti ini termasuk kategori yang tidak normal.

c. Bibit dengan Tajuk Rata.

Bibit yang mempunyai kategori ini biasanya daun yang baru tumbuh posisinya atau pertumbuhannya berada di bawah daun yang lebih tua.

d. Bibit Juvenil

Anak daun dari daun yang sudah cukup tua tidak mau memisah sampai beberapa bulan. Beberapa bibit dengan gejala demikian mirip dengan bibit steril. Dan perlakuannya juga sama dengan perlakuan terhadap bibit steril.

Keempat type bibit tidak normal seperti tersebut di atas dapat dengan mudah dikenali di pembibitan dengan sedikit pengalaman saja. Dengan demikian untuk seleksinya tidak menemui hambatan. Di bawah ini selanjutnya disampaikan type-type bibit tidak normal yang umumnya lebih sulit untuk dikenali. Namun demikian bibit-bibit tersebut tetap harus diseleksi dan tidak direkomendasikan untuk di tanam di lapangan.

e. Bibit Lemah

Daun bibit terlihat lemah dan menggantung ke bawah tidak mau kaku. Biasanya bibit type begini kalah bersaing dibanding bibit-bibit yang lain di pembibitan.

f. Internode yang Pendek
Anak daun kelihatan rapat tumbuhnya berdekatan antara helai satu dengan yang lainnya.

g. Internode yang Panjang
Jarak antar anak daun (helai daun) satu dengan yang lainnya berjauhan sehingga kesannya jadi terbuka. Type ini berbeda dengan bibit yang mengalami etiolase. Type ini seleksinya tidak dilaksanakan pada tahap seleksi awal yang dilaksanakan 3 atau 4 bulan setelah transplanting.

h. Helai Daun Sempit

Helai daun yang ada sangat sempit dan tajam. Sering kali warnanya lebih pucat dari warna daun bibit yang normal.

i. Bibit Collante

Bibit menjadi abnormal biasanya karena penyiraman yang kurang atau tanahnya terkontaminasi residu bahan kimia. Kedua penyebab tersebut dapat mengakibatkan bibit jadi collante yang mempunyai ciri pertumbuhan terpusat di sekitar jaringan yang berlapis (lamina) sehingga menjadi padat.

Pada kasus yang disebabkan oleh penyiraman yang kurang perpaduan jaringan yang mengumpul di sekitar jaringan lamina dapat dipisahkan secara manual. Kemudian setelah itu bibit disiram dengan air yang cukup demikian seterusnya sampai bibit dapat tumbuh dengan normal kembali. Namun apabila pertumbuhan bibit tetap tidak normal maka sebaiknya bibit tersebut di buang saja.

Dari beberapa pengalaman yang dapat ditemukan di pembibitan ada kasus yang gejalanya mirip seperti collante namun disebabkan oleh kekurangan unsur Boron. Pada pembibitan tersebut telah dilaksanakan penyiraman secara cukup. Apabila kasus tersebut terjadi maka tindakan yang perlu diambil adalah dengan menyemprotkan larutan Borax ke daun.

j. Chimera

Kelainan ini ditunjukkan dengan adanya daun sawit yang jaringannya berwarna keputih-putihan karena tidak adanya klorofil. Warna putih yang ada bervariasi banyak sedikitnya sesuai dengan tingkat keparahannya. Gejala ini disebabkan oleh faktor genetis. Apabila terjadi chimera maka perlu dipindahkan dari tempat semula di pembibitan dan dilaporkan kepada suplier bibit agar bibit diganti. Oleh sebab itu sebelum suplier datang sebaiknya jangan dimusnahkan dulu bibit yang tidak normal tersebut. Gbejala ini biasanya belum nampak sebelum bibit berusia 4 bulan sejak dikecambahkan.

Jangan sampai rancu dengan dengan kelainan “White Stripe”

I.1.2.13. Doubletons (Bibit Ganda)

Biji kelapa sawit yang normal mempunyai tiga lubang yang berhubungan dengan kernel (inti) di dalam biji. Kebanyakan dalam satu biji hanya terdapat satu kernel, sejak dua atau tiga calon bibit yang lain gugur atau mati. Namun ada juga kecambah yang tumbuh dua atau tiga semai , dan ini dikenal dengan istilah “doubletons”.

Dengan perlakuan yang tepat dan hati-hati kecambah-kecambah tersebut dapat tumbuh menjadi bibit yang normal.

I.1.2.13.1. Latar Belakang Perlakuan Doubletons

Banyak tulisan tentang bibit doubletons yang telah ditulis orang dengan berbagai pendapat yang disampaikan. Ada yang mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menggunakan dua-duanya bibit yang tumbuh dari biji doubletons. Dengan pertimbangan bahwa dalam prakteknya bibit yang satu dibuang dan yang satunya lagi dipertahankan.

Sekarang ini sudah dapat diketahui bahwa dengan perlakuan yang tepat akan dapat dihasilkan dari kecambah doubletons tersebut bibit yang berkualitas. Adapun perlakuan khusus yang diberikan adalah pencucian akar, pemotongan akar, pemangkasan dan penyiraman dengan sistem mist-spray (berkabut) selama 10 jam per hari di dalam bedengan khusus dalam waktu 14 hari sejak transplanting dilaksanakan.
Untuk melaksanakan perlakuan seperti tersebut di atas memang banyak membutuhkan tenaga dan biaya. Ini biasanya dilaksanakan bila kejadian bibit dobletons cukup besar. Namun kenyataannya jarang ada pembibitan yang mempunyai sistem penyiraman dengan kualifikasi memenuhi syarat untuk tujuan tersebut. Oleh sebab itu sebelum pelaksanaan pembangunan, sistem penyiraman harus direncanakan secara detail atau dicarikan alternatif-alternatif lainnya.

I.1.2.13.2. Prosedur Konvensional dalam Penanganan Doubletons

Begitu kotak atau pembungkus lainnya tempat kecambah dibuka maka terlebih dahulu kecambah tersebut dipilah-pilah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang atau polibag. Semua kecambah doubletons diletakkan dan dikumpulkan secara pelan-pelan ke dalam wadah yang tertutupi dengan sak atau karung yang dibasahi.

Jika pembibitan yang dilaksanakan menggunakan sistem satu tahap maka untuk doubletons diperlakukan secara pembibitan tahap ganda, artinya terlebih dahulu ditanam di polibag kecil. Dengan demikian ada kegiatan pre nursery kecil untuk doubletons tersebut. Percobaan untuk menanam doubletons langsung ke polibag besar meberikan hasil yang kurang memuaskan dan cukup repot untuk seleksi yang cukup intensif dalam polibag yang jarang-jarang.

Setiap hari di mana ada penerimaan kecambah maka untuk doubletons ditanam dalam polibag kecil di tempat terpisah dan dalam bedengan tersendiri yang telah diberi tanda dengan jelas. Bibit-bibit tersebut dikumpulkan dalam satu lokasi dan sampai akhir perlakuan sebaiknya tetap dilaksanakan di dalam wilayah lokasi tersebut.

Apabila ditemukan bibit doubletons di dalam bedengan pre nursery maka segera dipindahkan ke bedeng khusus doubletons yang telah dipersiapkan. Semua bibit-bibit tersebut dipelihara sampai nantinya siap dipindahkan ke main nursery dalam polibag besar.

Ketika kegiatan transplanting dilaksanakan maka tunas doubletons harus dilepaskan secara hati-hati dari biji dan kemudian ditarik dengan hati-hati pula. Bibit yang tinggal harus ditempatkan pada tempat yang aman sehingga akar tidak rusak untuk selanjutnya ditanam di polibag besar.

Setelah diambil, bibit doubletons harus dicuci bersih dan akarnya dipotong tidak lebih dari sepertiganya. Hal ini dilaksanakan bila akar bibit cukup panjang misalnya lebih dari 10 cm. Daun juga dikurangi hingga tinggal 3 daun saja (sampai daun ketiga) untuk mengurangi hilangnya air melalui transpirasi.

Bibit doubletons selanjutnya segera ditanam dalam polibag kecil yang baru. Awalnya polibag diisi tanah setengahnya saja. Selanjutnya bibit ditegakkan dalam polibag dan kemudian di sekitar akar diberi tambahan tanah lagi sampai polibag penuh. Kemudian dipadatkan.

Selanjutnya bibit ditaruh di bedengan yang diberi naungan dan disiram dengan sistem berkabut. Penyiraman dilaksanakan 10 jam dalam sehari selama 14 hari sejak dilaksanakan transplanting. Biasanya hanya sedikit bibit yang mengalami shock dengan bila perlakuan dilaksanakan dengan hati-hati.

Jika kondisinya tidak memungkinkan, alternatif lain untuk penyiraman adalah bahwa untuk bibit doubletons setiap harinya disiram air dengan jumlah lebih banyak dari standart penyiraman di pre nursery dan frekwensi penyiramanpun dilaksanakan dua kali dari frekwensi penyiraman biasa.

Pemupukan dilaksanakan dengan aturan yang berlaku di pembibitan awal (pre nursery). Penyemprotan insektisida dan fungisida dalam rangka pencegahan hama dan penyakit dilaksanakan setiap minggu sekali. Jaringan tanaman yang mati digunting untuk mengurangi terjadinya serangan jamur.
Apabila bibit-bibit tersebut telah stabil pertumbuhannya dan daun baru jelas-jelas telah tumbuh maka naungan dapat diambil secara progresif. Apabila bibit dianggap telah benar-benar kuat maka dapat segera dipindahkan ke polibag besar untuk ditempatkan di main nursery. Dalam hal ini tentunya setelah diadakan seleksi-seleksi terhadap bibit yang layak.

I.1.2.13.3. Cara Lain Untuk Menangani Bibit Doubletons

Cara ini dilakukan bila terdapat banyak bibit doubletons sedang tenaga kerja yang ada terbatas. Cara yang dimaksud adalah dengan membelah polibag termasuk tanahnya sehingga menjadi dua tunas yang terpisah. Selanjutnya tunas-tunas tersebut ditanam di polibag besar untuk main nursery. Bibit tersebut kemudian diletakkan dalam bedengan khusus dan disiram dengan sistem pipa perforasi Sumisansui setiap jamnya 35 sampai 40 menit, setiap harinya.

Dengan cara ini biasanya keberhasilannya cukup tinggi. Misalnya yang pernah terjadi dari 3.226 bibit hanya ada 284 (8,8%) yang gagal unutk berkembang secara normal. Keberhasilan ini dapat diperoleh bila dari awal segala sesuatunya dilaksanakan dengan cara hati-hati. Dengan keberhasilan ini berarti ada penghematan besar-besaran terhadap gaji tenaga kerja.

Sesudah itu dengan menggunakan simtem irigasi yang sama bibit-bibit doubletons diperlakukan dengan seperti halnya bibit normal dengan tidak ada perlakuan khusus. Hasil yang diperoleh ternyata menunjukkan tidak ada peningkatan tingkat kegagalan.

Dengan menggunakan sistem penyiraman overhead sprinkle ternyata menunjukkan kegagalan. Bila sistem pengairan atau penyiraman ini yang digunakan maka perlu dikombinasikan dengan sistem selang perforasi Sumisansui. Dengan tidak adanya percikan air yang kuat di sekitar akar, kemungkinan menyebabkan keberhasilan dari bibit-bibit tersebut untuk dapat tumbuh dengan normal. Jika penyiraman dilaksanakan dengan sistem konvensional maka khusus untuk menangani bibit doubletons sebaiknya diperlakukan khusus secara terpisah dan berhati-hati. Atau alternatif lain adalah dengan melengkapi bedengan untuk bibit doubletons sistem penyiraman selang perforasi Sumisansui.

Metode ini hanya berlaku pada pembibitan dengan sistem tahap ganda pada saat bibit dipindahkan ke polibag besar. Sistem ini tidak berlaku di pembibitan dengan sistem satu tahap yang masih sering menggunakan teknik-teknik pembibitan tradisional.

Keberhasilan dalam menangani bibit-bibit doubletons akan membuat biaya pembibitan perbatang menjadi lebih hemat. Perlakuan yang sederhana dapat memberikan hasil yang cukup berarti ada penghematan biaya.

I.1.2.14. Transport Bibit ke Lapangan

I.1.2.14.1. Permasalahan Transport Bibit pada Kendaraan Konvensional

Pada kegiatan pengangkutan ini sering kali ditemukan sistem atau pelaksanaan kerja yang tidak efisien baik dilaksanakan oleh karyawan dengan kendaraan perusahaan atau oleh kontraktor. Ketidak efisienan tersebut mengakibatkan biaya yang tinggi atau harga kontrak yang lebih tinggi dari yang semestinya.

Salah satu masalah yang ditemukan pada kebun dengan sekala besar adalah bahwa traktor dengan trailernya yang berkapasitas 5 –6 ton hanya digunakan mengangkut bibit sejumlah 100 atu 110 batang dalam polibag yang ditata satu lapis. Jika ditata dengan sistem dua lapis maka akan merusak daun bibit yang ada di lapisan bawah dan akan menghancurkan tanah di polibag bibit yang ada di lapisan atas. Selain itu untuk kegiatan bongkar muat juga lambat.

Dengan digunakan sistem lori juga mempunyai daya tampung yang sama dan akan dihadapkan pada permasalahan yang sama pula.

Untuk penanaman dalam skala kecil hal-hal tersebut di atas tidak menjadi kendala. Sebaliknya untuk penanaman dalam skala besar dengan jarak angkut seringkali lebih 10 km.

I.1.2.14.2. Mobil Khusus untuk Pengangkutan

Solusi paling praktis untuk mengatasi permasalahan pengangkutan bibit adalah bila digunakan sistem kontrak dengan kontraktor yang menggunakan truk khusus skeleton-bed logging lorries. (3 axle, dengan pengerak roda depan dan belakang). Ukuran bak cukup besar yaitu 2,5 m x 7,6 m. Kendaraan ini dibuat untuk keperluan penebangan kayu dan dipilih yang mempunyai harga paling minim.

Dalam kondisi yang baik kendaraan ini dapat memuat 300 sampai 350 polibag dengan penataan satu lapis.

Salah satu kelebihan dengan menggunakan kendaraan ini adalah satu kendaraan daya tampungnya sama dengan 3 traktor plus trailernya, sehingga tenaga sopir yang diperlukan lebih sedikit. Disamping itu kecepatannya juga lebih tinggi sehingga mengurangi waktu pengangkutan. Dengan menggunakan penggerak roda depan dan belakang membuat kendaraan ini lebih fleksibel untuk operasi di jalan yang relatif sulit untuk dilalui sebagaimana traktor.

Penggunaan jenis kendaraan ini sangat dianjurkan bila dari semula jalan di pembibitan telah disain untuk melayani kendaraan dengan tempat memutar yang lebih luas dari pada yang diperlukan traktor plus trailernya. Demikian juga jaringan pipa penyiraman harus diatur sehingga tidak rusak karen beroperasinya kendaraan ini.

I.1.2.14.3. Peyiraman Bibit di Pembibitan Sebelum Ditanam di Lapangan

Untuk penanaman dengan skala besar maka lebih dulu untuk mengadakan perencanan yang mantap untuk mempelajari rute-rute jalan yang akan dilalui dan tempat-tempat untuk mengumpulkan bibit. Bibit-bibit tersebut biasanya sudah disiapkan dan dikumpulkan satu atau dua hari sebelum diangkut di tempat-tempat tertentu di sekitar bibitan. Bibit-bibit tersebut disiram terlebih dahulu sebelum diangkut. Penyiraman sering kali dilaksanakan dengan menggunakan selang plastik sehingga ada bibit yang mendapat air berlebih dan sebagian ada yang kurang mendapatkan air. Di samping itu sistem ini juga membutuhkan banyak tenaga kerja.

Untuk memperbaiki cara penyiraman seperti tersebut di atas maka dibuatlah kerangka yang dibuat dari kayu dengan desain seperti berikut ini:
6 buah pipa PVC dengan ukuran ¾” diberi dua lubang dengan jarak antar lubang 4” yang ditempatkan di atas 6 buah balok kayu yang tingginya di atas kepala. Pipa-pipa tersebut dihubungkan dengan sumber air di pembibitan.

Selanjutnya bibit yang ada di atas lorry (kendaraan) di basahi dengan air yang keluar dari lubang –lubang yang ada pada pipa selama 10 menit. Sistem ini terbukti mencegah terjadinya shock pada bibit, baik bibit tersebut segera ditanam atau tertunda dulu penanamannya.

I.1.2.15.Suplai Bibit

Jumlah bibit sebagai stok tergantung dari berapa jumlah bibit yang diafkir karena seleksi, jumlah bibit yang terkena serangan hama dan penyakit serta jumlah bibit yang rusak misalnya karena terkontaminasi herbisida yang digunakan di pembibitan.

Bagaimanapun juga banyak sedikitnya jumlah bibit yang tinggal akan selalu lebih kecil jumlahnya dari pada jumlah bibit pada saat awal pembibitan dibuat.

Kenyataan ini menjadi problem bagaimana untuk dapat membangun pembibitan dengan jumlah yang memadai. Dalam situasi yang tidak pasti karena dengan adanya penurunan jumlah dari yang semula dibuat, harus merencanakan juga periode dan volume pekerjaan penyiangan gulma dan pemupukan yang tepat.

Ada dua kategori kegagalan parah yang terjadi di kebun kelapa sawit. Pertama bibit yang dihasilkan dari pembibitan dalam jumlah besar sangat menderita mungkin karena serangan hama dan penyakit dan yang kedua bibit yang ada walaupun umurnya sudah cukup namun tanamannya pendek dan pertumbuhannya lambat.

Wajar saja bila menyetok bibit yang ada di pembibitan sampai berumur satu atau dua tahun, sehingga mempunyai ukuran yang sama dengan bibit sejenis yang telah ditanam di lapangan. Bibit dengan umur 18 bulan dan belum ditanam sebenarnya sudah terlambat. Namun bila karena alasan-alasan dan tujuan tertentu hal tersebut dapat dilaksanakan. Tentunya bila hal ini sering terjadi akan banyak membutuhkan biaya yang sebenarnya tidak perlu keluar. Namun dalam batas-batas tertentu hal ini masih dapat ditolerir.

I.2.15.1. Suplai Bibit yang Berukuran Besar

Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk menghasilkan dan menangani bibit yang berukuran besar dengan umur 18 bulan atau lebih yang ukurannya melebihi ukuran normal untuk ditanam. Beberapa metode merupakan cara lama dan sudah ketinggalan jaman, sebagian lainnya telah diadaptasikan dengan peralatan-peralatan dan teknologi baru yang belum ada sebelumnya.

a. Stok Bibit Kelapa Sawit Besar di Lahan Pembibitan

Untuk tipe ini bibit kelapa sawit ditanam langsung dalam tanah baik dengan jarak yang lebar atau dengan diatur sistem baris. Bibit-bibit tersebut di pelihara dengan disiangi, dipupuk dan perlakuan-perlakuan lain seperti halnya bibit tersebut di tanam di lapangan. Ketika diperlukan untuk ditanam di lapangan bibit tersebut di pruning ringan, daunnya diikat untuk mencegah kerusakan dan memudahkan pengangkutan. Waktu menggali tanah di sekitar akar diikutkan dan dipertahankan. Selanjutnya dibungkus semacam karung untuk kemudian dipindahkan ke lokasi yang dituju. Pengangkutannya dilaksanakan sebagaimana pengangkutan pada bibit kelapa sawit ukuran normal. Lebih baik lagi jika setelah pemotongan akar , diberi penyiraman dengan jumlah air yang cukup banyak dan dilaksanakan beberapa minggu sebelum bibit dipindahkan.

Alternatif lainnya untuk mengangkut bibit keluar dari pembibitan adalah dengan menggali tanah di sekitar pohon kemudian diberi semacam bingkai dan penjepit. Ukuran besar galian dan tanah yang dibawa sesuai dengan ukuran container untuk mengangkut bibit tersebut atau disesuaikan dengan besarnya sawit yang dipindahkan.

Kerugian dari sistem ini adalah perlu banyak tenaga kerja untuk menanganinya ketika persiapan pengangkutannya. Ukurannya sangat besar dan berat sesuai dengan umur sawit yang dipindah. Bibit tersebut bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi shock. Untuk beberapa kasus penggunaan back hoe sangat membantu untuk menggali dan front loader untuk mengangkat / mengangkut bibit tersebut. Meskipun sulit namun cara ini terbukti dapat untuk memindahkan bibit yang berukuran besar.

b. Bibit dalam Polybag Berukuran Besar

Beberapa perkebunan telah menggunakan polybag ukuran besar (61 cm x 76 cm) untuk menanam bibit kelapa sawit . Polybag tersebut ditata dengan jarak dua kali atau lebih jarak penataan polybag ukuran biasa. Jarak yang biasa dipakai untuk menata adalah sebagai berikut :

1,52 m ( 5ft) sisi segitiga, maka jumlah bibit per hektar 4.972 batang
1,83 m ( 6ft) sisi segitiga, maka jumlah bibit per hektar 3.455 batang
2,13 m ( 7ft) sisi segitiga, maka jumlah bibit per hektar 2.538 batang
2,44 m ( 8ft) sisi segitiga, maka jumlah bibit per hektar 1.942 batang

Cara ini terbukti dapat memberikan hasil bibit yang bagus dan tenaga kerja yang dibutuhkan waktu persiapan dan pelaksanaannya juga minimal. Akar bibit yang telah tumbuh dan menembus tanah diputuskan dengan cara digoyang 2 minggu sebelum bibit dipindahkan. Pelepah diikat agar mudah untuk dilaksanakan pengangkutan. Polibag diangkat ke atas trailer untuk bawa ke lahan. Namun untuk mengangkat polibag tersebut bukan sesuatu yang mudah karena beratnya dapat mencapai 40 kg atau lebih per polibag. Oleh sebab itu dapat juga dipergunakan alat berat unruk mengangkatnya.

Disarankan untuk membuat lubang terlebih dulu yang disesuaikan dengan besarnya polibag. Guna keperluan ini dapat dipergunakan pelubang yang dijalankan dengan traktor. Akar dari bibit dipotong dan dirapikan terlebih dulu dan yang jelek dipotong. Dengan demikian ukuran lubang yang dibuat dapat lebih kecil serta dapat dikerjakan lebih cepat.

Untuk mengatasi berat bibit dan polibag telah dilaksanakan dengan menggunakan media yang sangat ringan sebagai pengganti tanah. Namun hal ini masih dalam taraf percobaan dan biayanya menjadi tidak ekonomis dalam skala besar.

Meskipun demikian untuk mengatasi hal ini selalu diupayakan cara yang lebih tepat. Upaya ini sangat berguna bila akan membuat bibit dengan ukuran yang besar dan dalam jumlah yang banyak.

I.1.2.15.1. Alternatif dengan Metode Pembibitan Modern

Akhir-akhir ini pembangunan perkebunan dilaksanakan dan dipublikasikan secara besar-besaran. Untuk masa-masa yang akan datang metode pembibitan modern kemungkinan merupakan metode yang paling banyak dipraktekkan. Dalam kenyataannya metode ini menjadi standart keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembibitan karena kebutuhan bahan yang dipergunakan lebih sedikit.

I.1.2.16. Pembibitan Modern

Konsep pembibitan modern mula-mula dikembangkan di Malaysia untuk perkebunan karet. Tujuan utama dari pelaksanaan sistem ini adalah untuk membuat bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan pembibitan lebih tahan lama. Selain itu dapat menurunkan biaya pembibitan yang diusahakan. Hasil utama dari penggunaan metode ini adalah cepatnya pengembalian modal yang telah dikeluarkan serta memperbaiki arus kas perusahaan.

Ketika membuat pembibitan dalam skala besar maka akan timbul permasalahan yang menyangkut dengan penyiapan penanaman, mobilisasi bahan-bahan dalam ukuran besar dan berat serta luas areal yang diperlukan untuk pembibitan. Hal ini dapat ditolerir apabila biaya yang timbul dapat tertutupi dengan penghematan karena bertambahnya usia pemakaian bahan-bahan.

a. Polibag Besar pada Pembibitan Modern

Memelihara bibit lebih lama pada pembibitan konvensional tidak tepat bila dimaksudkan untuk membuat tanaman cepat dewasa. Bagaimanapun juga bibit yang ditanam dalam polibag besar ( 61 cm x 76 cm) dengan penataan jarak yang lebih lebar (sisi segitiga 1,83 m) akan dapat tumbuh dengan cepat dan lebih besar.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa jarak yang lebar di pembibitan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan bibit daripada besarnya ukuran polibag yang digunakan. Yang perlu diperhatikan pada saat menanam bibit ukuran besar adalah tajuk harus diikat dengan baik. Pelaksanaan penanaman lebih cepat dengan menggunakan mesin.

b. Kebutuhan Areal pada Pembibitan Modern

Pada pembibitan dengan sistem konvensional dengan menggunakan jarak 0,91 m untuk sisi segitiga, maka dalam satu hektar areal dapat menampung 13.814 polibag. Namun pada pembibitan modern jarak antar bibit (bentuk segitiga sama sisi) menjadi 1,8 m, sehingga daya tampung bibit perhektar menjadi 3.455 polibag. Akibatnya jaringan air yang dibutuhkan untuk penyiraman menjadi 4 kali lipat. Hal ini harus menjadi pertimbangan sebelum memulai membangun pembibitan modern.

c. Hal-hal lain Mengenai Pembibitan Modern

Beberapa percobaaan dengan berbagai alat telah dilaksanakan dalam pengangkutan langsung bibit dari areal pembibitan menuju tempat penanaman di lapangan. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi tenaga buruh dan digantikan sepenuhnya dengan mesin. Dengan sistem ini ternyata membutuhkan banyak tenaga kerja untuk merawat peralatan. Dari sisi keuangan masih layak untuk dilaksanakan. Namun semua itu tergantung dari keinginan untuk pembangunan pembibitan modern di masa-masa yang akan datang.

Alat yang biasa dipakai dalam pembibitan ini adalah pengangkat pohon (tree-lifter) yang biasa digunakan di bidang usaha kehutanan. Alat ini dapat mengangkat pohon sawit beserta tanah yang menempel di akar dalam ukuran cukup besar.

Alat ini juga cocok digunakan pada waktu pembibitan yang tidak menggunakan sistem polibag.

Pembibitan Permanent-Teknik Peningkatan Mutu Tanah

Apabila lahan di pembibitan mempunyai top soil yang cukup dalam maka dapat digunakan untuk pengisian polibag dengan jangka waktu bertahun-tahun. Kondisi dan mutu tanah tersebut dapat ditingkatkan dengan berbagai macam cara.

Disarankan ada sebagian lahan di pembibitan yang tidak ditempati polibag. Selanjutnya di garuk kemudian disebari kacangan yang cepat tumbuh, misalnya Calapagonium. Semakin cepat dilaksanakan akan lebih baik. Tanaman kacangan tersebut di pupuk, salah satunya dengan diberi rock phosphat agar cepat tumbuh. Untuk tahun berikutnya tanah tempat tumbuh kacangan tersebut sangat bagus bila digunakan sebagai tanah untuk mengisi polibag.

Lebih kurang 1,5 bulan sebelum areal tersebut digunakan, tanaman kacangan tersebut di garu. Selanjutnya 10 atau 15 hari kemudian setelah kacangan tersebut mati dilakukan pembajakan. Kemudian tanah tersebut di garu lagi 7 hari berikutnya. Tanah tempat tanaman kacangan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengisi polibag. Bahan bekas tanaman kacangan yang telah busuk dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah.

Penggunaan rotovator tidak diperbolehkan untuk mempersiapkan lahan pembibitan. Hal ini dikarenakan penggunaan alat tersebut dapat menyebabkan tanah cenderung menjadi padat setelah terjadi hujan deras. Alat yang disarankan untuk mempersiapkan lahan pembibitan adalah garu dengan piringan bila kondisi kelembaban tanah memungkinkan. Tanah yang diolah dengan garu lebih bagus hasilnya daripada dengan menggunakan rotovator.

Penanaman kacangan yang digunakan untuk penambahan bahan organik tanah dalam polibag sangat dianjurkan. Apabila lahan pembibitan dibiarkan begitu saja maka sangat baik seandainya ditanami kacangan jika tersedia waktu. Hal ini juga salah satu cara untuk mengantisipasi agar pertumbuhan bibit menjadi subur.

I.1.2.17. Pengendalian Gulma di Pembibitan

a. Di Pre nursery

Jika sebelumnya lahan benar-benar dibersihkan maka selama bibit di pre nursery selama 2 atau 3 bulan tidak banyak rumput yang tumbuh di dalam bedengan. Biasanya rumput tumbuh di antara bedengan. Untuk pemberantasannya dapat disemprot dengan herbisida Gramoxon atau dapat dicabuti secara manual bila khawatir penggunaan herbisida dapat mengganggu bibit sawit yang dipelihara.

Apabila di dalam polibag diberi mulsa maka rumput jarang sekali dapat tumbuh. Seandainya ada rumput yang tumbuh maka dapat dicabuti langsung dengan menggunakan tangan.

Herbisida disarankan untuk tidak digunakan pada tahap pembibitan di pre nursery.

b. Penyiangan Rumput di Polibag Besar

Dengan adanya mulsa, misalnya dari kernel kelapa sawit, maka rumput jarang yang dapat tumbuh di polibag besar karena mulsa tersebut tidak memberi ruang tumbuh. Namun bila ada rumput yang masih mampu tumbuh pengendaliannya dengan cara dicabut tangan.

c. Di Sela-sela Polibag Besar

Rumput dapat tumbuh disela-sela polibag karena kondisinya lembab. Hal ini karenaa danya air penyiraman.. Pegendalian dilaksanakan dengan penyemprotan herbisida.

Kegiatan penyemprotan harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati dan harus dijamin hal-hal sebagai berikut:

– Konsentrasi dan jenis larutan harus tepat sehingga tidak merusak bibit dengan cara penyerapan lewat akar.
– Pelaksanaan harus benar-benar hati-hati untuk menghindari terkenanya bibit. Penggunaan jenis nozzle harus tepat serta dilaksanakan pada saat kondisi udara tidak ada angin.
– Tidak digunakan herbisida yang bersifat hormonal baik di pembibitan itu sendiri maupun di daerah yang berdekatan dengan pembibitan. Penggunaan herbisida juga harus memperhatikan sumber-sumber air pada cathment area di mana pembibitan berada.

I.1.2.18. Penyimpanan Bahan Kimia dan Peralatan di Pembibitan

I.1.2.18.1. Penyimpanan Herbisida

Penyimpanan herbisida di pembibitan merupakan hal yang sangat penting dan benar-benar harus dikontrol. Hal ini untuk mencegah kesalahan penggunaan antara herbisida dan insektisida. Apabila hal ini terjadi maka akan berakibat fatal dan dapat mematikan sebagian atau seluruh pembibitan yang ada.

Yang perlu diingat bahwa tidak diijinkan penyimpanan herbisida di gudang pembibitan atau di tempat lain dalam areal pembibitan. Apabila dibutuhkan herbisida baru didatangkan ke pembibitan. Bahan dan alat-alat yang dipergunakan untuk penyemprotan herbisida pun yang dipakai pada pagi hari, setiap sorenya harus dikembalikan ke gudang utama kebun.

I.1.2.18.2. Peralatan Penyimpan dan Pencampuran Bahan Kimia.

Peralatan tersebut di atas dapat disimpan dalam gudang di pembibitan asal dapat dijamin digunakan secara tepat. Misalnya untuk alat pencampur herbisida harus dibedakan dan tidak boleh dipakai dengan alat-alat yang digunakan untuk mencampur fungisida, insektisida,dan pupuk. Untuk wadah dan pencampur herbisida dibedakan dengan warna tersendiri, misalnya merah, dan untuk yang lain warna hijau. Hal ini harus benar-benar diperhatikan.

I.1.2.18.3. Gudang Penyimpanan

Setiap pembibitan walaupun kecil harus mempunyai gudang penyimpanan. Gudang tersebut digunakan untuk menyimpan barang, barang seperti pupuk, obat-obatan, peralatan kerja dan lain-lain yang dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari di pembibitan. Gudang tersebut biasanya berbentuk bangunan panjang dibagi-bagi terpisah antara lain untuk perumahan pengawas pembibitan, garasi terbuka untuk traktor, tempat karyawan berteduh bila cuaca kurang bagus. Bila terdapat bedeng-bedeng sementara untuk karyawan tinggal maka harus dijaga kebersihannya dengan menyediakan tempat sampah yang cukup. Hal ini untuk menghindari keberadaan binatang-binatang pengerat atau binatang lain yang dapat menjadi hama bagi bibit sawit.

Gudang tersebut harus terjaga keamanannya dan harus selalu terkunci dengan anak kunci dibawa oleh petugas dan penanggung jawab gudang.

I.1.2.18Penggunaan Bahan Kimia di Pembibitan

Perlu hati-hati untuk memilih merek yang ada di pasaran, karena mungkin ada merk baru yang digunakan lebih efektif. Kadang-kadang obat-obat tertentu kalau dibaca tujuan dan cara penggunaannya yang tertera pada kemasan tidak sesuai digunakan untuk pembibitan kelapa sawit.

Pada kemasan obat-obatan biasanya telah ditulis dosis penggunaan yang telah direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Rekomendasi tersebut tidak mengikat namun harus hati-hati bila membuat dosis yang berbeda dengan rekomendasi yang ada. Harus dicegah agar jangan sampai memberikan hasil yang tidak diinginkan.

Sekarang ini banyak merek yang beredar di pasaran dan kelihatannya sama-sama baik dan sama efektifnya. Namun yang pasti ketika menggunakan bahan-bahan tersebut harus hati-hati. Misalnya tukang semprot memakai pakaian yang tahan air, menggunakan masker, sarung tangan dan perlengkapan semprot lainnya.

Berikut ini dicantumkan beberapa contoh merek obat-obatan. Di luar yang ditulis masih banyak yang tersedia di pasaran :

I.1.2.19.1.Insektisida

Merek Sasaran Dosis
Dursban 75 Belalang 2 – 3 ml /1 liter air
Diptrex 95 SP Serangga Pemakan Daun 1,5 – 2 gram/ 1 liter air
Furadan 3 G Serangga Pemakan Daun 20 gram per bibit
Orthene 50 SP Serangga Pemakan Daun 1,5 – 2 gram/ 1 liter air

I.1.2.19.2. Akarisida

Merek Sasaran Dosis
Tedion Tungau Laba-laba Merah 1,5 – 2 ml / liter air
Rogor 40 Tungau Laba-laba Merah 1,5 – 2 ml / liter air
Mitac Tungau Laba-laba Merah 1,5 – 2 ml / liter air
Plictron Tungau Laba-laba Merah 1,5 – 2 ml / liter air

I.1.2.19.3. Fungisida

Merek Sasaran Dosis
Polyram Comby J a m u r 2 – 3 gr / liter air
Tiram J a m u r 2 – 3 gr / liter air
Captam J a m u r 2 – 3 gr / liter air
Ditahane J a m u r 2 – 3 gr / liter air

I.1.2.19.4. Herbisida

Merek Sasaran Dosis
Gramoxone G u l m a 8 ml / liter air
Roud up G u l m a 4 ml / liter air
Basmilang G u l m a 4 ml / liter air
Polaris G u l m a 4 ml / liter air
Basta G u l m a 4 ml / liter air

I.1.2.19.5.Waktu Aplikasi

Waktu penyemprotan sangat penting untuk dikoordinasikan dengan bagian penyiraman bibit. Penyemprotan dilakukan setelah penyiraman jangan sampai setelah dilaksanakan penyemprotan baru dilaksanakan penyiraman. Demikian juga untuk aplikasi yang bahannya berupa butiran. Sebaiknya ada seorang yang ditugaskan untuk mengatur kegiatan penyemprotan dan penyiraman.

I.1.2.20. Mekanisasi Pada Pembibitan

Mekanisasi di bidang pertanian dan perkebunan telah diperkenalkan. Penggunaan mesin-mesin pertanian kadang-kadang disebabkan adanya kenaikan upah pekerja atau karena sulitnya mendapatkan sejumlah tenaga yang diperlukan.

Penggunaan mesin pada usaha pertanian dan perkebunan bukannya untuk mengurangi biaya operasi tetapi lebih ditujukan untuk dapat mengurangi jumlah pekerja yang diperlukan.

Mekanisasi di bidang pertanian dan perkebunan memberikan beberapa keuntungan yang dianggap lebih efektif :
– Mengurangi jumlah pekerja
– Meningkatkan produktivitas karyawan yang ada.
– Memperbaiki konsistensi keseluruhan pekerjaan.
– Memperbaiki sistem pekerjaan.
– Lebih mudah untuk melaksakan manajemen pengawasan dan kontrol.
– Mengurangi resiko yang ditimbulkan karena kesalahan manusia.
– Peralatan yang digunakan memungkinkan dapat digunakan untuk lebih dari satu jenis pekerjaan.
– Memungkinkan dapat mengurangi biaya operasi atau setidak-tidaknya sama bila dilaksanakan dengan sistem manual
– Dapat memberikan cara kerja baru yang tidak dapat dilaksanakan dengan cara kerja manual.
– Dapat menyelesaikan pekerjaan dalam skala yang lebih besar.

Namun tidak bijaksana dan tidak memberikan keuntungan bila penggunaan mesin hanya untuk tujuan mekanisasi saja tanpa ada nilai tambah yang dihasilkan. Penggunaan mesin-mesin atau mekanisasi di pembibitan hanya pada sebagaian pekerjaan saja. Artinay tidak seluruh jenis kegiatan dapat dilakukan dengan mesin. Oleh sebab itu perlu dicermati skala pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan proses mekanisasi tersebut. Pada pembibitan skala kecil tidak ada keuntungan menerapkan sistem mekanisasi.

Bagian-bagain yang ada keuntungan dengan menerapkan sistem mekanisasi dalam pembibitan, seperti yang diuraikan di bawah ini :

I.1.2.20.1. Mekanisasi Penyiraman di Pembibitan

Sistem ini akan dapat meliputi areal pembibitan dengan baik apabila dari awal telah diterapkan dengan perencanaan yang yang sesuai. Modal yang cukup besar untuk mebuat jaringan dengan sistem sprinkle secara permanen dipandang tidak ekonomis dibandingkan dengan sistem sprinkle yang dapat dipindah-pindahkan seperti telah diuraikan di depan.

Penggunaan irigasi dengan selang politen perforasi lebih menghemat investasi yang harus dikeluarkan. Besar investasi lebih kurang 30% dari jumlah bila menggunakan sistem overhead sprinkle permanen. Dengan sistem selang perforasi tersebut dapat diterapkan sistem mekanisasi penyiraman secara penuh sehingga untuk operasinya sedikit memerlukan tenaga kerja manusia. Irigasi sistem ini dapat diterapkan juga pada pembibitan yang sedikit lebih kecil namun masih layak sehingga dapat diperoleh keuntungan secara ekonomis, agronomis serta kebutuhan tenaga kerja yang lebih rendah.

I.1.2.20.2. Pemupukan di Pembibitan Secara Mekanik

Beberapa tahun ini telah diterapkan pemupukan yang dilaksanakan langsung melalui jaringan air penyiraman untuk kegiatan hortikultura dan pertanian. Pada literatur-literatur yang telah dipublikasikan di luar negeri sistem ini disebut dengan “Fertigation”. Pembuatan sistem ini harus diatur sedemikian rupa sehingga jumlah pupuk yang dialirkan sesuai dengan jumlah pupuk yang diperlukan tanaman. Sistem ini sesuai diterapkan apabila tanaman yang ada tumbuh rapat dan merata menutup permukaan tanah. Dapat diberikan pada pohon dengan sistem menetes atau sistem semprot per individu pohon. Yang pasti penerapan sistem ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada pupuk yang terbuang sia-sia tanpa dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Cara ini dapat diterapkan di pembibitan awal setelah daun-daun dari bibit sawit saling bersentuhan. Pada kondisi tersebut setiap tetes air yang jatuh akan menyentuh daun sehingga pupuk yang ada tetesan air dapat dimanfaatkan tanaman. Apabila cara ini diterapkan pada pembibitan utam dengan kondisi daun dari bibit yang ada tidak saling bersentuhan maka air yang di dalamnya terkandung pupuk sebagian besar akan jatuh di permukaan tanah yang ada di antara polibag. Pupuk-pupuk tersebut tidak dapat diserap oleh akar bibit sawit sehingga menjadi terbuang sia-sia.

Meskipun demikian cara ini patut untuk dikaji dan dilaksanakan percobaan-percobaan. Apabila berhasil tentunya akan sangat efektif dan banyak mengurangi tenaga kerja yang diperlukan. Apalagi sekarang ini telah ada pupuk majemuk dalam bentuk larutan akan membuat cara ini lebih atraktif.

I.1.2.20.3. Penggunaan Traktor Mini di Pembibitan

Penggunaan traktor mini yang lincah di pembibitan yang lincah kiranya cukup aplikatif. Namun bila digunakan traktor yang besar (lebih dari 65 PK) beserta trailernya terlalu berlebihan dan tentunya lebih banyak butuh tenaga dan perhatian untuk menanganinya.

Traktor yang cocok untuk digunakan di pembibitan adalah traktor yang berukuran 20 HP dengan jarak roda yang pendek serta mudah untuk melaksanakan manuver-manuver. Walaupun traktor tersebut relatif ringan namun dapat mengakibatkan pemadatan tanah di pembibitan terutama tanah bekas galian yang akan dipergunakan untuk pengisian polibag.

Bila pembibitan dengan luas 10 hektar ke atas penggunaan traktor masih layak ditinjau dari sudut ekonomi. Pembelian dan running cost dianggap masih rendah. Dengan trailer dibuat rendah alat tersebut layak untuk kegiatan-kegiatan berikut ini :
– Pengangkutan alat dan bahan-bahan di pembibitan
– Pengangkutan bibit dalam polibag kecil yang akan di transplanting di pembibitan utama
– Dapat dimanfaat sebagai trailer yang dipergunakan untuk kegiatan penyemprotan herbisida dan fungisida, seperti untuk mengangkut tangki yang dibedakan antara peruntukan herbisida dan fungisida, serta peralatan lain yang diperlukan.
– Untuk keperluan pembuatan lubang pagar pembibitan dengan auger.
– Dapat digunakan untuk menarik bajak yang digunakan untuk membajak bedengan tunggal dan lain sebagainya.

Alat tersebut juga dapat digunakan di luar pembibitan misalnya:
– Pembutan lubang tanam di lapangan dengan auger.
– Mengangkut bibit ke lapangan untuk ditanam di lokasi becek, apabila menggunakan traktor besar tidak dapat masuk karena terlalu berat.
– Membawa bibit dke tempat dengan teras yang curam, apabila dilaksanakan dengan traktor yang lebih besar akan sulit dilaksanakan.

Traktor mini juga dapat digunakan untuk latihan menyopir sehingga nantinya akan dapat menjalankan traktor besar. Dan apabila sopir traktor besar tidak bertugas karena berhalangan dan sebab lain maka sopir tersebut dapat disuruh untuk menyopiri traktor besar.

I.1.2.20.4. Jangkauan yang Lebih Luas Mengenai Mekanisasi

Pada pembibitan modern diperlukan alat untuk bongkar muat barang yang berat. Untuk keperluan tersebut dipergunakan front/rear loader yang lazim dipergunakan untuk macam-macam keperluan. Tidak menutup kemungkinan adanya alat baru yang lebih specific dan cocok untuk dipergunakan di pembibitan dalam skala lebih besar.

Pada pembibitan modern juga membutuhkan pengembangan alat yang sesuai untuk mengangkat, mengangkut bibit saat transplanting . Dan juga diperlukan alat yang sesuai untuk membuat lubang dengan ukuran yang lebih besar. Hal-hal tersebut di atas memerlukan perhatian yang lebih. Pengembangan-pengembangan alat tersebut diharapkan dapat berjalan lancar dan cepat di masa mendatang.

I.1.2.21.Data-data Perhitungan yang Berguna di Pembibitan

I.1.2.21.1. Pengukuran Dasar dan Areal

1 chain = 22 feet (kaki)
1 acre = 10 sq. chain
1 acre = 43.560 sq. feet
1 hektar = 10.000 m 2
1 acre = 0,40469 hektar
1 hektar = 2,47105 acres

I.1.2.21.1. Perhitungan Jumlah Bibit Setiap Acre atau setiap Hektar di Pembibitan

i) Bila ditanam dengan bentuk persegi perhitungannya adalah sebagai berikut :

Per acre – Jika ditanam denagn jarak3 feet
( 3 feet x 3 feet = 9 sq. feet)

43.560 sq. feet = 4.840 tanaman per acre
9 sq. feet

Per hektar – Jika ditanam dengan jarak 0,9 m
(0,9 m x 0,9 m = 0,81 m2)

10.000 m2 = 12.345 tanaman per hektar
0,81 m2

ii) Bila ditanam dengan bentuk persegi perhitungannya adalah sebagai berikut :

Bila ditanam dengan bentuk triangular (segitiga) dengan jarak yang sama seperti di atas maka hitungan yang diperoleh bila dengan jarak persegi dikalikan dengan 1,155. Artinya dengan menggunakan bentuk segitiga hasil yang diperoleh lebih banyak 15,5%.

Sehingga untuk perhitungan di atas bila digunakan bentuk segitiga jumlah tanaman adalah :
– Untuk jarak 3 feet hasilnya 4.840 x 1.155 = 5.590 tanaman per acre
– Untuk jarak 0,9 m hasilnya adalah 12.345 x 1,155 = 14.258 tanaman per hektar

I.1.2.21.2. Perhitungan Debit Air

Perhitungan debit air secara kasar dapat dilakukan dengan menghitung rata-rata lebar dan kedalaman pada aliran air misalnya sungai. Selanjutnya ranting diapungkan sehingga ikut aliran air. Kemudian dicatat kecepatan alirannya dalam hitungan detik. Akhirnya dapat diketahui kecepatan aliran pengapung tersebut dalam hitungan feet per detik.

Kecepatan rata-rata aliran adalah 80% dari kecepatan aliran air di permukaan bagian tengah. Sehingga kecepatan aliran air rata-rata adalah kecepatan yang ditemukan pada saat pencatatan dikalikan dengan angka 0,8.

Debet air diperoleh dari perkalian luas penampang sungai atau parit dikalikan kecepatan rata-rata yang telah terkoreksi. Hitungan dalam satuan feet dan kecepatan dalam feet per detik. Hasil yang diperoleh dapat dikonversikan dalam satuan galon dengan cara mengalikan angka 6,25 ( satu kubik feet air sama dengan 6,25 galon.. Bila mau dicari jumlah dalam satu menit dikalikan 60 dan bila dalam satu jam dikalaikan 3.600)

Contoh :

Sungai dengan kedalaman 1 feet dan lebar 3 kaki dengan kecepatan aliran air permukaan 2 feet per detik. Perhitungan debet air sungai tersebut adalah sebagai berikut :

1 x 3 x 2 x 0,8 = 4,8 galon per detik

4,8 x 60 = 288 galon per menit

4,8 x 3.600 = 17.280 galon per jam.

Yang perlu ditekankan disini bahwa dengan metode cepat tersebut hasil yang diperoleh adalah perkiraan karena ada kesalahan di perhitungan waktu. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perhitungan dilakukan beberapa kali kemudian hasil yang diperoleh dirata-ratakan.

Sangat penting untuk mengetahui gambaran dari debet dari sumber air di pembibitan terutama pada saat musim kering. Apakah dalam kondisi debet minimum sumber tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan air di pembibitan atau tidak.

I.1.2.21.4. Data-data Penting untuk Pengukuran Air

1 inch air = 22.622 imperial galon per acre
4,5 galon per square yard
374,1 galon per minute aplied
101,28 ton per acre
kubik feet per acre
102,79 kubik meter acre

1 ton air = 224 imperial galon
(2.240 lbs) 1018,32 liter
35,943 kubik feet
1,018 neter kubik

1 tonne air = 220,46 imperial galon
(1.000 kilo) 1002,23 liter
35,375 kubik feet
1,0019 meter kubik

1 imperial = 10 lbs qir
galon = 4,5359 kilo air
= 0,16 kubik feet
= 4,54 liter

1 kubik = 6,25 imperial galon
feet = 28,413 liter
air = 62,5 lbs
= 28, 349 kilo

I.1.2.21.5. Pipa di Pembibitan

Panjang pipa ada yang memakai ukuran panjang 20 feet (kaki) atau sama dengan 6,096 m. Pipa PVC dijual dengan berbagai macam mutu dan harganya bervariasi sesuai dengan mutu barangnya. Tingkatan mutu yang cocok digunakan di pembibitan adalah sebagai berikut :

Diameter 4” ke atas – Kelas D
Diameter di bawah 4” – Kelas B

Untuk kepentingan pipa utama yang diameter 6” yang berhubungan langsung dengan pompa air digunakan
pipa jenis GI. Kemudian selain itu dapat digunakan pipa PVC.

I.1.2.3.1. Suplai Air Alami
I.1.2.3.2. Bendungan Alam dan Waduk
I.1.2.4. Pagar untuk Pembibitan
I.1.2.4.1. Pagar Konvensional
I.1.2.4.2. Pagar Listrik
I.1.2.5. Sistem Irigasi untuk Pembibitan
I.1.2.5.1. Penyiraman Manual (Hand Watering System)
I.1.2.5.2. Sprinkler (Overhead Sprinkler System)
I.1.2.5.3. Selang Politen Perporasi ( Perforated Polythene Layflat Tube)

Untuk memulai pembuatan pembibitan kelapa sawit harus dicari lokasi atau areal yang benar-benar memenuhi syarat, antara lain :

 Topografi datar dan diusahakan terletak di tengah kebun.
• Dekat sumber air dan air tersedia cukup banyak dengan kualitas yang sesuai sepanjang tahun, namun tidak kebanjiran waktu musim hujan. Bibit perlu disiram 2 kali sehari jika tidak turun hujan yaitu pagi (pukul 07.00-11.00) dan sore (pukul 16.00-18.00).
 Drainase baik sehingga tidak tergenang pada musim hujan.
 Lokasi harus mudah dijangkau dan jalan ke pembibitan harus baik.
 Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, tersanitasi dengan baik dan terbuka, tidak terhalang oleh pohon besar atau bangunan.
 Dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dapat lebih intensif.
 Aman dari gangguan binatang (ayam, kambing, sapi, kerbau, hewan liar dan lain-lain).

2. JADWAL PEMESANAN KECAMBAH

Penjadwalan mengenai pemesanan atau pengadaan kecambah yang tepat perlu dilakukan karena sangat terkait dengan perijinan, ketersediaan kecambah oleh pemasok, program pembukaan lahan, penanaman, ketersediaan tenaga kerja dan lain-lain.

Perhatian : a. Pemesanan kecambah harus berpedoman pada program penanaman dan diupayakan 3-6 bulan sebelum dimulai pembibitan atau 18-24 bulan sebelum waktu penanaman di lapangan.

b. Pemesanan kecambah untuk pembibitan harus dalam jumlah yang cukup sehingga seleksi yang ketat tidak akan mengakibatkan kekurangan bibit yang akan ditanam di lapangan.

Untuk menghindari terjadinya kekurangan atau kelebihan kecambah, diperlukan perhitungan yang tepat mengenai kebutuhan bahan tanam. Dalam perhitungan kebutuhan bahan tanam diperlukan data luas areal penanaman, jarak tanam (populasi tanaman) dan kemampuan kultur teknis di pembibitan. Berdasarkan pengalaman, kebutuhan bahan tanaman untuk setiap hektar kebun dapat lihat pada Tabel-02. Sementara perkiraan kebutuhan bahan tanaman per hektar disajikan pada Tabel-01 berikut ini.

Deskripsi Jumlah % Afkir
a. Kecambah diterima 200 biji 3,0% – 5,0%
b. Kecambah ditanam di Persemaian (Pre Nursery) 190 biji 5,0% – 7,5%
c. Transplanting dari Pre Nursery ke Main Nursery 180 bibit 10,0% – 15,0%
d. Bibit siap tanam, termasuk kebutuhan untuk 150 bibit 25,0%
Sisipan ( 10,0%)

Perhitungan kebutuhan tanaman pada Tabel-02 tersebut telah memperhatikan daya tumbuh kecambah dan jumlah tanaman yang terseleksi (abnormal dan mati) sebelum penanaman.

Tabel-02. Kebutuhan Kecambah Kelapa Sawit per Hektar Sesuai dengan Jarak Tanam yang Ditentukan.

JARAK TANAM KERAPATAN TANAMAN/HA JUMLAH KECAMBAH/HA
(meter) (pohon) (kecambah)
8,5 x 8,5 x 8,5 159 atau 160 210
9,0 x 9,0 x 9,0 142 atau 143 190
9,1 x 9,1 x 9,1 139 atau 140 180
9,2 x 9,2 x 9,2 135 atau 136 175
9,5 x 9,5 x 9,5 127 atau 128 170
10,0 x 10,0 x 10,0 115 atau 116 150

Di pembibitan akan ditemui bibit-bibit abnormal karena sifat genetik maupun kesalahan kultur teknis. Persentase bibit abnormal selama di pembibitan diperkirakan sekitar 15–25% dari jumlah kecambah, yang terdiri dari 10% di Pembibitan Awal (Pre Nursery) dan 15% di Pembibitan Utama (Main Nursery). Pemesanan kecambah harus juga memperhitungan jumlah bibit untuk penyisipan. Besarnya persentase penyisipan bergantung kepada gangguan hama, penyakit dan kultur teknis di lapangan, pada umumnya berkisar antara 0-10%.

Luas areal yang perlu dipersiapkan untuk pembibitan (pre nursery dan main nursery) mengikuti rasio sebagai berikut :

 Satu hektar areal pre nursery dapat menampung bibit sebanyak  500.000 kecambah.
 Satu hektar areal main nursery dapat menampung bibit sebanyak  15.000 bibit.

Tabel-02. Kebutuhan Areal untuk Pembibitan Awal (Pre Nursery) dan Pembibitan Utama (Main Nursery) per Hektar

JUMLAH PEMBIBITAN PEMBIBITAN TANAMAN
KECAMBAH AWAL UTAMA DI LAPANGAN
15.000 0,0330 ha 1 ha 75 ha
180.000 0,4000 ha 12 ha 1.000 ha

4. SISTEM PEMBIBITAN

Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan dan saat ini telah tercipta sistem pembibitan yang lebih baik daripada sistem yang dipakai terdahulu. Namun sistem yang ada saat sekarang pun akan mengalami perbaikan-perbaikan sesuai dengan kemajuan teknologi di bidang perkebunan kelapa sawit. Adapun sistem pembibitan kelapa sawit yang pernah ada sebagai berikut :

 Field Nursery :

– kecambah dipelihara untuk sementara di bak atau bedengan pasir selama 1 (satu) bulan.

– Setelah 1 (satu) bulan, bibit dipindahkan atau ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan dan dipelihara sampai berumur 12 bulan.

– Setelah berumur 12 bulan bibit dibongkar atau digali dari tanah. Tanah yang melekat pada bibit kemudian dibungkus dengan kantong plastik dan dibawa ke lapangan untuk ditanam.

Cara field nursery sudah tidak praktis lagi karena memiliki berbagai kelemahan, antara lain :

 Areal pembibitan harus bersih dari gulma agar tidak menjadi saingan bagi bibit.
 Areal pembibitan harus bersih dari gulma agar tidak menjadi saingan bibit.
 Pupuk yang diberikan banyak yang hanyut melalui penyiraman atau hujan.
 Sukar untuk melakukan seleksi bibit dan bibit yang abnormal harus dicabut.
 Banyak akar yang terpotong sebagai akibat pembongkaran bibit sewaktu akan dipindah tanam ke lapangan.
 Penanaman di lapangan harus tepat dimusim hujan, kalau terlambat bibit akan mati kekeringan.

 Pembibitan Tahap Ganda (Double Stage Nursery) :

– Kecambah mula-mula ditanam pada baby bag di prenursery. Bibit di prenursery kurang lebih sampai dengan umur 3 bulan.

– Setelah bibit berumur 3 bulan di prenursery, kemudian dipindahkan ke large polybag di main nursery. Biasanya di main nursery bibit sampai berumur 12 – 15 bulan baru dipindahkan ke lapangan. Polybag ditata jarang-jarang sehingga memberikan ruang tumbuh yang cukup bagi bibit.

Pembibitan dengan system Tahap Ganda ini lazim digunakan karena mempunyai keunggulan antara lain sebagai berikut :
– Dapat dikembangkan bibit dalam jumlah yang besar.
– Pengawasan pekerjaan lebih mudah.
– Awalnya untuk pre nursery dibutuhkan lahan yang tidak luas, dan ada waktu yang cukup untuk persiapan keperluan –keperluan di main nursery.
– Seleksi bibit lebih dapat lebih intensif.

Tahap-tahap kegiatan Pembibitan Tahap Ganda :

I. Pre – nursery:

Jadwal kegiatan pembangunan dan perawatan pre nursery :

– Membangun bedengan dan naungan.
– Membangun gudang.
– Memasang system instalasi air.
– Mengisi baby bag dengan tanah dan menyusun di bedengan.
– Menanam kecambah.
– Perawatan.

Persiapan pre nursery.

a. Lokasi pre-nursery harus berdekatan dengan main nursery.
b. Tanah yang akan digunakan sebagai lokasi pre-nursery diratakan rterlebih dahulu. Bila dianggap ada gangguan dari hewan ternak atauu binatang lainnya maka perlu diabuat pagar dari kayu atau kawat berduri.
c. Dibuat bedengan yang akan dipergunakan untuk menempatkan baby bag yang telah diisi dengan tanah. Bedengan dibuat di tanah yang telah diratakan dengan posisi datar. Diberi dinding dari papan atau kayu setinggi baby bag (+ 20 cm). Bambu tidak direkomendasikan untuk dipergunakan karena kemungkinan akan dipergunaka tempat bersarang semut atau hama lainnya.

Perhatian : Pembuatan guludan dari tanah sebagi pengganti dinding papan atau
kayu tidak dibenarkan karena akan mengganggu drainase air waktu penyiraman.

d. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 120 cm dengan panjang sesuai dengan kondisi di lapangan. Jarak antara bedengan satu dengan yang lain 60 cm yang dipergunakan untuk jalan ataupun untuk membuang air yang berlebihan waktu penyiraman.
e. Arah bedengan dibuat membujur barat-timur. Dasar bedengan dibuat lebih tinggi dari tanah sekitar dan dilapisi dengan pasir. Hal ini dimaksudkan untuk membuat drainase air lebih lancar.
f. Dibuat naungan dengan tujuan untuk mempertahankan kelembaban tanah setelah penyiraman. Naungan di pre nursery tidak mutlak dan bisa ditiadakan bila penyiraman terjamin baik dan teratur. Naungan hanya direkomendasikan bila penyiraman tidak terjamin cukup dan kurang baik pelaksanaannya. Untuk bahan atap naungan biasa dipakai pelepah daun sawit ataupun plastik net dengan 60% shade (naungan). Tinggi tiang atap kira-kira 2 m. Tiang yang terpendam ke dalam tanah lebih kurang 30 cm. Lebar jarak antara dua tiang lebih kurang 1,8 m dan jarang memanjang antara 2 tiang adalah 2 meter. Pada kira-kira 10 minggu setelah tanam (dua daun) naungan berangsur angsur dikurangi sehingga dalam waktu 2 minggu kemudian naungan sama sekali dihilangkan (setiap selang waktu 4 hari naungan dikurangi seperempatnya).
g. Jarak bedengan yang dibuat paling pinggir diusahakan lebih kurang 50 cm dari tepi atap naungan (lihat gambar 1.1).

Perhatian : jangan memakai naungan yang terlalu gelap dan naungan harus dibongkar
setelah 12 minggu penanaman kecambah.

┏──────────────────────────────────────

Polybag, tanah dan pengaturannya :

a. Polybag untuk pre-nursery adalah baby bag warna hitam dengan ukuran lebar 14 cm x panjang 23 cm x tebal 0,1 mm, berwarna hitam.
b. Bagian dasar (+ setengah bagian) dari baby bag dilobangi berkeliling untuk drainase air waktu penyiraman bibit.
c. Kebutuhan baby bag untuk per hektar rencana penanaman di lapangan adalah 200 lembar dan ditambah 2% untuk cadangan bila ada yang rusak.
d. Tanah yang dipakai untuk pengisi baby bag adalah top soil (tanah lapisan atas dengan kedalaman s/d +10 cm). Tanah yang dianjurkan adalah tanah dengan tekstur berpasir (30 s/d 50%) dan berliat serta banyak mengandung bahan organik.
e. Tanah yang digunakan sebelumnya diayak terlebih dahulu dengan ayakan ukuran 1.5 – 2 cm untuk membuang sisa-sisa kayu, akar, batu dan lain-lain.
f. Tanah yang telah diayak dicampur dengan pupuk TSP sebanyak 10 gr/baby bag.
g. Tanah sebanyak 1 (satu) ton lebih kurang cukup untuk mengisi baby bag sebanyak 1000 buah. Pengisian tanah pada baby bag tidak sampai penuh, bagian atas kantong disisakan 0,5 – 1 cm setelah dipadatkan terlebih dahulu.
h. Baby bag yang telah terisi tanah selanjutnya ditata di bedengan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
i. Tanah dalam baby bag selanjutnya disiram setiap hari sebelum ditanami kecambah. Penyiraman minimal selama 7 hari sebelum penanaman dilaksanakan.

Papan label untuk nama jenis bibit

a. Tujuan pembuatan papan label adalah :
– Mengindentifikasi jenis dan sumber benih
– Mengetahui keseragaman usia di pembibitan untuk keperluan penanaman di lapangan.
– Mencatat jumlah bibit dan seleksi

b. Untuk jenis DP Marihat ada 12 (dua belas) kelompok utama yang harus ditanam terpisah yaitu BJ, DS,MA,LM, RS, YA, DS x NI, MA x NI, DS x BJ, RS x DS, MA x RS, BJ x RS. Ke 12 kelompok tersebut mencakup 36 kategori persilangan (lihat lampiran ……)
c. Untuk DP Rispa ada du akelompok utama yaitu jenis DP dan DyP (jenis Dumpi yang pohonnya lebih pendek dari DP)
d. Untuk DP Socfin ada 2 (dua) kelompok utama yang mencakup 22 katrgori persilangan (lihat lampiran……..)
e. Dibuat papan label untuk pemisahan kelompok bibit dengan ukuran 15 x 20 cm, tinggi pancang 30 cm daripermukaan tanah, cat dasar warna putih dan tulisan warna hitam.
f. Setiap papan label harus menunjukkan asal kecambah (misalnya DxP Marihat), nama kelompok, jumlah kecambah ditanam, tanggal kecmbah ditanam (lihat gambar…..)

Penanaman kecambah

f. Kecambah yang diterima di kebun harus ditanam pada hari itu juga atau palaing lama 1 (satu) hari setelah penerimaan kecambah. Keterlambatan penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainana pada kecambah tersebut, misalnya :
– Bakal akar dan daun akan menjadi panhajang sehingga menyulitkan penanaman.
– Bakal akar dan daun menjadi patah.
– Kecambah akan menjadi busuk karena terserang cendawan.
– Kecambah akan menjadi mati/kering karena kekurangan air.
g. Kecambah yang masih dibungkus plastik sebelum dibuka lebih dulu dipisah-pisahkan sesuai dengan nomor kelompoknya. Sebelum ditanam semua plastik kecambah dibuka dan disimpan di tempat yang sejuk.
h. Penanaman kecambah harus dilakukan perkelompok (lihat butir 5.1.4). Sebelum penanaman baby bag yang telah terisi tanah harus disiram terlebih dahulu.
i. Sebelum di tanamn kecambah harus diseleksi terlebih dahulu. Kecambah yang abnormal, patah, busuk dan lain sebagainya dibuang, hanya kecambahyang normal saja yang ditanam. Ciri kecambah normal dapat dilihat dideferensiasinya yaiu pucuk (plumula) dan akar (radicula) dapat dibedakan dengan jelas. Pucuk bentuknya meruncing sedangkan akar agak tumpul, panjangnya lebihkurang 8 – 25 mm berwarna putih gading dengan posisi saling bertolak belakang.
j. Penanaman kecambah harus dilakukan dengan hati-hati/teliti agar akar dan pucuk tidak patah, dengan cara sebagai beriku t:
– Buat lobang tepat di tengah baby bag sedalam 2 – 2,5 cm dengan menggunakan jari.
– Letakkan akar dengan posisi bagian akar di sebelah bawah dan pucuk menghadap ke atas.
– Timbun kembali dengan tanah setebal 1 – 1,5 cm, tidak boleh dipadatkan.
– Kecambah yang tidak jelas perbedaan bakalakar dan bakal daun dapat ditunda penanamannnya, sedangkan yang terlalu panjang dpat dipotong akarnya kurang lebih 5 cm dari pangkal.
– Setelah selesai penanaman segera di pasang papan label berdasarkan nama kelompok kecambah yang di tanam.

Penyiraman

a. Penyiraman merupakan hal yang sangat penting pada masa-masa awal pertumbuhan kecambah di pre-nursery.
b. Air yang digunakan dapat berasal dari air sungai ataupun air sumur.
c. Penyiraman dapat menggunakan gembor dengan air yang ditampung terlebih dulu di drum ataupun dengan selang plastik yang ujungnya diberi kepala gembor sehingga tanah tidak tererosi. Spayer juga dapat digunakan untuk menyiram, namun kebersiahan sprayer dari herbisida atau pestisida lainnya perlu diperhatikan.
d. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Apabila pada malam hari turun hujan sebenyak 8 mm atau lebih maka pada pagi harinya bibit tidak perlu disiram. Kebutuhan air per hari untuk tiap baby bag 0,2 –0,3 liter. Kekurangan atau kelebihan air akanberpengaruhterhadap pertumbhan bibit.
Terlalu sedikit air menyebabkan :
– Tanaman akan layu (wilting) karena aiar yang diberikan tidak sesuai dengan kehilangan air melalui transpirasi, evaporasi maupun gutasi sehingga turgor sel tanaman terganggu.
– Jika kadar air tanah telah mencapai titik layu permanen, maka bibit akan layu yang bersifat irreversible (tidak dapat bai) meskipun disiram dengan air dalam jumlah yang cukup, dan selanjutnya bibnit akan mati.

Terlalu banyak air akan menyebabkan :
– Akan terjadi pencucian hara terutama N sehingga tanaman akan menjadi oucat.
– Akan terjadi genangan air di kantongan yang menyebabkan bibit busuk.
– Jika cara Penyiraman terlalu deras maka bibit akan patah dan tanah dalam poly bag akan terbongkar.
e. Jika peyiraman benar lebih kurang seminggu setelah ditanam kecambah mulai tumbuh seperti jarum.
e. Jika fasilitas air mencukupi tenaga kerja satu HK dapat menyiram + 40.000 bibit.

Pemupukan

a. Pemupukan di pre-nursery dilaksanakan bila terlihat terjadinya gejala kekurangan unsur hara.
b. Pemupukan dilaksanakan sebulan setelah kecambah ditanam. Aplikasi pupuk dalam bentuk cair (pupuk dicairkan terlebih dahulu). Larutan pupuk diamsukkan ke dalam gembor kemudian disiramkan.
c. Pupuk yang dipergunakan jenis urea ataupun pupuk majemuk 15-15-6-4.
d. Urea yang dipergunakan dengan kepekatan 0,1 – 0,2 % ( 1 –2 gr urea dilarutkan dalam 1 liter air), cukup untuk memupuk 100 bibit.
e. Pupuk majemuk yang digunakan dengan kepekatan 0,15 –0,3% ( 1,5 – 3 gr pupuk dilarutkan dlam satu liter air), cukup untuk memeupuk 100 bibit.
f. Pemupukan dilakukan seminggu sekali dipilih salah satu jenis pupuk urea atau majemuk.
g. Untuk menghemat tenaga pupuk dapat dilarutkan sekaligus dalam jumlah besar, seperti 20-40 gr urea dengan 20 liter, air digunakan untuk memupuk 2.000 batang bibit atau 30-60 gr pupuk majemuk dilarutkan dalam 20 liter air untuk 2.000 batang.
h. Tenaga kerja satu HK dapat memupuk + 35.000 bibit.

Tabel …… Dosis pupuk di pre-nursery

Umur (minggu) Urea 15-15-6-4
4 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
5 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
6 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
7 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
8 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
9 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
10 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
11 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
12 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit
13 1 s/d 2 g/ltr air/100 bibit 1,5 s/d 3 g/ltr air/100 bibit

Pemberantasan hama dan penyakit

a. Hama yang umum mengganggu di pre-nurserey adalah semut, jangkerik, belalang, tikus dan cacing
b. Penyakit yang sering menyerang di pre-nursery adalah Helminthosporium, Antracnose dan blast.
c. Pencegahan terhadap serangan atau menghambat menyebarnya serangan dapat dilakukan dengan :
– Mengurangi kelembaban dengn mengurangi naungan.
– Memotong, mengumpul dan membakar bagian dari bibit yang sakit atau terinfeksi ringan. Memotong sebaiknya menggunakan pisaau yang steril sehingga tidak terjadi penularan pada bekas potonga.
– Membongkar dan membakar bibit yang terinfeksi berat.
– Menggunakan tanah pengisi baby bag yang bebas dari hama dan penyakit. Demikian pula dengan bahan-bahan lain yang digunakan di pembibitan harus bebas dari hama dan penyakit sehingga tidak menular ke bibit sawit.
d. Penggunaan pestisida dan fungisida juga lazim digunakan untuk tindakan pengendalian hama dan penyakit di pre-nursery, apabila serangan dianggap sudah tidak bias ditanggulangi dengan cara mengutip bibit-bibit yang terkena serangan.
e. Penyemprotan dilaksanakan pada pagi hari. Minimal dua jam setelah penyemprotan baru bisa dilaksanakan penyiraman.
f. Metode pengendalian hama dan penyakit dengan insektisida dan fungisida dapat dilihat pada table berikut ini :

Jenis
Hama& Penyakit Gejala
Serangan Jenis
Pestisida Konsentrasi
Pestisida Cara
Aplikasi
Apogonia sp. & Adoretus sp.

Ulat api dan ulat kantong

Belalang
(Valanga)

Tungau dan kutu
(Mile dan Aphid)

Penyakit daun Anthracnose

Penyakit daun Lleaf spot (bercak daun)

Penyakit akar Blast

Lapisan epidermisnya dikikis atau helai daun dimakan seluruhnya (ter jadi lubang-lubang)

Memakan daun dan epidermisnya saja

Terutama memakan te[pi daun

Menyerang sebelah bawah daun terutama daunyang lebih tua menyebabkan daun berbintik-bintik , cenderung mongering. Serangan timbul karena kemarau panjang.

Daun berca-bercak terang, coklat hitam, mongering mulai dari ujung. Penyakit ini karena kelembaban tinggi akibat naungan.

Daun bercak-barcak bundar, kuning terang kemudian coklat dan cekung, dikelilingi oleh halo berwarna hijau kekuningan. Selanjutnya bercak bertambah besar dan saling ketemu sama lainnya.

Daun seperti terbakar mulai ujung, akar membusuk. Daun lebih cepat mati sedang daun memudar. Jaringan akar yang sakit menguning dan berair. Thiodan 35 EC

Decis 2.5 EC
Thiodan 35 EC
Gusadrin 150 WSC
Nuvacron 150 SCW

Decis 2.5 EC
Gusadrin 150 WSC
Nuvacron 150 SCW

Perfecthion 400 EC
Anthio 330 EC

Dithane M45

Dithane M-45

Dithane M-45

1,5%

0,06%
1,5%

0.06%

0,125%

0,15 %

0,15 %

0,2 % Semprotkan ke daun
pada sore hari
rotasi 1-2 kali seminggu

Semprotkan ke
Daun bila ada serangan

Semprotkan ke daun, rotasi 2 kali sebulan

Semprotkan ke daun bila ada serangan.

Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan.

Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan.

Siramkan pada tanah di dalam polybag sampai jenuh.

Seleksi bibit

a. Seleksi bibit di pre-nursery dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
– Tahap I : pada bibit umur 4 – 6 minggu.
– Tahap II : pada saat sebelum bibit ditransplanting ke main-nursery (pembibitan utama) yaitu pada saat bibit berumur 3 bulan biasanya memiliki helaian daun sejumlah 3-4 helai.

b. Pada kondisi normal, seleksi di pre-nursery + 5 – 10% dari populasi bibit.

c. Seleksi bibit dilakukan petak per petak dengan membandingkannya pada pertumbuhan rata-rata di petak tersebut. Bibit yang normal mempunyai bentuk daun “lanceolate”, di mana setiap daun yang keluar pada akhir pertumbuhannya akan lebih besar dari daun yang terdahulu. Bibit yang harus diseleksi atau diafkir adalah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
– Bibit dengan anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves).
– Bibit yang pertumbuhannya terputar (twisted)
– Bibit yang pertumbuhannya kerdil (dwarfish)
– Bibit yang anak daunnya bergulung (rplled-leaves).
– Bibit ynag pertumbuhannya memamnjang (erected).
– Bibit ynag anak daunnya kusut(crinklet).
– Bibit ynag ujung daun membulat seperti mangkuk (collante).
– Bibit yang terserang penyakit tajuk (crown-deseases).

d. Pedoman seleksi bibit pada pre-nursery dapat dilihat pada gambar ……..

II. Main – nursery
(dari PPKS)

Letak dan pemilihan lokasi

a. Lokasi main-nursery harus dekat dengan sumber air. Sebagi bahan pertimbangan setiap bibit membutuhkan 3 – 4 liter/hari pada umur 9 – 12 bulan.
b. Letak nya tidak jauh dari loskasi penanaman . Hal ini berhubungan dengan biaya pengangkutan. Sebagai bahan pertimbangan dalam satu hari setiap truk mampu mengangkut 450 – 500 batang bibit pada jarak + 25 km jika kondisi jalan cukup baik.
c. Areal datar atau bergelombang ringan dengan drainase yang baik. Kondisi ini akan mempermudah pembnagunan jalan di dalam lokasi pembibitan dan pemasagan instalasi air.
d. Dekat dengan kantor atau pemukiman sehingga pengawasan dapat dilakukan secara intensif.
e. Keamanan terjamin bebas dari gangguan binatang ternak.
f. Jauh dari sumber hama dan penyakit.
g. Awal waktu persiapan pembibitan utama sebaiknya bersamaan dengan pembuatan pre-nursery karena pembuata main-nursery membutuhkan waktu yang lama.

Persiapan lapangan

a. Bila calon areal pembibitan berupa hutan maka kegiatan diawali dengan kegiatan land clearing seperti tebas tumbang.
b. Selanjutnya areal diratakan dengan bulldozer. Lapisan top soil bila bias dimanfaatkan merupakan bahan yang baik untuk media pengisi poly bag yang diperlukan dalam pembibitan.
c. Bila diperlukan pemagaran dilaksanakan misalnya dengan kawat berduri apabila daerah tempat pembibitan terdapat gangguan ternak atau binatang lainnya.
d. Persiapan lokasi main-nursery dengan sarana dan infrastrukturnya (jalan dan pipa saluran air) diselesaikan selambat-lambatnya 2 bulan sebelum transplanting bibit. Lay-out sarana serta infrastruktur di pembibitan disajikan seperti gambar berikut :

e. Pembuatan drainase air penyiraman maupun dari air hujan harus diperhatikan untuk menghindari genangan di lokasi bibitan.

Pembangunan instalasi air untuk penyiraman

a. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : rumah pompa, mesin pompa, jaringan pipa ukuran 5” untuk saluran induk, 3” dan 4” untuk saluran primer dan sekunder dan 1” untuk saluran tertier.
b. Pemasangan instalasi air untuk penyiraman bibit merupakan pekerjaan penting serta membutuhkan waktu danbiaya yang besar.
c. Sistem Penyiraman yang lazim dipakai adalah sistem srpinkle dan system gembor.
d. Sistem springkel memrlukan biaya pembelian bahan yang lebih mahal dan membutuhkan air yang lebih banyak disbanding dengan system menggunakan gembor.
e. Sistem Penyiraman dengan gembor, air yang dipergunakn ditampung ke dalam drum yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu atau dapat juga dialirkan langsung dari pipa/selang ke dalam gembor.

Large bag, tanah dan pengaturannya

a. Pada main-nursery poly bag (large bag) yang digunakan berwarna hitam ukuran 40 cm x 50 cm tebal 0,2 mm dan sisinya berlubang untuk mencegah tergenangnya air dalam poly bag.
b. Mutu large bag yang digunakan harus memadai karena akan dipakai 10 – 12 bulan.
c. Jumlah kantong plastik yang rusak waktu pengisian tanah atau karena hal-hal lain diperkirakan 5% sehingga pengadaannya dicadangkan sejumlah tersebut untuk cadangan.
d. Tanah yang digunakan untuk mengisi large bag adalah top soil yang sebelumnya diayak terlebih dahulu dengan saringan ukuran 1,5 – 2 cm serta terbebas dari kayu, batu sisa-sisa akar dengan tekstur tanah lempung berliat, mempunyai sifat drainase baik.
e. Setiap 100 kg tanah dicampur dengan pupuk TSP sebanyak 150 kg dan dolomit sebanyak 250 kg. Pencampuran pupuk dalam kondisi tanah kering serta harus homogen
f. Setiap large bag terisi tanah dengan padat sehingga tidak ada rongga-rongga di dalamnya. Pengisian large bag tiodak sampai pebuh namun disisakan 1 cm dari bibir kantong untuk mencegah melimpahnya air serta pupuk waktu penyiraman.
g. Pemadatan tanah yang ada dalam kantong plastik dapat dilakukan dengan menguncang large bag.
h. Bersamaan dengan kkegiatan pengisian tanah dalam large bag, pemancangan di areal main nursery dilakukan. Pemancangan dimaksudkan untuk mengatur penempatan large bag. Jarak pancang 90 cm x 90 cm x 90 cm. Dengan jarak tanam ini bibit dapt dipindahkan ke lapangan sampai dengan umur 12 – 15 bulan.
i. Large bag ditata sesuai dengan pancang yang telah ada main-nursery.
j. Sewaktu pengisian, penataan maupn penjarangan large bag harus dihindari mengangkat large bag pada bagian bibir, karena hal ini dapat menyebabkan robeknya large bag.
k. Lakukan konsolidasi pada masing-masing karge bag sebagai berikut :
– menegakkan posisi large bag agar tidak bengkok (tidak patahpinggang)
– meluruskan barisan
– meratakan dan menambahkan tanah ke dalam large bag sehinngga permukaan tanah 2 cm dari bibir large bag.
– Mencabut gulma yang tumbuh.
– Pekerjaan konsolidasi large bag tersebut di atas harus sudah selesai selambat-lambatnya 2- 4 minggu sebelum transplanting.
l. Sebelum dibibit ditransplanting, terlebih dahulu tanah dalam large bag disiram air setiap hari minimal dalam jangka waktu 7 hari.

Papan label untuk nama jenis bibit

a. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi jenis bibit yang tergolong kelompok tertentu seperti halnya di pre-nursery.
b. Ukuran papan label 20 x 30 cm dan tinggi 50 cm dari permukaan tanah, cat dasar warna putih dan tulisan warna hitam.
c. Setiap papan label mencantumkan : asal bibit (misalnya DxP Marihat), nama kelompok bibit, jumlah bibit dan tanggal bibit ditanam.

Penanaman bibit di main nursery

a. Sebelum kegiatan transplanting tanah di large bag disiram dengan air sampai jenuh. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penanaman bibit dan mengurangi tingkat resiko kematian bibit akibat kegiatan transplanting.
b. Bibit tang telah selesai diseleksi dari main nursery diencer pada masing-masing large bag yang akan ditanami.
c. Transplanting dilaksanakan dengan cara membuat lubang terlebih dahulu di tanah yang ada dalam large bag.
d. Ukuran lubang baik besar maupun dalamnya sesuai dengan ukuran baby bag di main nursery. Pembuatan lubang dilaksanakan dengan :
– Menorekngorek tanah dengan bambu
– Menggunakan sekop yang ukurannya sedikit lebih besar
e. Baby bag yang akan dipindahkan bibitnya dalam large bag di main nursery bagian dasar dipotong dengan silet terlebih dahulu.
f. Setelah itu baby bag beserta bibit serta tanah yang ada di dalamnya ditanamke dalam lubang yang telah dibuat.
g. Kemudian plastik baby bag ditarik keluar melalui bibit. Diusahakan agar tanah dalam baby bag tidak pecah.
h. Antara tanah dalam large bag dan bola tanah dalam baby bag dipadatkan dan permukaannya sama tinggi (bonggol/leher batang tidak terbenam dan akar tidak kelihatan.
i. Papan label dipasang setelah selesai transplanting. Penyiraman dilaksanakn setelah selesai transplanting.
j. Tanah dalam large bag diberi mulsa dari fiber, alang-alang yang dipotong dan lain-lain , tujuannya untuk konservasi tanah dan air dalam large bag.

Penyiraman

a. Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari, yaitu sejak pagi hingga pukul 11.00 dan pukul 15.00 sampai selesai. Kebutuhan air rata-rata untuk setiap bibit di main nursery adalah sebagai berikut :
– bibit umur 0 – 3 bulan , 1 liter untuk setiap large bag per hari
– bibit umur 3 – 6 bulan, 2 liter untuk setiap large bag per hari
– bibit umur 6 – 9 bulan, 3 liter untuk setiap large bag per hari
b. Bila terjadi hujan minimal 10 mm pada hari sebelumnya maka penyiraman pada hari tersebut tidak perlu dilaksanakan.
c. Bila penyiraman dilaksanakan dengan jumlah air yang kurang atau berlebih akan menimbulkan damapak terhadap bibit. Terlalu sedikit air akan mengakibatkan bibit layu dan akhirnya dapat mati. Bila kelebihan air akan mengakibatkan pencucian hara terutama nitrogen, penggenangan air large bag dapat mengakibatkan akar busuk dan bibit mati.
d. Bila penyiraman dilaksanakan dengan sistem manual misalnya dengan menggunakan selang, maka unjung selang diberi kepala gembor agar pancaran air tidak terlalu deras dan akhirnya merusak bibjt atau membuat tanah dalam large bag tererosi. Standart kebutuhan tenaga untuk penyiraman sistem manual di main-nursery adalah 4000 bibit/HK.
e. Bila penyiraman menggunakan sistem spinkle maka diatur jarak antar sprinkle 9 meter. Dan sebagai acuan apabila tekanan air yang dipergunakan sebesra 40 psi (2,8 kg/cm2/menit) maka waktu yang diperlukan adalah sebagi berikut :
– Umur bibit 0 – 3 bulan lama waktu penyiraman 1,50 jam
– Umur bibit 3 – 6 bulan lama waktu penyiraman 1,75 jam
– Umur bibit 6 – 9 bulan lama waktu penyiraman 2,00 jam
f. Air yang digunakan harus bebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi bibit serta temperaturnya tidak tinggi yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit.

Pemupukan

a. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk.
b. Penggunaan pupuk majemuk mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
– Menghemat biaya transport pemupukan.
– Pemberian beberapa unsur secara bersamaan akan memberikan dampak positif terhadap tanaman
c. Jenis maupun dosis pupuk direkomendasikan oleh Departemen R&D.
c. Pupuk majemuk yang lazim dipergunakan adalah 15-15-6-4 dan 12-12-17-2.
d. Pupuk majemuk dengan komposisi 15-15-6-4 dipergunakan pada saat bibit di main nursery umur 2 – 12minggu sedangkqan pupuk 12-12-17-2 dipergunakan pada saat umur bibit 3 – 40 minggu di main nursery.
e. Untuk menambah kebutuhan Magnesium maka diaplikasikan Kiserit mulai bibit berumur 16 minggu di main nursery.
f. Penaburan pupuk menggunakan takaran yang benar ukurannya dan dihindarkan pupuk kontaminasi langsung dengan bibit.
g. Sebagai pedoman awal sebelum ada rekomendasi dari Departemen R&D dosis pemupukan diberikan sesuai tabel berikut ( lihat tabel …..)

Tabel ……Anjuran dosis pemupukan bibit kelapa sawit di main nursery per bibit

Umur
(minggu) 15-15-6-4 12-12-17-2 Kiserit
2 2,5
3 2,5
4 5,0
5 5,0
6 7,5
8 7,5
10 10
12 10
14 10
16 10 5,0
18 10
20 10 5,0
22 15
24 15 7,5
26 15
28 15 7,5
30 20
32 20 10
34 20
36 20 10
38 25
40 25 10

h. Apabila terjadi gejala-gejala kekurangan unsur hara atau gejala lain yang timbul akibatdari kegiatan pemupukan maka segera dilaporkan ke Departemen R&D disertai dengan foto-foto serta penjelasan tentang gejala-gejala yang dimaksud serta tindakan yang telah diambil.

Pengendalian Hama dan Penyakit

a. Bagian pembibitan terutama mandor harus peka terhadap awal serangan hama dan penyakit. Apabila timbul adanya gejala serangan harus segera diatasi sehingga tidak menyebar.
b. Metode pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi ( lihat di pengendalian hama dan penyakit di pre-nursery).
c. Stok insektisida dan fungisida tidak boleh berlebihan dan tidak boleh disimpan dalam waktu lama.

Pengendalian Gulma

a. Gulma di dalam large bag dikendalikan secara rutin dengan sistem manual. Pengendalian gulma dilaksanakan sampai bibit siap dipindahkan ke lapangan.
b. Pengendalian gulma dalam large bag sama sekali tidak boleh dilaksanakan dengan menngunakan herbisida karena dapat mengganggu pertumbuhan bibit.
c. Pemberian mulsa di dalam large bag dapat dilaksanakan dalam rangka untuk mengendalikan gulma (menekan pertumbuhan gulma).
d. Sambil mencabut gulma yang ada di large bag juga dilaksanakan kegiatan konsolidasi seperti mendirikan large bag yang miring.
e. Pengendalian gulma yang tumbuh diantara large bag dapat dilaksanakan secara manual maupun dengan herbisida. Apabila pengendalian dilaksanakan dengan menggunakan herbisida maka pososi nozzle semprot harus lebih rendah dari tingginya large bag dan harus dilaksanakan dengan hati-hati. Nozzle yang dipergunakan VLV 200. Tidak boleh menggunakan herbisida 2,4 D-amine karena kabutnya dapat mengganggu pertumbuhan bibit.

Seleksi bibit di main nursery

a. Bibit abnormal dikumpulkan secara terpisah, rekomendasi seleksi bibit sebaiknya dikeluarkan oleh Departemen R&D. Kemudian kumpulan bibit abnormal dimusnahkan/dicincang dengan disaksikan oleh Askep atau Manager.
b. Seleksi bibit di main-nursery dilakukan dalam 4 tahap, yaitu :
– Tahap I : umur bibit 4 bulan
– Tahap II : umur bibit 6 bulan
– Tahap III : umur bibit 8 bulan
– Tahap IV : pada saat sebelum bibit ditanam di lapangan

c. Beberapa kelainan pada bibit di main-nursery sebagai dasar pedoman bibit harus diseleksi :
1. Bibit yang tumbuh meninggi dan kaku (errected) dengan sudut pelepah yang kecil (tajuk tegak). Bibit dengan ciri-ciri semacam ini biasanya nantinya akan menjadi tanaman steril (tidak berbuah).
2. Bibit yang permukaan tajuknya rata. Kondisi ini disebabkan pelepah muda tumbuh lebih pendek dari pelepah tua.
3. Bibit yang tumbuh lemah terkulai (merunduk)
4. Bibit yang anak daunnya tidakmembelah, sedangakan tanaman lain pada umur yang sama daunnya telah membelah semua.
5. Bibit yang terserang penyakit tajuk. Helai daun mengering dan tangkai pelepah membengkok.
6. Bibit dengan bentuk anak daun tidak sempurna seperti :
– Sudut anak daun sangat tajam dengan rachis
– Anak daun sangat sempit
– Anak daun pendek-pendek (short leaflets)
– Anak daun tersususn sangat rapat pada rachis
– Anak daun tersusun sangat jarang pada rachis
d. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan besarnya prosentase bibit yang diseleksi aantara lain :
1. Kesalahan menanam pada saat transplanting dari pre-nursery ke main-nursery. Misalnya penanaman terlalu dangkal akan menyebabkan bibit tumbuh menggantung dan mudah rebah.
2. Penyiraman kurang merata, terlalu deras atau tidak cukup penyiraman pada masing-masing tanaman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan yang heterogen pada hamparan pembibitan yang sama.
3. Kesalahan dalam pemberian pupuk, herbisida atau pemakaian obat-obatan. Tindakan ini dapat menyebabkan daun terbakar.
4. Penempatan jarak pancang yang terlalu rapat sehingga terjadi persaingan dalammemperoleh sinar matahari. Jarak pancang yang dianjurkan adalah segitiga sama sisi denag ukuran sisi 90 cm x 90 cm x 90 cm.
5. Pemindahan bibit dari pre-hursery yang terlalu awal dapat menyebabkan pertumbuhan bibit mengalami stagnase, sebaliknya bila terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan bibit meninggi (etiolasi).

e. Presentase bibit mulai dengan penanaman kecambah sampai dengan siap tanam dilapangan biasanya berkisar 20% – 25%.
f. Bila ada bibit yang mengalami kelainan karena serangan hama dan penyakit atau karena kesalahan tindakan kultur teknis (seperti salah dosis pupuk, kena percikan herbisida dan lain sebagainya) dipisahkan dan dipelihara dengan perlakuan khusus. Apabila dalam 3 – 4 bulan tidak ada perbaikan maka bibit tersebut dimusnahkan saja.

Pemindahan bibit ke lapangan

a. Bibit kelapa sawit siap dipindahkan ke lapangan pada umur 12 bulan + 2 bulan umur bibit sejak ditanam di pre-nursery.
b. Satu bulan sebelum bibit ditanam di lapangan dan diulangi lagi dua minggu kemudian, large bag diangkatdan diputar 180. Cara ini ditempuh untuk mengatasi terjadinya shock akibat adanya akar bibit yang telah menembus plastik large bag apabila bibit dipindah ke lapangan.
c. Untuk menghindari kerusakan daun akibat transportasi , sebaiknya cabang/pelepah bibit didikat dengan tali plastik.
d. Sebelum bibit diangkut ke lapangan, tanah dalm large bag disiram air terlebih dahulu sampai jenuh.
e. Pengalokasian bibit di lapangan harus diatur sedemikian rupa sehingga untuk satu hamparan ditanami dengan bibit yang jenisnya sama. Untuk itu Kepala Kebun dengan asisten harus menyusunterlebih dahulu peta rencana penanaman di lapangan.

Administrasi pembibitan

Sistem administrasi yang baik sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan opersiaonal di lapngan. Sistem administrasi tersebut memuat data-data yang tepat serta selalu berubah sesuaidengan perkembangan yang terbaru yang ada di lapangan. Data yang ada memuat informasi mulai dari waktu dan jumlah datangnya kecambah, kegiatan di pre-nursery, kegiatan di main nurseru sampai bibit tersebut terkirim di lapangan serta tempat tujuan pengiriman bibit. Model-model blangko untuk administrasi di pembibitan seperti disajikan pada tabel ……….

Pembibitan Satu Tahap (Single Stage Nursery)

a. Sistem Satu tahap biasanya dilaksanakan di perkebunan yang telah establish dengan sarana prasarana pembibitan yang telah lengkap (siap) dan areal pembibitan yang tidak luas.
g. Pada Single Stage Nursery kecambah langsung ditanam di large polybag. Pada awalnya polybag ditata rapat, setelah bobit berumur 2-3 bulan letaknya dijarangkan untuk memberi ruang tumbuh pada bibit.
h. Semua hal yang relevan yang terjadi di pembibitan dengan sistem dua tahap berlaku juga untuk pembibitan dengan sistem satu tahap, tidak terkecuali untuk pemupukan.
i. Untuk penyiraman jumlah aiar yang dibutuhkan pada saat bbit umur 0 – 3 bulan sama dengan jumlah aiar yang dibutuhkan di pembibitan main-nursery, yaitu 1 liter air/large bag/hari.
j. Sistem penanggulangan gulma serta pemberantasan hama dan penyakit kiranya cukup relevan dengan cara yang dipakai di pembibitan sistem ganda yang telah diuraikan di muka.
k. Sitem administrasi ada sedikit perbedaan dengan sitem administrasi di pembibitan dengan model Double Stage Nursery sehubungan tidak adanya tahapan pre-nursery dan main nursery. Blangko untuk administrasi yang berbeda tersebut dicantumkan pada tabel …….

1. PENDAHULUAN

Potensi produksi tanaman kelapa sawit dalam 25 tahun masa produktifnya sangat tergantung kepada kondisi awal tanaman, yaitu 12 bulan pertama mulai dari pembibitan hingga penanaman di lapangan. Kondisi awal yang penting untuk perkembangan tanaman ialah tersedianya bahan tanaman yang seragam, bermutu tinggi dan ditanam secara benar dalam kerapatan yang sesuai.

Kesalahan yang dilakukan didalam pembibitan mengakibatkan bibit kepala sawit abnormal dapat tertanam ke lapangan. Tanaman sawit abnormal tersebut sangat sulit direhabilitasi menjadi tanaman sawit berkualitas baik. Sebagai contoh bibit bibit steril yang tertanam di lapangan tidak mungkin dapat diubah menjadi tanaman produktif. Sedangkan faktor-faktor lain (misalnya kesuburan tanah) masih dapat diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.

Perhatian : Kesalahan yang dilakukan dalam pemeliharaan masih dapat dikoreksi, tetapi kesalahan atau kelalaian yang dilakukan pada pembibitan memiliki pengaruh yang fatal terhadap produksi kepala sawit sepanjang umur produktif yang tidak dapat dikoreksi dengan mudah. Oleh sebab itu teknik dan pengelolaan pembibitan harus menjadi perhatian utama dan serius.

Untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik, didalam teknik dan pengelolaan pembibitan kelapa sawit ada 3 (tiga) faktor utama yang harus diperhatikan, yaitu pemilihan jenis kecambah/bibit, pemeliharaan dan seleksi bibit.

2. PEMESANAN KECAMBAH

Penjadwalan mengenai pemesanan atau pengadaan kecambah yang tepat perlu dilakukan karena sangat terkait dengan perijinan, ketersediaan kecambah oleh produksen, program pembukaan lahan, penanaman, ketersediaan tenaga kerja dan lain-lain.

2.1. PERIJIN PEMESANAN KECAMBAH

Pengurusan perijinan pemesanan kecambah secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :

 Manajemen Makin Group menyusun program (target) tanam sesuai dengan ijin lokasi yang diperoleh.

 Manajemen Makin Group atau wakilnya yang ditunjuk mengurus SIUP (Surat Ijin Usaha Perkebunan) ke kabupaten/propinsi setempat.

 Manajemen Makin Group atau wakilnya yang ditunjuk mengurus SPPBKS (Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit) ke Direktorat Jenderal Perkebunan di Jakarta.

 Manajemen Makin Group membuat surat pemesanan kecambah (jadwal dan jumlah kecambah) kepada produksen kecambah.

 Manajemen Makin Group membuat purchasing order kepada produksen kecambah.

2.2. PENGEMASAN (PACKING) KECAMBAH

Untuk antisipasi terjadinya pemalsuan, penukaran dan pengoplosan kecambah maka harus diambil tindakan pengamanan, yaitu

a. Pemberian Pewarna

Pemberian pewarna pada biji kelapa sawit dilakukan oleh produksen kecambah dan dikerjakan sebelum biji dikecambahkan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan catatan :

 Harus memberitahu 3 (tiga) bulan sebelumnya kepada produksen.
 Kecambah yang sudah dipesan harus dibeli dan diambil tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan.
 Pengunduran jadwal oleh perusahaan tidak diperbolehkan.

b. Pemberian Segel

 Pemberian segel pada kantong plastik dilakukan sewaktu pengantongan kecambah di tempat produksen .

 Penyiapan segel oleh Makin Group dengan diberi nomur urut khusus.

 Pelaksanaan pemberian segel bisa dilakukan oleh personil dari produksen langsung atau personil perusahaan yang ditugaskan ke lokasi produksen.

2.3. PENGIRIMAN KECAMBAH

Pengiriman kecambah dari produksen ke lokasi kebun dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

a. Pengiriman Franco Lokasi

Apabila pengiriman kecambah diserahkan langsung ke produksen dan perusahaan menerima kecambah di lokasi Jakarta, Jambi, Bandar Lampung, Palangka Raya, Banjarmasin, Balikpapan dll, maka semua proses pengiriman kecambah dari produksen sampai ke tempat tujuan menjadi tanggung jawab produksen.

b. Pengiriman Loco Produksen

 Apabila pengiriman kecambah ditangani sendiri oleh perusahaan, maka semua proses pengiriman dari tempat produksen sampai ke lokasi kebun menjadi tanggung jawab perusahaan.

 Hal-hal yang harus dipersiapkan pada waktu penjemputan kecambah di airport adalah :

 Terpal plastik penutup bagasi dan tali pengikat
 Bantalan dari busa atau kasur untuk meredam guncangan kendaraan.

2.4. PENERIMAAN DAN PEMERIKSAAN KECAMBAH

Kerusakan, pemalsuan/pengoplosan dan kehilangan kecambah dapat terjadi pada saat proses pengiriman kecambah dari produksen ke lokasi tujuan. Antisipasi yang perlu dilakukan adalah personil perusahaan (staf logistik dan kebun) wajib melakukan pengecekan ulang.

a. Penerimaan dan Pemeriksaan Kecambah

Tindakan yang perlu dilakukan oleh perusahaan pada saat penerimaan kecambah adalah :

 Memeriksa semua dokumen pengiriman barang (delivery order = DO) teridiri dari :
 Surat pengantar barang dari produksen kecambah
 Surat pengantar barang dan surat jalan dari ekspedisi
 Surat-surat lainnya.

 Memeriksa kotak (peti) kecambah, yaitu :
 Memeriksa kelengkapan, keaslian dan keutuhan segel yang dipasang pada setiap kotak.
 Memeriksa kondisi fisik kotak kecambah yang diterima (baik, cacat/rusak bekas benturan, bekas dibongkar atau ditukar).
 Menghitung jumlah kotak yang diterima dan mencocokan dengan surat pengantar barang.
 Membuka kotak kecambah dan memeriksa isinya, yaitu :
 Memeriksa keberadaan dan keaslian segel yang menempel pada kantong plastik, apakah nomor urut sesuai dengan nomor yang dikirim dari Jakarta.
 Memeriksa warna biji.
 Memeriksa dan menghitung jumlah kecambah yang rusak (bakal akar/bakal daunnya patah, kecambah busuk dan kecambah layu).
 Memeriksa dan menghitung kecambah yang abnormal.

b. Berita Acara Pemeriksaan Kecambah

Setelah pemeriksaan kecambah selesai maka personil perusahaan segera membuat “BERITA ACARA PEMERIKSAAN KECAMBAH” (contoh terlampir).

2.5. JADWAL DAN JUMLAH PESANAN KECAMBAH

Pemesanan kecambah harus berpedoman pada program penanaman dan diupayakan 3-6 bulan sebelum dimulai pembibitan atau 18-24 bulan sebelum waktu penanaman di lapangan.

Pemesanan kecambah untuk pembibitan harus dalam jumlah cukup sehingga seleksi yang ketat tidak akan mengakibatkan kekurangan bibit yang akan ditanam di lapangan.

Berdasarkan pengalaman, kebutuhan kecambah untuk setiap ha kebun dapat lihat pada Tabel-01. Sementara perkiraan kebutuhan bibit siap tanam setelah seleksi per ha disajikan pada Tabel-02 berikut ini.

Tabel-01. Kebutuhan Kecambah Kelapa Sawit per Ha Sesuai dengan Jarak Tanam yang Ditentukan.

JARAK TANAM KERAPATAN TANAMAN/HA JUMLAH KECAMBAH/HA
(m) (pohon) (kecambah)
8,5 x 8,5 x 8,5 159 atau 160 210
9,0 x 9,0 x 9,0 142 atau 143 190
9,1 x 9,1 x 9,1 139 atau 140 180
9,2 x 9,2 x 9,2 135 atau 136 175
9,5 x 9,5 x 9,5 127 atau 128 170
10,0 x 10,0 x 10,0 115 atau 116 150

Tabel-02. Perkiraan Kebutuhan Bibit Siap Tanam per Ha Seletah Seleksi.

Deskripsi Jumlah % Afkir
a. Kecambah diterima 200 biji 1 juta). Perlengkapan sistem sprinkler bisa dipakai bertahun-tahun dan dapat dibongkar-pasang sehingga mudah dipindah-pindah ke lokasi pembibitan lain.

Idealnya pemasangan jaringan sprinkler dapat membagi areal pembibitan menjadi dua lokasi (bentuk segi empat) yang sama luasnya. Parit digali di tengah-tengah areal pembibitan kemudian pipa utama (main line) ditanam di dalam parit tersebut. Diam pipa utama berukuran 10 cm (4 inch) untuk luas pembibitan kurang dari 8 ha, tetapi untuk luas pembibitan lebih dari 8 ha besar pipa utama yang dipasang lebih besar lagi (5–6 inch).

a. Pemasangan Pipa Utama

 Ada 3 jenis pipa dengan diam 10 cm atau lebih yang dapat digunakan sebagai pipa utama, yaitu pipa semen berasbes panjang 4 m, pipa galvanis panjang 4 m atau 6 m dan pipa PVC panjang 4 m atau 6 m. Diantara ketiga jenis pipa tersebut, pipa galvanis adalah pipa yang paling kuat.

 Pipa ditanam dalam tanah sedalam 30 cm (untuk pipa galvanis) dan 45 cm (selain pipa galvanis). Tergantung pada pipa utama yang dipakai, setiap 16 m (untuk pipa semen) dan 18 m (untuk pipa galvanis) diberi sambungan T hidran diam 7,6 cm dengan klep yang sudah terpasang. Hidran harus terlihat di atas tanah  30 cm.

 Di sepanjang pipa utama dibuat jalan pembibitan dimana jalan tersebut menyambung dengan jalan menuju ke tempat BBM, kantor pembibitan, perumahan mesin pompa air dan lain-lain.

b. Tata Letak Sprinkler

 Kebutuhan head sprinkler per ha bervariasi tergantung dari besarnya nozzle yang dipilih. Sebagai gambaran untuk pembibitan seluas 2 ha membutuhkan  30 buah head sprinkler. Head sprinkler dipasang pada 3 buah saluran sekunder. Penyusunan sprinkler tidak ada aturan yang baku. Sebagai ancar-ancar setiap saluran sekunder dapat ditempati antara 8–10 buah sprinkler.

 Pipa sekunder dipasang tegak lurus (sudut 90) dengan pipa utama.

 Saluran sekunder biasanya terbuat dari pipa besi dengan diam 5 cm (2 inch) dengan panjang 9 m. Diujung pipa sekunder dipasang pipa berdiri berdiam 1,85 cm (¾ inch) dan dipuncaknya dipasang head sprinkler. Pipa-pipa sekunder dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar dan dipindah-pindah.

 Pengoperasian jaringan cara bergilir, dua baris hidup dua baris mati.

 Norma kerja penyiraman dengan sistem sprinkler adalah 20.000 bibit/HK/hari.

c. Mesin dan Pompa Air

 Ada beberapa jenis mesin dan pompa yang dapat dipergunakan. Pemilihan terhadap jenis mesin dan pompa tergantung pada situasi dan kondisi. Hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah kedalaman sumber air, panjang jaringan pipa, kualitas dari mesin dan pompa, dan lain-lain.

 Biasanya mesin dengan ukuran kekuatan 18-20 HP dan pompa sentrifugal berukuran 7,5 cm x 5,0 cm dan mempunyai kekuatan tekanan 45 psi cukup memadai dipergunakan untuk mengairi pembibitan yang luasnya 2-5 ha.

d. Hal-hal Penting pada Penyiraman Sistem Overhead Sprinkler

Perhatian : a. Penggunaan sprinkler dengan sistem permanen membutuhkan biaya yang cukup besar dibanding dengan penggunanaan sprinkler non permanen, walaupun sistem yang terakhir lebih banyak membutuhkan tenaga kerja lebih banyak.
b. Keuntungan penggunaan sistem sprinkler pe-manen maupun non permanen adalah air yang diterima bibit pada saat penyiraman dapat stabil dan seragam volumenya antara satu bibit dengan bibit lainnya.
c. Selain biaya yang dibutuhkan mahal, kerugian yang ditimbulkan dengan penyiraman sistem sprinkler adalah butiran atau percikan air mengakibatkan pupuk atau mulsa didalam polybag terlempar keluar. Hal ini juga dapat menyebabkan tanah dalam polybag menjadi keras dan membentuk lapisan atas yang keras.

6.3.. SISTEM SELANG POLITEN PERFORASI

Sistem ini menggunakan selang politen perforasi misalnya sumisansui, Ho Yu dan lain-lain. Bagian permukaan atas berlubang dengan jarak antar lubang 15 cm dan membentuk dua baris sepanjang selang. Selang dikemas dalam bentuk rol, satu rol panjangnya 100 m, dengan berat  2,5 kg. Dengan bentuk dan berat tersebut selang sangat mudah diangkat dan dipindah-pindahkan. Selang dipasangkan pada pipa utama jenis PVC, sehingga cukup ringan dan mudah diangkut.

a. Tata Letak Pembibitan Utama

 Selang perforasi dapat menyiram 5 baris bibit dalam pembibitan utama yang berjarak tanam 76 cm segitiga sama sisi. Jarak antar selang dibuat 3,05 m. Pipa utama menggunakan jenis PVC dengan diam 7,5 cm (3 inch). Pembibitan dibagi menjadi beberapa blok dan setiap blok dipasang pipa utama. Pipa–pipa utama dihubungkan dengan pipa induk yang berdiametr 10 cm (4 inch). Sedangkan pipa induk tersambung langsung dengan mesin pompa air.

 Pada pipa utama diberi soket T berukuran 3 x 2 inch. Selanjutnya dari soket T tersebut dipasang soket berukuran 2 x 1½ inch dan dipasang kran untuk mengatur aliran air. Pipa ukuran 1 ½ inch tersebut selanjutnya disambung dengan pipa ukuran 1 ½ inch yang dipasang tegak lurus. Pipa tersebut diatur/disusun sehingga mempunyai panjang 25 m. Pada pipa tersebut dipasang selang perforasi sebanyak 8 buah dengan panjang 100 m. Penyambungan antara selang perforasi dengan pipa menggunakan sambungan T berukuran 1½ x ¾ inch.

 Setiap kran dapat mengontrol aliran air untuk pembibitan seluas 25 m x 100 m atau seluas 0,25 Ha. Mesin pompa air yang digunakan untuk pembibitan dengan luas 25 ha adalah mesin berkekuatan 120 HP.

 Penyiraman dilakukan secara bergiliran, setiap periode seluas 5 ha dengan cara membuka 20 kran sementara yang lain ditutup. Setelah bibit dalam areal 5 ha cukup penyiramannya, maka dilanjutkan dengan penyiraman pada areal 5 ha berikutnya. Demikian seterusnya sampai bibit dalam areal 25 ha tersiram semuanya. Pipa utama yang terbuat dari PVC ditanam dalam tanah untuk melindungi dari sengatan sinar matahari langsung.

b. Hal-hal Penting Supaya Sistem Selang Perforasi Memberikan Hasil Terbaik

Perhatian : a. Areal bibitan harus bersih dari rumput-rumputan atau gulma lainnya, karena dapat menghalangi semprotan air.
b. Areal harus bebas dari benda-benda berat yang apabila menindih selang perforasi dapat menghambat aliran air dalam selang tersebut.
c. Semprotan air efektif bila bentuknya elips. Letak selang harus rata sehingga air yang memancar ke kanan dan ke kiri seimbang.
d. Kekuatan selang perforasi terhadap tekanan maksimum air sebaiknya diketahui. Tinggi air maksimal yang dihasilkan dari lubang semprotan tidak lebih dari 2,13 m. Apabila tekanan air melebihi kemampuan selang maka selang perforasi bisa pecah.
e. Umur selang perforasi (merk sumisansui) bisa bertahan 3-5 tahun.

c. Hal-hal Penting pada Sistem Selang Perforasi

Perhatian : a. Dibanding dengan sistem sprinkler, penyiraman dengan sistem selang perforasi di pembibitan membutuhkan biaya yang lebih murah.
b. air semprotan yang dihasilkan lebih cocok untuk pertumbuhan bibit.
c. Pupuk dalam polybag tidak terganggu oleh percikan air penyirama..
e. Tanah dalam polybag tidak menjadi keras dan membentuk lapisan atas yang keras.
f. Lebih mudah diterapkan pada pembibitan sistem dua tahap.
g. Selang mudah digulung sehingga pembibitan jadi mudah diusahakan setiap saat.
h. Bahan-bahan yang digunakan ringan, sehingga cocok untuk pembangunan pembibitan di daerah terpencil.

7. SISTEM PEMBIBITAN

Pembibitan kelapa sawit banyak mengalami kemajuan dan saat ini telah tercipta sistem pembibitan yang lebih baik daripada sistem yang dipakai terdahulu. Namun sistem yang ada sekarangpun akan mengalami perbaikan-perbaikan sesuai dengan kemajuan teknologi di bidang perkebunan kelapa sawit. Adapun sistem pembibitan kelapa sawit yang pernah ada sebagai berikut :

7.1. PEMBIBITAN LAPANGAN (FIELD NURSERY)

 Kecambah dipelihara untuk sementara di bak atau bedengan pasir selama 1 (satu) bulan.

 Setelah 1 (satu) bulan, bibit dipindahkan atau ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan dan dipelihara sampai berumur 12 bulan.

 Setelah berumur 12 bulan bibit dibongkar atau digali dari tanah. Tanah yang melekat pada bibit kemudian dibungkus dengan kantong plastik dan dibawa ke lapangan untuk ditanam.

 Cara field nursery sudah tidak praktis lagi karena memiliki berbagai kelemahan, antara lain :

 Areal pembibitan harus bersih dari gulma agar tidak menjadi saingan bagi bibit.
 Pupuk yang diberikan banyak yang hanyut melalui penyiraman atau hujan.
 Sukar untuk melakukan seleksi bibit dan bibit yang abnormal harus dicabut.
 Akar banyak yang terpotong sebagai akibat pembongkaran bibit sewaktu akan dipindah tanam ke lapangan.
 Penanaman di lapangan harus tepat dimusim hujan, kalau terlambat bibit akan mati kekeringan.

7.2. PEMBIBITAN DUA TAHAP (DOUBLE STAGE NURSERY)

Pada sistem pembibitan dua tahap, mula-mula kecambah ditanam pada babybag yang disusun dalam bedengan selama kurang lebih 2-3 bulan. Selanjutnya bibit dipindahkan dalam largebag dan dirawat kurang lebih 7 – 10 bulan sebelum ditanam di lapangan.

a. Keuntungan Sistem Pembibitan Dua Tahap

 Selama 2–3 bulan pertama kegiatan terfokus pada areal yang kecil sehingga pekerjaan relatif lebih mudah dilaksanakan. Tersedia waktu lebih lama untuk pengisian largebag sehingga kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dan diatur secara longgar.

 Persiapan jaringan irigasi di pembibitan lebih longgar 2–3 bulan (tidak tergesa-gesa), sehingga ada penghematan biaya perawatan bibit dan penghematan penggunaan mesin pompa air untuk penyiraman.

 Pada fase pertumbuhan kritis dan rawan, pengasawan dan supervisi lebih mudah dilaksanakan pada areal yang kecil. Tenaga kerja yang digunakan untuk pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penyiraman, dan pengendalian gulma hanya sedikit.

 Apabila bibit di main nursery belum dapat dipindah ke lapangan karena ada penundaan jadwal penanaman, maka pemindahan bibit dari pre-nursery ke main nursery dapat ditunda dahulu.

 Seleksi awal lebih mudah dan cepat karena dilaksanakan pada areal yang kecil.

 Adanya seleksi awal tersebut maka penggunaan largebag berkurang sehingga volume tanah yang diperlukan berkurang, pengisian tanah lebih cepat dan penghematan tenaga serta tempat untuk menata polybag.

 Largebag digunakan hanya 9 bulan sehingga kondisinya masih bagus dan tidak mudah rusak saat bongkar muat bibit.

 Bibit kembar (doubleton) dapat dipisahkan pada saat pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery.

b. Kerugian Sistem Pembibitan Dua Tahap

 Ada pekerjaan tambahan dengan adanya kegiatan di pre-nursery seperti pengadaan dan pengisian babybag, pembuatan naungan dan sistem penyiramannya.

 Pelaksanaan pemindahan bibit dari babybag ke largebag yang tidak hati-hati akan menyebabkan planting shock dan kerusakan pada bibit.

c. Rekomendasi

Jika pembibitan dilaksanakan dalam jangka waktu lama dengan jumlah bibit cukup besar maka sangat dianjurkan memakai sistem pembibitan dua tahap dengan pertimbangan lebih fleksibel. Apabila pembibitan dibuat dalam skala kecil (kurang dari 2,5 ha) dan dalam waktu setahun saja maka penggunaan sistem pembibitan satu tahap lebih menguntungkan.

7.2.1. PEMBIBITAN AWAL (PRE NURSERY)

Areal pre-nursery diusahakan menyatu dengan areal main nursery. Pada situasi tertentu pembuatan pre-nursery boleh terpisah dengan main nursery dan ditempatkan di sekitar lokasi pemukiman karyawan namun dibawah pengawasan yang ketat dari kepala kebun.

Pre nursery yang dibuat di daerah berlereng perlu dibuat teras-teras agar bedengan tempat polybag dalam posisi datar. Terpenting adalah air sisa-sisa penyiraman harus mengalir lancar sehingga tidak terjadi genangan dalam bedengan.

Syarat utama dalam pemilihan jenis polybag untuk pre nursery maupun main nursery kualitas dan seragam. Harga tidak menjadi patokan namun kualitas barang yang terpenting.

a. Jadwal Kegiatan Pembangunan dan Perawatan Pre Nursery
 Membangun bedengan dan naungan
 Membangun gudang dan barak karyawan
 Memasang instalasi air
 Mengisi baby bag dengan tanah dan menyusun dibedengan
 Menanam kecambah.
 Perawatan bibit.

b. Persiapan Pre-Nursery

 Lokasi pre nursery harus berdekatan dengan main nursery. Lokasi ini harus dibersihkan dari gulma serta diratakan tanahnya.

 Dibuat bedengan dengan ketentuan :

 Arah bedengan memanjang dari Barat ke Timur
 Panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan lapangan (10-20 m).
 Lebar bedengan 1,2 m.
 Jarak antar bedengan 0,6–1,0 m untuk jalan kontrol dan karyawan melakukan aktifitas pemeliharaan.

 Ditepi bedengan dibuat palang dari papan : p = 10-20 m, l = 10 cm, t = 2 cm. Waktu memasang papan diberi patok dari sebelah luar dan dalam sehingga papan selalu dalam posisi sejajar dan tidak mudah roboh.
 Guludan tanah diratakan karena bisa mempersulit drainase.

 Naungan untuk pre nursery tidak mutlak dan dapat ditiadakan jika penyiraman terjamin baik dan teratur. Naungan hanya direkomendasikan jika penyiraman tidak terjamin atau kurang baik pelaksanaannya. Ketentuan ukuran naungan :

 Bahan untuk atap naungan bisa memakai pelepah daun sawit atau plastik net dengan 60 % shade (kegelapan).
 Tinggi tiang atap kira-kira 2 m (dengan bagian tiang yang tertanam didalam tanah sedalam 0,3 m) dan lebar jarak antara 2 tiang sekitar 2 m.
 Pada kira-kira 10 minggu setelah tanam (tumbuh 2 daun) naungan berangsur-angsur dikurangi yaitu setiap selang waktu 4 hari naungan dikurangi seperempatnya. Dalam waktu 2 minggu naungan sudah hilang semua.

Perhatian : Jangan memakai naungan yang terlalu gelap dan naungan harus dibongkar setelah 12 minggu sejak penanaman kecambah.

c. Pengisian Polybag di Pre-Nursery

 Polybag untuk pre nursery adalah babybag berukuran l = 14 cm x p = 23 cm x t = 0,1 mm, warna hitam dan terdapat lubang-lubang drainase. Kebutuhan babybag untuk per ha tanaman di lapangan adalah 200 lembar ditambah 2 %.

 Tanah yang digunakan untuk media adalah tanah lapisan atas (top soil) 0-10 cm, gembur, subur dan tidak bercampur dengan batu-batuan/kerikil. Tekstur tanah lempung berliat dan mempunyai sifat drainase yang baik.

 Tanah yang mengandung liat berat dianjurkan dicampur pasir dengan perbandingan 1:3 (1 bagian pasir + 3 bagian tanah).

 Top soil diayak dengan ayakan 0,5-1,0 cm untuk memisahkan bongkah-bongkah tanah, sisa–sisa akar dan kerikil. Tumpukan tanah yang telah diayak ditutup dengan terpal plastik sehingga tidak kehujanan dan pengisian tanah dapat berjalan lancar.

 Tanah yang telah diayak dicampur dengan pupuk RP sebanyak 10 gram/baby bag (4,5 m3 tanah diberi 10 kg RP untuk 1.000 babybag) atau pupuk lainnya dengan dosis setara dengan dosis RP.

Perhatian : Pada waktu pencampuran, tanah harus kering dan pencampuran tanah dengan pupuk RP harus merata.

 Isikan tanah yang sudah siap ke dalam babybag sebanyak ±1,0-1,5 kg/babybag dan dipadatkan.

Perhatian : Jangan sekali-kali mengisi tanah basah apalagi yang berkadar liat tinggi kedalam polybag karena akan terjadi pemadatan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan akar

 Babybag disusun rapat dan rapi sehingga membentuk bedengan dengan muatan 12 babybag melebar dan panjangnya tergantung pada jumlah bibit per nomor kelompok.

 Pinggiran bedeng dipasang palang kayu agar babybag tidak roboh. Antara bedengan dibuat jalan kontrol dengan lebar 60-100 cm memanjang persemaian. Barisan babybag yang paling pinggir diusahakan terletak 30 cm dari tepi atap naungan (lihat Gambar 1). Norma kerja mengisi/menyusun babybag  500 babybag/HK.

 Pengisian babybag harus siap minimal 1 (minggu) sebelum kecambah ditanam dan disiram setiap hari sampai waktu penanaman kecambah.

Gambar 1. Sketsa Layout Bedeng Persemaian

d. Papan Label untuk Identifikasi Jenis Bibit

 Tujuan pembuatan papan label adalah
 Mengidentifikasi jenis dan sumber bibit.
 Mengetahui keseragaman usia di pembibitan untuk keperluan penanaman dilapangan.
 Mencatat jumlah bibit dan seleksi.

 Jenis DP Marihat ada 12 (duabelas) kelompok utama yang harus ditanam terpisah, yaitu BJ, DS, MA, LM, RS, YA, DSxNI, MAxNI, DSxBJ, RSxDS, MAxRS, BJxRS. Ke-12 kelompok utama itu mencakup 36 kategori persilangan (lihat Lampiran 1.).
 Jenis DP Rispa ada 2 (dua) kelompok utama, yaitu DP dan DyP (jenis Dumpy, lebih pendek dari DP).
 Jenis DP Socfindo ada 2 (dua) kelompok utama yang mencakup 22 kategori persilangan (lihat Lampiran 2.).

 Papan label dibuat dengan ukuran 15 cm x 20 cm, tinggi kaki 30 cm dari permukaan tanah, cat dasar warna putih dan tulisan warna hitam.

 Pada papan label dituliskan data-data : asal kecambah (misalnya DxP Marihat), nama kelompok, jumlah kecambah ditanam, tanggal kecambah ditanam (lihat Gambar 2.).

Gambar 2. Papan Label Kelompok Bibit di Pre dan Main Nursery

e. Penanaman Kecambah di Pre Nursery

 Polybag yang telah diisi tanah dicek dan dirapihkan dahulu sebelum ditanami kecambah.

 Kecambah yang diterima di kebun harus segera ditanam pada hari itu atau paling lama 1 (satu) hari setelah penerimaan kecambah. Keterlambatan penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainan pada kecambah, misalnya :

 Bakal akar dan daun menjadi panjang sehinga menyulitkan penanaman.
 Bakal akar dan daun menjadi patah.
 Kecambah akan menjadi busuk karena terserang cendawan.
 Kecambah akan mati/kering karena kekurangan air dan oksigen.

 Kecambah yang masih dalam bungkusan plastik sebelum dibuka terlebih dahulu dipisah-pisahkan sesuai kelompoknya. Sebelum ditanam, semua bungkusan plastik kecambah dibuka dan disimpan ditempat yang sejuk.

 Penanaman kecambah harus dilakukan per kelompok. Sebelum penanaman kecambah, babybag yang telah diisi tanah harus disiram terlebih dahulu.

 Kecambah diseleksi terlebih dahulu sebelum ditanam (pedoman seleksi kecambah disajikan pada Gambar 3). Kecambah abnormal, patah, busuk dan sebagainya harus dibuang, hanya kecambah normal yang ditaman. Ciri kecambah normal dapat dilihat pada diferensiasinya yaitu pucuk dan akar dapat dibedakan dengan jelas. Pucuk bentuknya runcing sedangkan akar agak tumpul, panjangnya 8–25 mm berwarna putih gading dengan posisi saling bertolak belakang.

 Penanaman kecambah harus dilakukan dengan hati-hati/teliti agar akar dan pucuk tidak patah, dengan cara sebagai berikut :

 Buat lubang tepat ditengah babybag sedalam 2,0–2,5 cm dengan menggunakan jari telunjuk atau kayu  1,5 cm.
 Letakkan kecambah dengan posisi bagian akar disebelah bawah dan pucuk menghadap keatas.
 Timbun kembali dengan tanah setebal 1,0–1,5 cm dan tidak boleh dipadatkan terlalu kuat.
 Kecambah yang belum jelas perbedaan bakal akar dan daunnya dapat ditunda penanamannya, sedangkan kecambah yang terlalu panjang akarnya dapat dipotong 5 cm dari pangkalnya.
 Setelah selesai penanaman harus segera dipasang papan label berdasarkan nama kelompok kecambah yang ditanam.
 Norma kerja penanaman kecambah adalah 1.500 kecambah/HK.

f. Naungan di Pre Nursery

 Pemberian naungan di pembibitan dimaksudkan untuk melindungi bibit dari penyiraman yang kurang sempurna terutama pada masa pertumbuhan kritis. Setelah sistem penyiraman dapat berjalan baik, maka naungan pada pembibitan tidak direkomendasikan lagi.

 Pemberian naungan dapat berdampak negatif yaitu muncul penyakit daun karena tercipta kelembaban yang cocok untuk berkembangnya penyakit. Terutama naungan berupa daun kelapa sawit akan menularkan penyakit daun pada bibit kelapa sawit. Selain itu, naungan akan menyebabkan itiolase pada bibit.

 Kondisi yang direkomendasikan untuk diberikan naungan sebagai suatu perkecualian adalah apabila :

 Akar bibit yang ditanam tumbuh memutar sehingga muncul keluar
 Penyiraman dianggap tidak memadai.
 Bibit hasil pemisahan dari bibit ganda.

g. Penyiraman Bibit di Pre Nursery

 Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Bila malam hari turun hujan > 8 mm, maka besok pagi tidak perlu disiram. Kebutuhan air untuk bibit di pre nursery adalah 0,2–0,3 liter per babybag per hari.

 Untuk mendapatkan hasil yang penyiraman yang optimum biasanya penyiraman dilakukan selama 20-40 menit atau tanah sampai jenuh.

 Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang air yang dilengkapi dengan kepala gembor diujungnya untuk mengurangi erosi pada permukaan tanah babybag.

 Penyiraman dapat juga memakai gembor dan persediaan air diambil dari drum yang ditempatkan pada setiap blok pre-nursery.

 Selain itu, penyiraman dapat menggunakan selang politen perforasi (misalnya Sumisansui).

Perhatian : Penyiraman adalah salah satu perlakuan pemeliharaan yang terpenting dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya terutama dalam fase awal di pre-nursery.

h. Program Pemupukan Bibit di Pre Nursery

 Aplikasi pemupukan harus sesuai dengan program yang telah direkomendasikan (lihat Tabel 3.). Di pre nursery selalu dilakukan pemupukan dengan cara menyiramkan larutan pupuk (dengan menggunakan gembor). Penyiraman dengan larutan pupuk harus dilakukan disore hari. Ingat pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat sinar Matahari sedang terik.

 Setelah selesai pemupukan segera diikuti dengan penyiraman ringan untuk mencegah daun menjadi terbakar.

 Larutan pupuk harus dibuat lebih awal 2-4 jam sebelum digunakan. Hal ini untuk menjamin agar pelarutan pupuk sempurna.

 Jika dipakai pompa semprot (hand sprayer) maka harus dijaga kebersihan pompa tersebut (bebas dari herbisida). Penyemprotan larutan pupuk dapat digabung dengan fungisida atau insektisida. Pompa semprot setelah digunakan harus dicuci untuk mencegah terjadinya karat.

 Apabila muncul gejala defisiensi unsur-unsur hara yang spesifik atau gejala-gejala lain karena efek pemupukan, maka harus segera dilaporkan ke Departemen Riset & Development dengan disertai informasi perlakuan dan foto dari gejala yang dimaksud.

Tabel 03. Program Pemupukan Pembibitan Kelapa Sawit Di Pre Nursery

Umur Bibit
(minggu) Cara Aplikasi
(disemprot/disebar) Dosis Pupuk
(gram)
Pada saat pengisian tanah ke babybag Dicampur dengan tanah 10 gram RP per babybag
4 Disemprot/Disiram 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
5 Disemprot/Disiram 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
6 Disemprot/Disiram 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
7 Disemprot/Disiram 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
8 Disemprot/Disiram 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
9 Disemprot/Disiram 40 gram Urea/15 gram MOP/15 liter air/500 bibit
11 Disemprot/Disiram 40 gram Urea/15 gram MOP/15 liter air/500 bibit

Perhatian : Pemindahan bibit dari babybag ke largebag pada umur 12 minggu. Jika pada umur 12 minggu bibit belum dipindahkan dan masih tetap di babybag, maka pemupukan harus tetap dilanjutkan dengan dosis umur 11 minggu yaitu 40 gram Urea + 15 gram MoP/15 liter air/500 bibit setiap minggu sampai bibit dipindahkan. Jangan memberikan pupuk dalam bentuk granular pada babybag. Setelah dipindahkan ke largebag, maka dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk granuler mengikuti umur bibit.

Keterangan Tabel Pemupukan :

(a) Untuk memudahkan pelaksanaan pemberian pupuk dalam bentuk larutan, maka direkomendasikan untuk membuat larutan stok terlebih dahulu. Larutan stok ini harus diencerkan terlebih dahulu sebelum disemprotkan/disiramkan ke bibit.
(b) Larutan stok untuk 5.000 bibit = 300 gram Urea dilarutkan dalam 3 liter air. Untuk larutan semprot/siram sebanyak 15 liter (1 sprayer) tambahkan 300 ml larutan stok diatas kedalam 14.700 ml air (atau encerkan 300 ml larutan stok menjadi 15 liter), lalu diaduk merata. Larutan tersebut cukup untuk 500 bibit.
(c) Larutan stok untuk 5.000 bibit = 300 gr Urea + 150 gr MoP dilarutkan dalam 3 liter air. Untuk larutan semprot/siram sebayak 15 liter (1 sprayer) encerkan 300 ml larutan stok menjadi 15 liter, lalu aduk merata. Larutan tersebut cukup untuk 500 bibit.
(d) Larutan stok untuk 5.000 bibit = 400 gr Urea + 150 gr MoP dilarutkan dalam 3 liter air. Untuk larutan semprot/siram sebanyak 15 liter (1 Sprayer ) encerkan 300 ml larutan stok menjadi 15 liter lalu diaduk merata. Larutan tersebut cukup untuk 500 bibit.
(e) Pemberian larutan pupuk dapat dilakukan dengan pompa semprot (knapsack sprayer) atau gembor (disiram).
(f) Jenis pupuk Compound NPK 12.12.17.2 sebaiknya yang mengandung unsur mikro (TE = Trace Elements), misalnya Cockhead brand ICI 12.12.17.2 + TE.
(g) Bilamana timbul gejala-gejala defisiensi hara yang khas dari unsur-unsur tertentu :
Boron : Penyemprotan dengan HGFB 2,5 gram per liter (konsentrasi 0,25 %).
Magnesium : Penyemprotan dengan garam Inggris (MgSO4.7H2O) 10 gram per liter air.
Copper : Penyemprotan dengan Terusi (CuSO4.5H2O) 0,5 gram per liter.

i. Pengendalian Hama dan Penyakit di Pre Nursery

 Mantri/mandor bibitan harus waspada terhadap gejala serangan hama dan penyakit sehingga usaha pengendalian dapat segera dilakukan.

 Metode pengendalian hama dan penyakit di pembibitan sesuai dengan rekomendasi ( lihat Tabel 4).

 Stok insektisida dan fungisida yang jenisnya sesuai dengan rekomendasi harus tersedia di gudang kebun dan harus dihindarkan penyimpanan bahan tersebut dalam jumlah berlebihan.

 Pemberantasan hama dan penyakit di pre nursery tidak dibenarkan memakai pestisida yang mempunyai ikatan unsur tembaga, air raksa atau timah, misalnya Dipterax, Bidrin dan lain-lain.

Tabel-04. Pedoman Pengendalian Hama & Penyakit di Pembibitan Kelapa Sawit

Jenis Hama dan Penyakit Gejala
Serangan Pestisida
yang Digunakan
Jenis Konsentrasi Cara Aplikasi
Apogonia sp.
dan
Adoretus sp. Lapisan epidermisnya dikikis atau helai daun dimakan seluruhnya (terjadi lobang-lobang) Thiodan 35 EC 1,50 % Semprotkan ke daun pada sore hari, rotasi 1-2 kali sebulan
Ulat Api
dan
Ulat Kantong Memakan helai daun atau epidermisnya saja Decis 2,5 EC
Thiodan 35 EC
Gusadrin 150 WSC
Nuvacron 150 WSC 0,06-1,50 % Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan
Belalang (Valanga) Terutama memakan tepi daun Decis 2,5 EC
Gusadrin 150 WSC
Nuvacron 150 WSC 0,06 % Semprotkan ke daun, rotasi 2 kali sebulan
Aphid (Mealybug)
Menyerang jaringan per-akaran dan daun. Daun seperti gejala kekurangan Nitrogen, berwarna pucat karena jaringan perakaran telah dirusak. Decis 2,5 EC
Thiodan 35 EC
Gusadrin 150 WSC
Nuvacron 150 WSC 0,06-1,50 % Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan
Keong Mengisap jaringan yang lunak dari daun hingga mening-galkan bekas berupa serat-serat. Siputok 5 G

Metapar 99 WP 1 kg/15 kg umpan/Ha
5 gr/bibit Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan
Semut Hidup bersimbiosa dengan kutu yang merusak daun Anthio 330 EC
Cobra 15 EC
Mitac 200 EC
0,15-0,02%
0,10-0,20% Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan
Tunga(Red Spider mite)

Menyerang sebelah bawah daun terutama daun yang lebih tua menyebabkan daun berbintik-bintik, cenderung mongering kemudian coklat. Serangan timbul karena musim kemarau yang panjang Perfection 400 EC
Anthio 330 EC 0,125 % Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan
Penyakit daun
Anthracnose :
Botryodipodia spp
Glomeriela spp
Melanconiem spp Daun bercak-bercak terang, lalu coklat hitam dan mengering mulai dari ujung. Gejala timbul akibat bibit terlalu lembab karena pelindung. Dithane M45 80 WP 0,15 % Semprotkan ke daun, rotasi 10-15 hari sebulan
Penyakit daun
Leaf spot (bercak daun)
Culvularia spp
Helminthosporium Daun bercak-bercak bundar, mula-mula kuning terang kemudian coklat dan cekung dikelilingi oleh halo yang berwarna hijau kekuningan. Selanjutnya bercak bertambah besar dan saling bertemu satu sama lainnya. Dithane M45 80 WP 0,15–0,20 % Semprotkan ke daun, rotasi bila ada serangan
Penyakit akar Blast
Daun seperti terbakar mulai dari ujung, akar membusuk. Daun tua lebih cepat mati sedang daun muda memudar. Jaringan akar yang sakit menguning dan berair. Dithane M45 80 WP 0,20 % Siramkan pada tanah didalam polybag sampai jenuh
Collante
Daun menyempit dibagian tengah sehingga pucuknya saja yang membuka. Bagian yang menyempit bersatu dengan tulang daun sehingga menyerupai tangkai. Volume penyi-raman ditambah karena bibit ke-kurangan air

Perhatian : Dijaga agar penyimpanan insektisida dan fungisida jangan sampai tercampur dangan herbisida. Pompa semprot yang dipakai untuk insektisida/fungisida tidak boleh dipakai untuk keperluan lain.

j. Pengendalian Gulma di Pre Nursery

 Pengendalian gulma di pre nursery hanya dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabuti seluruh jenis gulma yang tumbuh di dalam babybag.

 Bersamaan dengan pengendalian gulma tersebut, dilakukan penambahan tanah kedalam babybag pada bibit yang doyong dan tersembul akarnya.

k. Seleksi Bibit di Pre Nursery

 Seleksi bibit dilakukan untuk membuang bibit yang mempunyai bentuk dan pertumbuhan abnormal serta bibit terserang hama dan penyakit.

 Bibit abnormal dikumpulkan secara terpisah, dan harus diperiksa oleh Askep/Manager sebelum dimusnahkan.

 Seleksi bibit di pre nursery dilakukan dalam dua tahap, yaitu :
 Tahap Satu : setelah bibit berumur 4 – 6 minggu
 Tahap Dua : saat bibit di transplanting ke main nursery (pembibitan utama)
Pada kondisi normal, seleksi di pre nursery adalah 5–10 % dari populasi bibit.

 Seleksi bibit dilakukan bedengan per bedengan dengan membandingkan pertumbuhan rata-rata di bedengan tersebut. Bibit normal mempunyai bentuk “lanceolate” yang sempurna, dimana tiap daun yang keluar pada akhir pertumbuhannya akan lebih besar dari daun terdahulu.

 Pedoman seleksi bibit di pre nursery dapat dilihat pada Gambar 5.

7.2.2. PEMBIBITAN UTAMA (MAIN NURSERY)

a. Persiapan Main Nursery

 Luas areal main nursery disesuaikan dengan perencanaan jumlah bibit yang akan ditanam. Satu ha areal dapat menampung bibit sebanyak :

Jarak spacing 90 cm x 90 cm x 90 cm segitiga sama sisi = 14.000 bibit. Jarak spacing ini dipakai jika bibit dipindahkan ke lapangan pada umur 12-15 bulan.

 Persiapan lokasi main nursery dengan sarana dan infrastrukturnya (jalan dan pipa saluran air) diselesaikan selambat-lambatnya 2 bulan sebelum transplanting bibit.

 Pipa inlet pengambilan air dari sumur/sungai harus dilengkapi dengan saringan (dapat dibuat dari drum yang dilubangi pada sisi- sisinya).

b. Largebag , Tanah dan Pengaturannya

 Largebag yang digunakan berukuran sebagai berikut :

Rencana Umur Bibit Saat Ditanam Di Lapangan Ukuran Polybag (p x l)
(cm) Tebal Polybag
(mm)
9 – 12 bulan
12-18 bulan
18-24 bulan 38 x 45
40 x 50
60 x 75 0,08
0,20
0,25

berwarna hitam, model duduk, terbuat dari polythene dan sisinya berlubang 3 baris dengan jarak antar baris dan antar lubang 5 cm. Besar lubang  0,3 cm.

 Perhitungan kebutuhan largebag harus ditambah  5 % untuk mengganti kemungkinan ada largebag yang rusak.

 Tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (top soil) 0-10 cm dan tidak bercampur dengan batu-batu kerikil. Tekstur tanah lempung berliat dan mempunyai sifat drainase yang baik.

 Tanah dicampur dengan pupuk RP sebanyak 100 gram/largebag.

Perhatian : Pada waktu pencampuran, tanah harus kering dan pencampuran tanah dengan pupuk harus homogen (dicampur dengan pencangkulan)

 Isikan tanah kedalam largebag sebanyak  20-25 kg per largebag memakai sekop sampai setinggi  1 cm dari bibir kantong (setelah padat akan turun menjadi  3 cm dari bibir kantong). Pengisian tanah diusahakan cukup padat dan berdiri tegak (tidak bengkok atau patah pinggang).

 Tanah yang diisikan ke dalam largebag harus dalam keadaan kering. Norma kerja pengisian largebag adalah 180 buah/HK termasuk menata polybag.

 Tanah yang akan diisikan ke largebag sebaiknya diayak dahulu dengan saringan berukuran 0,5-1,0 cm bentuk segi empat p = 100 cm dan l = 60 cm.

Perhatian : Jangan sekali-kali mengisi tanah basah apalagi yang berkadar liat tinggi ke dalam largebag karena akan terjadi pemadatan yang berakibat buruk bagi pertumbuhan akar.

 Bersamaan dengan pengisian tanah ke dalam largebag dilakukan pemancangan. Anak pancang berukuran  10 mm dan panjang 50 cm. Jarak antar polybag disarankan 90 cm x 90 cm x 90 cm

 Sewaktu pengisian dan penjarangan largebag, harus dihindari mengangkat largebag pada bagian bibir, karena akan mengakibatkan largebag koyak.

 Lakukan konsolidasi pada masing-masing largebag, sebagai berikut :

 menegakkan posisi largebag agar tidak bengkok (tidak patah pinggang).
 meluruskan barisan polybag
 meratakan dan menambahkan tanah kedalam largebag sehingga permukaan tanah 2 cm dari bibir largebag.
 mencabut gulma yang tumbuh.
 melakukan penyiraman agar tanahnya mantap.

 Untuk memudahkan pengisian tanah ke largebag dapat menggunakan alat bantu terbuat dari seng yang dipotong dan digulung membentuk tabung silinder. Diameter tabung dibuat seukuran largebag ( 25-30 cm).

 Pekerjaan pengisian largebag harus sudah selesai selambat-lambatnya 2–4 minggu sebelum transplanting.

c. Papan Label untuk Nama Jenis Bibit

 Tujuannya adalah mengidentifikasi jenis bibit yang tergolong kelompok tertentu, sama seperti pada pre nursery.

 Ukuran papan label 20 cm x 30 cm, dan tinggi tiang 50 cm dari permukaan tanah, cat dasar berwarna putih dan tulisan warna hitam.

 Setiap papan label harus dicatat data-data : asal bibit (misalkan DxP Marihat), nama kelompok bibit, jumlah bibit dan tanggal bibit ditanam.

d. Transplanting Bibit ke Main Nursery

 Transplanting bibit ke main nursery dilakukan setelah bibit berumur 2-3 bulan atau 3-4 daun mana yang lebih dulu.

 Transplanting bibit dilakukan per kelompok bibit supaya jangan tercampur dengan kelompok bibit lainnya.

 Sebelum transplanting, tanah di largebag disiram dengan air sampai jenuh. Hal ini untuk memudahkan penanaman bibit dan mengurangi tingkat kematian bibit sewaktu transplanting.

 Bibit–bibit yang sudah diseleksi di pre nursery, diecer ke masing–masing largebag yang siap ditanami.

 Cara penanaman bibit ke largebag adalah sebagai berikut:
 buat regu tanam yang terdiri dari 3 pekerja wanita : pekerja ke-1 bertugas membuka polybag, pekerja ke-2 bertugas memasukan bibit dalam lubang dan pekerja ke-3 memadatkan tanah.
 buat lubang ditengah-tengah largebag dengan menggunakan pipa bor (hole core former) yang panjang dan diamnya sesuai dengan besarnya babybag (Lihat Gambar 7). Norma kerja pembuatan lubang = 600 lubang/HK
 potong dasar babybag menggunakan pisau cutter lalu masukkan ke dalam lubang yang sudah dibuat di largebag, kemudian plastik babybag ditarik keluar melalui bibit. Usahakan agar tanah dalam babybag tidak pecah.
 antara tanah dalam largebag dengan bola tanah babybag dipadatkan dan permukaannya sama tinggi (bonggol/leher batang tidak terbenam dan akar tidak kelihatan).
 Pasang papan label setelah selesai transplanting, lakukan penyiraman yang cukup pada semua largebag yang sudah selesai ditanami bibit.

 Permukaan tanah dalam largebag diberi mulsa berupa cangkang (shell), serbuk gergaji, serabut (fibre), bunga jantan kelapa sawit, cacahan daun lalang dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk konservasi tanah dan air di largebag.

Perhatian : Pemilihan bahan untuk mulsa harus hati-hati jangan sampai mulsa tersebut memberikan efek negatif terhadap tanah dalam polybag dan pertumbuhan bibit. Misalnya fibre kelapa sawit tidak selalu baik untuk mulsa karena dapat menimbulkan jamur.

e. Penyiraman di Main Nursery

 Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari, yaitu pukul 07.00-11.00 dan pukul 15.00 sampai selesai. Kebutuhan air rata-rata untuk setiap bibit adalah  2–3 liter per largebag per hari tergantung umur bibit.

 Bila terjadi hujan lebih dari 10 mm pada hari sebelumnya, maka penyiraman tidak perlu dilakukan pada hari itu.

 Penyiraman dilakukan dengan sistem sprinkler, sumisansui atau sumishower sesuai prosedur yang benar.

 Ditugaskan 1-2 orang operator khusus dengan tugas :
 mengelola mesin pompa air
 memeriksa serta memperbaiki pipa air di lokasi pembibitan setiap harinya
 mengerjakan administrasi mesin pompa air

f. Pemupukan di Main Nursery

 Pemupukan sesuai dengan program yang telah direkomendasikan (lihat Tabel 6).

Tabel 06. Program Pemupukan Pembibitan Kelapa Sawit Di Main Nursery

Umur Bibit
(minggu) Cara Aplikasi
(disemprot/disebar) Dosis Pupuk
(gram)
Pada saat pengisian tanah ke largebag 1 minggu sebelum pemindahan bibit Dicampur dengan tanah 100 gram RP per largebag
13 Disebar 4 gram 15.15.6.4
15 Disebar 4 gram 12.12.17.2
17 Disebar 5 gram 12.12.17.2
19 Disebar 5 gram 12.12.17.2
20 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
23 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
25 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
27 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
29 Disebar 10 gram 12.12.17.2
31 Disebar 10 gram 12.12.17.2
33 Disebar 15 gram 12.12.17.2
35 Disebar 15 gram 12.12.17.2
37 Disebar 15 gram 12.12.17.2
39 Disebar 15 gram 12.12.17.2
41 Disebar 18 gram 12.12.17.2
43 Disebar 18 gram 12.12.17.2
45 Disebar 18 gram 12.12.17.2
47 Disebar 18 gram 12.12.17.2
49 Disebar 18 gram 12.12.17.2
51 Disebar 18 gram 12.12.17.2
53 Disebar 18 gram 12.12.17.2

 Apabila muncul gejala defisiensi unsur hara yang spesifik atau gejala-gejala lain karena efek pemupukan, maka segera dilaporkan ke Departemen Reseach & Development dengan disertai informasi perlakuan dan foto bibit yang mengalami defisensi.

 Pemupukan harus dilakukan dengan takaran.

Perhatian : Tidak dibenarkan memupuk bibit tanpa takaran (disebar langsung dengan tangan).

g. Pengendalian Hama dan Penyakit

 Mandor/mantri bibitan harus waspada terhadap gejala serangan hama dan penyakit sehingga usaha pengendalian dapat segera dilakukan.

 Metode pengendalian hama dan penyakit di pembibitan harus sesuai dengan rekomendasi.

 Stok insektisida dan fungisida yang jenisnya sesuai dangan rekomendasi harus tersedia di gudang kebun dan harus dihindarkan penyimpanan bahan tersebut dalam jumlah berlebihan.

h. Pengendalian Gulma di Main Nursery

 Gulma di dalam largebag
 Pengendalian gulma di dalam largebag dilakukan dengan cara manual setiap 2 minggu sekali sampai bibit cukup besar. Norma kerja = 5.000 largebag/HK.

Perhatian : Dilarang mengendalikan gulma di dalam large-bag meng-gunakan herbisida.

 Konsolidasi bibit (mendirikan dan menegakkan bibit doyong) dilakukan bersamaan dengan pengendalian gulma .
 Pemberian mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma .

 Gulma di antara largebag
 Menggaruk bersih gulma diantara largebag 2-3 minggu sekali.
 Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida Eagle 480 AS dosis 2,0–2,5 liter/ha blanket (konsentrasi 0,5 %).
 Penyemprotan dilakukan pada pagi hari 1 jam setelah penyiraman bibit. Norma kerja penyemprotan gulma = 300-400 lt/HK atau 1,5-2,0 Hk/Ha/rotasi.
 Nozzel sprayar yang digunakan adalah polijet kuning atau VLV 200 dan posisinya harus lebih rendah dari permukaan largebag pada saat penyemprotan.

Perhatian : Penyemprotan gulma dengan herbisida harus diawasi dengan ketat. Dilarang melakukan penyemprotan dengan 2,4 Diamine.

h. Seleksi Bibit di Main Nursery

 Bibit abnormal dikumpulkan secara terpisah, dan harus diperiksa oleh Askep/ Manager sebelum dimusnahkan/dicincang.

 Jadwal seleksi harus tepat agar perawatan terhadap bibit afkir segera dapat dihentikan dan diatur sebagai berikut
Tahap I : umur bibit 4 bulan
Tahap II : umur bibit 6 bulan
Tahap III : umur bibit 8 bulan
Tahap IV : pada saat sebelum bibit ditanam ke lapangan

 Beberapa bentuk bibit abnormal dan harus disingkirkan sewaktu seleksi adalah :
 Kelainan pada habitus tanaman:
a. Bibit tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah dengan sumbu batang lebih tajam demikian juga sudut antara anak daun dengan tulang daun. Bibit demikian cenderung berkembang menjadi tanaman steril. Gejala tersebut muncul setelah  2–3 bulan di pembibitan .

b. Permukaan tajuk rata, bentuk bibit memendek karena pelepah muda tidak mau memanjang dan lebih pendek dari pada pelepah tua. Terjadi setelah  2–3 bulan di pembibitan.
c. Daun muda tumbuh lebih panjang dari daun tua tetapi lemah lunglai (bibit tumbuh terkulai), terjadi setelah  6 bulan di pembibitan.
d. Anak daun tetap menyatu, tidak mau pecah walau telah cukup umurnya dan tingginya normal. Terjadi setelah  3–4 bulan di pembibitan.

 Kelainan pada bentuk anak daun (leaflet) :
a. Sudut anak daun dengan tulang daun sangat tajam (cenderung steril). Terjadi setelah  3 bulan lebih di pembibitan.
b. Helaian anak daun sempit seperti jarum, kadang-kadang menggulung dan membentuk sudut yang tajam dengan tulang daun. Terjadi setelah  3 bulan di pembibitan.
c. Anak daun tersusun lebih rapat pada tulang daun, bibit kelihatan lebih pendek. Terjadi setelah 5 bulan di pembibitan.
d. Anak daun tersusun lebih jarang pada tulang daun hingga daun kelihatan seperti terbuka. Bibit demikian kelihatan lebih tinggi daripada bibit sekitar. Terjadi setelah  5 bulan di pembibitan.

 Kelainan daya Pertumbuhan
a. Bentuk dan daunnya normal tetapi pertumbuhannya sangat lambat. Bibit demikian (laggard seedling) termasuk bibit afkir.
b. Persentase seleksi dari pre nursery sampai dengan ditanam ke lapangan berkisar antara 20–25 %, tergantung dari jenis bibit dan rekomendasi dari instansi penghasil kecambahnya.

 Bibit Abnormal yang Masih Dipelihara

Bibit abnormal akibat serangan hama, penyakit, defisiensi unsur hara dan kesalahan tindakan kultur teknis (terkena percikan herbisida, terbakar karena pemupukan yang berlebihan dll.) dapat dipelihara terus dengan perlakuan khusus. Bila 3-4 bulan setelah perawatan tidak ada perbaikan/perubahan maka bibit harus dibuang/dimusnahkan .

a. Serangan hama dan Penyakit.
b. Karena Kesalahan Pemupukan.
c. Defisiensi Unsur Hara.
Defisiensi B : daun bercak-bercak putih bening. Pada gejala lanjut daun berkerut atau membentuk kait dibagian ujung. Gejala biasanya hilang setelah bibit dipindahkan ke lapangan. Tidak dibenarkan diberi pupuk Borate/Borax.
Defisiensi Mg : terjadi pada daun-daun tua sebelah bawah berwarna kuning terang, kadang-kadang disertai pengeringan dibagian ujung. Harus diberi pupuk Kieserit.
d. Keracunan Herbisida.
Bibit harus mendapat penyiraman yang berat.

 Kebutuhan bahan tanaman per ha dapat digambarkan sebagai berikut :

Kecambah diterima

Culling kecambah  2 %

Kecambah ditanam di PN

Culling di PN  10 %

Transplanting ke MN

Culling di MN  13 %

Bibit siap tanam

Sudah termasuk  12,5 %
untuk Sisipan

7.3. PEMBIBITAN SATU TAHAP (SINGLE STAGE NURSERY)

Sistem pembibitan satu tahap hanya menggunakan satu ukuran kantong plastik yaitu largebag. Kecambah langsung ditanam dalam large di main nursery yang mula- mula letaknya diatur saling berdekatan. Sesudah 2 atau 3 bulan, letak bibit tersebut dijarangkan membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar bibit (spacing) 90 cm x 90 cm x 90 cm.

a. Keuntungan Sistem Pembibitan Satu Tahap

 Bibit tidak mengalami planting shock karena tidak ada pemindahan dari babybag ke largebag.

 Pembibitan satu tahap tidak memerlukan babybag karena kecambah langsung ditanam ke largebag sehingga biaya untuk pembelian polybag berkurang.

 Pembibitan satu tahap tidak memerlukan bedengan-bedengan dan atap pelindung.

 Tidak ada biaya untuk transplanting bibit dari pre nursery ke main nursery.

b. Kerugian Sistem Pembibitan Satu Tahap

 Persiapan lapangan seperti pengisian largebag, jaringan penyiraman, perataan areal, pemagaran dan pekerjaan lainnya harus sudah ada/siap sebelum kecambah datang.

 Selama 1-3 bulan, mesin dan pompa air untuk penyiraman bibit harus dioperasikan penuh sehingga diperlukan BBM lebih banyak, pemakaian suku cadang bertambah serta timbul keausan mesin.

 Pada tahap pertumbuhan bibit kritis dan sensitive, pengamatan dan supervisi terhadap bibit cukup sulit dilaksanakan karena bibit tersebar dalam areal yang luas.

 Biaya pemeliharaan lebih besar karena membutuhkan tenaga kerja untuk pemupukan, pengendalian hama-penyakit dan kegiatan lainnya lebih banyak

 Apabila jadwal penanaman tertunda dan bibit masih tersedia di areal pembibitan maka tidak ada tempat lagi untuk menanam kecambah baru sebelum bibit lama dipindahkan.ke lapangan.

 Seleksi lebih sulit dan memerlukan banyak waktu karena seleksi dilaksanakan pada areal yang luas, harus memindahkan/mengangkat bibit afkir pada jarak yang jauh.

 Pada kondisi sumber air kritis, penyiraman dengan tangan (hand watering) memerlukan waktu lama dan tidak dapat meng-cover seluruh bibit dalam satu hari.

c. Prosedur Pembibitan Satu Tahap

Semua pekerjaan yang relevan pada pembibitan dua tahap berlaku juga untuk pembibitan satu tahap kecuali program pemupukan. Program pemupukan pembibitan satu tahap mengikuti ketentuan sebagai berikut (lihat Tabel-4).

Tabel-4. Program Pemupukan untuk Pembibitan Kelapa Sawit Satu Tahap

Umur Bibit
(minggu) Cara Aplikasi
(disemprot/disebar) Dosis Pupuk
(gram)
Pada saat pengisian tanah ke polybag Dicampur dengan tanah 10 gram RP per babybag
4 Disemprot 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
5 Disemprot 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
6 Disemprot 30 gram Urea/15 liter air/500 bibit
7 Disemprot 30 gram Urea/15 gram MOP/15 liter air/500 bibit
8 Disemprot 30 gram Urea/15 gram MOP/15 liter air/500 bibit
9 Disebar 3 gram 15.15.6.4
11 Disebar 4 gram 15.15.6.4
13 Disebar 4 gram 15.15.6.4
15 Disebar 5 gram 12.12.17.2
17 Disebar 5 gram 12.12.17.2
19 Disebar 5 gram 12.12.17.2
20 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
23 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
25 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
27 Disebar 7,5 gram 12.12.17.2
29 Disebar 10 gram 12.12.17.2
31 Disebar 10 gram 12.12.17.2
33 Disebar 15 gram 12.12.17.2
35 Disebar 15 gram 12.12.17.2
37 Disebar 15 gram 12.12.17.2
39 Disebar 15 gram 12.12.17.2
41 Disebar 18 gram 12.12.17.2
43 Disebar 18 gram 12.12.17.2
45 Disebar 18 gram 12.12.17.2
47 Disebar 18 gram 12.12.17.2
49 Disebar 18 gram 12.12.17.2
51 Disebar 18 gram 12.12.17.2
53 Disebar 18 gram 12.12.17.2

Bibit harus sudah dipindahkan ke lapangan pada umur 11 – 14 bulan. Jumlah dosis pupuk per bibit per 52 minggu = 40 gram TSP + 50 gram Dolomit + 0,3 gram urea + 0,06 gram MOP + 14 gram 15.15.6.4 + 228 gram 12.12.17.2.

d. Hal Penting dalam Pembibitan Satu Tahap

Perhatian : 1) Penyiraman bibit mengenai sela-sela kantong plastik sehingga akar bibit tidak cepat kering dan rusak karena kelembaban yang tinggi.
2) Penyiangan gulma secara manual harus dilaksanakan dengan hati-hati jangan sampai mengenai perakaran. Apabila pengendalian gulma dengan herbisida harus dilaksanakan ekstra hati-hati agar tidak mengenai bibit. Harus diperhatikan tiupan angin yang dapat mempengaruhi arah semprotan.
3) Pengendalian hama dan penyakit diareal yang luas memerlukan waktu lama sehingga monitoring dan identifikasi serangan hama dan penyakit dilakukan sedini mungkin.
4) Seleksi awal terhadap bibit harus dilaksanakan dengan benar dan merata serta harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kultur teknis.

8. TRANSPORT BIBIT KE LAPANGAN

8.1. PERMASALAHAN TRANSPORT BIBIT

Kegiatan pengangkutan bibit sering tidak efisien baik memakai kendaraan perusahaan atau kendaraan kontraktor. Ketidakefisienan tersebut mengakibatkan biaya tinggi atau harga kontrak lebih tinggi dari semestinya.

Salah satu masalah yang ditemukan pada kebun skala besar adalah farm tractor dengan trailernya (berkapasitas 5–6 ton) hanya mengangkut bibit sebanyak 100-110 batang yang ditata satu lapis saja. Jika ditata dua lapis akan merusak daun bibit yang ada di lapisan bawah dan menghancurkan tanah di polybag yang ada di lapisan atas. Masalah lain, kegiatan bongkar muat juga lambat.

8.2. KENDARAAN KHUSUS UNTUK PENGANGKUTAN BIBIT

Solusi yang bisa mengatasi permasalahan pengangkutan bibit adalah pengangkutan memakai truk besar double gardan (tronton) yang dapat memuat 300-350 bibit ditata satu lapis.

Penggunaan jenis kendaraan tronton sangat dianjurkan asalkan design jalan di pembibitan sudah dirancang untuk melayani kendaraan besar dan tersedia tempat memutar yang lebih luas. Demikian juga jaringan pipa penyiraman harus diatur sehingga tidak rusak tergilas kendaraan tersebut.

9. SUPLAI BIBIT UKURAN BESAR

a. Stok Bibit Besar di Lahan Pembibitan

 Bibit kelapa sawit ditanam langsung dalam tanah pada jarak yang lebar. Bibit-bibit tersebut dipelihara (disiangi, dipupuk dan lain-lain) seperti halnya bibit di tanam di lapangan.

 Saat bibit akan ditanam di lapangan, bibit di-pruning ringan kemudian daunnya diikat untuk mencegah kerusakan dan memudahkan pengangkutan.

 Waktu menggali, tanah disekitar akar harus terbawa bersama bibit. Bibit yang sudah dibongkar dibungkus memakai karung dan langsung dipindahkan ke lokasi tanam.

 Pengangkutan bibit dilaksanakan sebagaimana pengangkutan bibit kelapa sawit ukuran normal. Sebelum diangkut ke lapangan harus disiram dahulu.

 Kerugian dari sistem ini adalah diperlukan banyak tenaga kerja saat membongkar, memuat dan mengangkut bibit apabila kerjakan manual. Pada beberapa kasus penggunaan alat berat Back Hoe Loader sangat membantu untuk menggali dan mengangkat/mengangkut bibit tersebut. Cara ini terbukti lebih cepat dan mudah untuk memindahkan bibit berukuran besar.

b. Stok Bibit Besar dalam Polybag Besar

 Polybag yang digunakan berukuran 60 cm x 75 cm. Polybag tersebut ditata dengan jarak dua kali jarak polybag ukuran biasa. Jarak antar polybag yang biasa dipakai adalah sebagai berikut :

 1,52 m (5ft) segitiga sama sisi, menghasilkan 4.972 bibit per ha
 1,83 m (6ft) segitiga sama sisi, menghasilkan 3.544 bibit per ha
 2,13 m (7ft) segitiga sama sisi, menghasilkan 2.538 bibit per ha
 2,44 m (8ft) segitiga sama sisi, menghasilkan 1.942 bibit per ha

 Akar bibit yang tumbuh dan menembus tanah dipotong dengan cara menggoyang-goyangkan polybag dua minggu sebelum bibit dipindahkan. Pelepah diikat untuk memudahkan pengangkutan bibit. Untuk mengangkat polybag tersebut bukan hal yang mudah karena beratnya mencapai 40 kg atau lebih per polybag. Oleh sebab itu, muat bibit dapat menggunakan alat berat.

 Disarankan membuat lubang dahulu sesuai dengan ukuran polybag. Pembuatan lubang dapat menggunakan post hole digger yang dijalankan oleh traktor.

 Akar bibit dipotong dan dirapikan. Dengan demikian ukuran lubang yang dibuat dapat lebih kecil serta dikerjakan lebih cepat.

10. MEKANISASI DI DALAM PEMBIBITAN

 Mekanisasi di bidang pertanian dan perkebunan telah lama diperkenalkan. Penggunaan mesin-mesin pertanian kadang-kadang dilakukan karena tingginya biaya upah pekerja atau sulitnya mendapatkan tenaga yang diperlukan.

 Penggunaan mesin pada usaha pertanian dan perkebunan bukan untuk mengurangi biaya operasi tetapi lebih ditujukan untuk mengurangi jumlah pekerja yang diperlukan.

 Mekanisasi di bidang pertanian dan perkebunan memberikan beberapa keuntungan yang lebih efektif :

 Mengurangi jumlah pekerja
 Meningkatkan produktivitas karyawan yang ada.
 Memperbaiki konsistensi keseluruhan pekerjaan.
 Memperbaiki sistem pekerjaan.
 Mudah melaksakan manajemen pengawasan dan kontrol.
 Mengurangi resiko yang ditimbulkan karena kesalahan manusia.
 Peralatan dapat digunakan untuk lebih dari satu jenis pekerjaan.
 Memungkinkan dapat mengurangi biaya operasi atau setidak-tidaknya sama dengan sistem manual
 Memberikan cara kerja baru yang tidak dapat dilaksanakan dengan cara kerja manual.
 Dapat menyelesaikan pekerjaan dalam skala besar.

 Penggunaan mesin-mesin atau mekanisasi di pembibitan hanya pada sebagaian pekerjaan saja. Artinya tidak seluruh jenis kegiatan dapat dilakukan dengan mesin. Oleh sebab itu perlu dicermati skala pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan mekanisasi tersebut. Pada pembibitan skala kecil tidak ada keuntungan yang diperoleh dari sistem mekanisasi.

 Bagian-bagain yang memberi keuntungan dengan menerapkan sistem mekanisasi dalam pembibitan, adalah :

Mekanisasi Penyiraman di Pembibitan

 Penyiraman memakai sistem head sprinker (di areal pembibitan skala besar).
 Penyiraman memakai selang politen perforasi misalnya Sumisansui. Penyiraman sistem ini dapat diterapkan pada pembibitan skala kecil.

Mekanisasi Pemupukan di Pembibitan

 Pemupukan langsung melalui jaringan air penyiraman. Sistem ini disebut “Fertigation”. Pembuatan sistem ini harus diatur sedemikian rupa sehingga jumlah pupuk yang dialirkan sesuai dengan jumlah pupuk yang diperlukan tanaman.
 Pupuk diberikan dengan sistem menetes atau sistem semprot per bibit. Penerapan sistem ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada pupuk yang terbuang sia-sia.
 Pemupukan dengan mekanisasi sangat efektif dan banyak mengurangi tenaga kerja yang diperlukan.

Penggunaan Mini Traktor di Pembibitan

 Penggunaan mini traktor di pembibitan cukup aplikatif dibandingkan traktor besar (lebih dari 65 PK) beserta trailernya.
 Traktor yang cocok untuk digunakan di pembibitan adalah traktor berukuran 20 HP dengan jarak roda yang pendek serta mudah untuk melakukan manuver-manuver.
 Penggunaan mini traktor untuk luas pembibitan lebih dari 10 ha masih layak ditinjau dari sudut ekonomi.
 Dengan trailer dibuat rendah, alat tersebut layak untuk kegiatan-kegiatan berikut ini :
 Pengangkutan alat dan bahan-bahan di pembibitan
 Pengangkutan bibit dalam polybag kecil yang akan ditransplanting ke pembibitan utama
 Digunakan untuk kegiatan penyemprotan herbisida dan fungisida.
 Pembuatan lubang pagar pembibitan dengan auger.
 Digunakan untuk membajak bedengan dan lain sebagainya.

 Mini traktor dapat juga digunakan di luar pembibitan misalnya:
Pembutan lubang tanam di lapangan dengan auger.
Mengangkut bibit ke lapangan untuk ditanam di lokasi becek, apabila menggunakan farm traktor besar tidak dapat masuk karena terlalu berat.
Membawa bibit ke tempat yang berteras curam, apabila menggunakan farm traktor besar akan terguling.
 Mini traktor dapat digunakan untuk latihan menyupir sebelum dapat menjalankan traktor besar.

8.5. RUMUS UNTUK PERHITUNGAN DI PEMBIBITAN

a. Ukuran Dasar dan Luas

1 chain = 22 kaki
1 acre = 10 chain2
1 acre = 43.560 kaki2
1 ha = 10.000 m2
1 acre = 0,40469 ha
1 ha = 2,47105 acre

b. Perhitungan Jumlah Bibit per Acre atau Ha di Pembibitan

 Untuk spacing berbentuk persegi perhitungannya adalah sebagai berikut :

Per acre – Jika ditanam dengan jarak 3 kaki2
(3 kaki x 3 kaki = 9 kaki2)

43.560 kaki2 = 4.840 tanaman per acre
9 kaki2

Per ha – Jika ditanam dengan jarak 0,9 m
(0,9 m x 0,9 m = 0,81 m2)

10.000 m2 = 12.345 tanaman per ha
0,81 m2

 Spacing yang berbentuk segitiga perhitungannya adalah populasi tanaman pada areal persegi dikalikan dengan koefisien 1,155. Artinya populasi per ha dengan spacing segitiga lebih banyak 15,5% daripada spacing persegi.

Sebagai contoh : bila perhitungan diatas digunakan spacing segitiga maka jumlah tanaman menjadi :

Jarak 3 kaki hasilnya 4.840 x 1.155 = 5.590 tanaman per acre
Jarak 0,9 m hasilnya 12.345 x 1,155 = 14.258 tanaman per ha

c. Perhitungan Debit Air

 Perhitungan debit air secara kasar dapat dilakukan dengan menghitung rata-rata lebar (dalam feet) dan kedalaman aliran air (dalam feet). Kecepatan aliran dihitung dengan cara mengukur benda terapung yang terbawa aliran air (dalam feet per detik).

 Kecepatan rata-rata aliran adalah 80% atau faktor koreksinya = 0,8.

 Debet air dihitung dari perkalian luas penampang sungai atau parit dikalikan kecepatan rata-rata yang telah terkoreksi (dalam feet3/detik). Hasil yang diperoleh dapat dikonversikan dalam satuan galon dengan cara mengalikan angka 6,25 (1 feet3 air = 6,25 galon). Bila dihitung dalam 1 menit maka dikalikan 60 dan dalam 1 jam dikalaikan 3.600.

Contoh :

Sungai dengan kedalaman 1 feet dan lebar 3 feet memiliki kecepatan aliran air permukaan 2 feet per detik. Perhitungan debet air sungai tersebut adalah sebagai berikut :

1 feet x 3 feet x 2 feet x 0,8 = 4,8 feet3 per detik
= 4,8 feet3 x 6,25 galon
= 30 galon/detik
30 x 60 = 1.800 galon per menit
30 x 3.600 = 108.000 galon per jam.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perhitungan dilakukan beberapa kali kemudian hasilnya dirata-ratakan.

Sangat penting untuk mengetahui gambaran debet sumber air di pembibitan terutama pada saat musim kering. Dalam kondisi debet air minimum apakah sumber tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan air di pembibitan atau tidak.

d. Data-data Penting untuk Pengukuran Air

1 inch water = 22.622 imperial gallons per acre
= 4,50 gallons per square yard
= 374,10 gallons per minute applied
= 101,28 tons per acre
= 3.630 cubic feet per acre
= 102,79 cubic metres peracre

1 ton air = 224 imperial gallons
(2.240 lbs) = 1.018,32 liters
= 35,943 cubic feet
= 1,018 cubic metres

1 tonne air = 220,46 imperial gallons
(1.000 kilo) = 1.002,23 liters
= 35,375 cubic feet
= 1,0019 cubic metres

1 imperial = 10 lbs water
gallon = 4,5359 kilos of water
= 0,16 cubic feet
= 4,54 liters

1 cubic = 6,25 imperial gallons
feet water = 28,413 liters
= 62,5 lbs
= 28,349 kilos

e. Pipa di Pembibitan

Pipa PVC dijual dengan berbagai mutu dan variasi harga. Tingkatan mutu yang cocok digunakan di pembibitan adalah sebagai berikut :

Diam 4 inch ke atas – Kelas D
Diam 4 inch ke bawah – Kelas B

13. MEKANISASI DI PEMBIBITAN

 Mekanisasi di bidang pertanian dan perkebunan telah lama diperkenalkan. Penggunaan mesin-mesin pertanian kadang-kadang dilakukan karena tingginya biaya upah pekerja atau sulitnya mendapatkan tenaga yang diperlukan.

 Penggunaan mesin pada usaha pertanian dan perkebunan bukan untuk mengurangi biaya operasi tetapi lebih ditujukan untuk mengurangi jumlah pekerja yang diperlukan.

 Mekanisasi di bidang pertanian dan perkebunan memberikan beberapa keuntungan yang lebih efektif :

 Mengurangi jumlah pekerja
 Meningkatkan produktivitas karyawan yang ada.
 Memperbaiki konsistensi keseluruhan pekerjaan.
 Memperbaiki sistem pekerjaan.
 Mudah melaksakan manajemen pengawasan dan kontrol.
 Mengurangi resiko yang ditimbulkan karena kesalahan manusia.
 Peralatan dapat digunakan untuk lebih dari satu jenis pekerjaan.
 Memungkinkan dapat mengurangi biaya operasi atau setidak-tidaknya sama dengan sistem manual
 Memberikan cara kerja baru yang tidak dapat dilaksanakan dengan cara kerja manual.
 Dapat menyelesaikan pekerjaan dalam skala besar.

 Penggunaan mesin-mesin atau mekanisasi di pembibitan hanya pada sebagaian pekerjaan saja. Artinya tidak seluruh jenis kegiatan dapat dilakukan dengan mesin. Oleh sebab itu perlu dicermati skala pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan mekanisasi tersebut. Pada pembibitan skala kecil tidak ada keuntungan yang diperoleh dari sistem mekanisasi.

13.1. MEKANISASI PENYIRAMAN DI PEMBIBITAN

 Penyiraman memakai sistem head sprinker (di areal pembibitan skala besar).
 Penyiraman memakai selang politen perforasi misalnya Sumisansui. Penyiraman sistem ini dapat diterapkan pada pembibitan skala kecil.

Mekanisasi Pemupukan di Pembibitan

 Pemupukan langsung melalui jaringan air penyiraman. Sistem ini disebut “Fertigation”. Pembuatan sistem ini harus diatur sedemikian rupa sehingga jumlah pupuk yang dialirkan sesuai dengan jumlah pupuk yang diperlukan tanaman.
 Pupuk diberikan dengan sistem menetes atau sistem semprot per bibit. Penerapan sistem ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada pupuk yang terbuang sia-sia.
 Pemupukan dengan mekanisasi sangat efektif dan banyak mengurangi tenaga kerja yang diperlukan.

13.2. PENGGUNAAN MINI TRAKTOR DI PEMBIBITAN

 Penggunaan mini traktor di pembibitan cukup aplikatif dibandingkan traktor besar (lebih dari 65 PK) beserta trailernya.
 Traktor yang cocok untuk digunakan di pembibitan adalah traktor berukuran 20 HP dengan jarak roda yang pendek serta mudah untuk melakukan manuver-manuver.
 Penggunaan mini traktor untuk luas pembibitan lebih dari 10 ha masih layak ditinjau dari sudut ekonomi.
 Dengan trailer dibuat rendah, alat tersebut layak untuk kegiatan-kegiatan berikut ini :
 Pengangkutan alat dan bahan-bahan di pembibitan
 Pengangkutan bibit dalam polybag kecil yang akan ditransplanting ke pembibitan utama
 Digunakan untuk kegiatan penyemprotan herbisida dan fungisida.
 Pembuatan lubang pagar pembibitan dengan auger.
 Digunakan untuk membajak bedengan dan lain sebagainya.

 Mini traktor dapat juga digunakan di luar pembibitan misalnya:
Pembutan lubang tanam di lapangan dengan auger.
Mengangkut bibit ke lapangan untuk ditanam di lokasi becek, apabila menggunakan farm traktor besar tidak dapat masuk karena terlalu berat.
Membawa bibit ke tempat yang berteras curam, apabila menggunakan farm traktor besar akan terguling.

 Mini traktor dapat digunakan untuk latihan menyupir sebelum dapat menjalankan traktor besar.

Tabel-1. Kebutuhan Kecambah per Hektar untuk Setiap Jarak Tanam

JARAK TANAM KERAPATAN TANAMAN/HA JUMLAH KECAMBAH/HA
(m) (pohon) (kecambah)
8,5 x 8,5 x 8,5 159 atau 160 210
9,0 x 9,0 x 9,0 142 atau 143 190
9,1 x 9,1 x 9,1 139 atau 140 180
9,2 x 9,2 x 9,2 135 atau 136 175
9,5 x 9,5 x 9,5 127 atau 128 170
10,0 x 10,0 x 10,0 115 atau 116 150

Tabel-2. Perkiraan Kebutuhan Bibit Siap Tanam per Hektar

Deskripsi Jumlah % Afkir
a. Kecambah diterima 200 biji 80 cm/tahun
2. Dolok Sinumbah (DS) Zaire 02 – 54
Zaire x Zaire 12 – 57
3a. Rispa/AVROS (SP) Zaire 05 – 30
05 – 31
3b. Rispa/AVROS (SP) Zaire 05 – 27 B
70-80 cm /tahun
05 – 28
05 – 73
4. Sungai Pancur 2 (SP 2) D x P
5. Marihat (MA) 03 – 65
6. Yangambi (YA) Zaire 09 – 15 C
60-70 cm /tahun
Kamerun 09 – 19
Zaire 09 – 20
09 – 67
09 – 68
7. LaMe/Cote d’lvore (LM) Cote d’lvore 04 – 17
04 – 21
8. Sungai Pancur 1 (Dumpy) Zaire DUMPY D
9 bulan) :

[10] Tanggal : Tanggal akhir pelaksanaan Seleksi III di MN, yaitu saat bibit disiapkan untuk dikirim ke lapangan untuk ditanam.
[11] Jumlah : Jumlah bibit afkir pada Seleksi III (bibit 9 bulan s/d bibit akan dikirim). Kemudian di bawah angka jumlah tersebut ditulis sisa bibit setelah Seleksi III yaitu : sisa bibit setelah Seleksi II dikurangi jumlah bibit yang afkir pada Seleksi III. Angka sisa bibit setelah Seleksi III tersebut digaris bawahi.

Pengiriman

[12] Tanggal : Tanggal pengiriman bibit sesuai dengan tanggal SP (Surat Pengantar) Bibit, hal ini berarti SP tidak boleh dibuat tanggalnya bila belum ada kepastian pengiriman.
[13] SP No. : Nomor SP Bibit
[14] Tujuan ke : Nama/alamat penerima bibit yang dikirim, sesuai dengan yang tercantum dalam SP Bibit.
[15] Jumlah : Jumlah bibit yang dikirim

Sisa Bibit di Pembibitan

[16] Sisa bibit : Jumlah bibit yang masih tersedia di pembibitan.

Ditanda tangani oleh : Asisten Pembibitan
Kerani Pembibitan

4. PEMELIHARAAN BIBIT

4.1. PENJELASAN UMUM

(a) Termasuk dalam kegiatan pemeliharaan adalah semua aktivitas (baik langsung maupun tidak langsung) pemeliharaan mulai dari bibit di polybag sampai bibit siap dikirim ke lapangan.

(b) Ketentuan secara teknis mengenai langkah-langkah aktivitas pemeliharaan dapat mengikuti “Pedoman Teknis Pembibitan Kelapa Sawit“ dan “Penetapan Nomor Akun”.

(c) Sesuai dengan kebijakan, maka pengalokasian biaya harus berdasarkan bulan tanam atau kelompok umur bibit, maka pencatatan aktivitas kegiatan maupun penggunaan bahan dicatat sesuai plot masing-masing.

(d) Ketentuan-ketentuan mengenai alokasi biaya misalnya : pembebanan biaya pompa air, pengawasan, administrasi dan sebagainya akan dilakukan oleh Kantor Kebun.

4.2. PROSEDUR PENCATATAN KEGIATAN PEMELIHARAAN PEMBIBITAN

(a) Perlakuan pemeliharaan pembibitan adalah sesuai dengan tahapan yang diatur dalam “Pedoman Pencatatan Akuntansi”.

(b) Setiap aktivitas pemeliharaan bibit oleh Mandor Pembibitan harus dicatat dalam Buku Kegiatan Mandor (BKM) secara harian.

(c) Berdasarkan BKM, oleh Kerani Pembibitan akan direkap ke dalam “Laporan Pemeliharaan Pembibitan Harian” yaitu prestasi kerja, penggunaan HK dan bahan. Sedangkan absensi karyawan yang terdapat di lembar BKM direkap oleh Kerani menjadi ”Daftar Absensi” (untuk pembayaran upah).

(d) Dari ”Laporan Pemeliharaan Pembibitan Harian” tersebut oleh Kerani Pembibitan direkap menjadi ”Laporan Pemeliharaan Pembibitan Bulanan” (secara manual).
5. SARANA ADMINISTRASI PEMELIHARAAN BIBIT

5.1. BUKU KEGIATAN MANDOR

a. Tujuan : Untuk mencatat semua kegiatan harian yang dikerjakan oleh karyawan maupun pemborong
b. Sumber data : – Hasil kerja di lapangan
– SP penerimaan kecambah
– SP pengiriman bibit dan
– Bon Pengeluaran Barang (BPB)
c. Batas pelaporan : Sore hari
d. Dibuat oleh : Mandor Pembibitan
e. Diperiksa oleh : Mandor Kepala (Mandor I)
f. Disetujui oleh : Asisten Pembibitan
g. Rangkap : 1 rangkap
h. Distribusi : Ke Kantor Afdeling Pembibitan
i. Ukuran Kertas : ½ kuarto (bentuk buku).

CARA PENGISIAN FORMULIR SEBAGAI BERIKUT :

SAMPUL DEPAN :

PT. : Nama PT yang bersangkutan
Kebun : Nama kebun yang bersangkutan
Afdeling : Nama atau nomor afdeling
Mandor : Nama mandor yang memegang buku tersebut
Bulan : Nama bulan dan tahun buku tersebut dipakai.

HALAMAN PERTAMA

Afdeling : Nama atau nomor afdeling
Mandor : Nama mandor

[1] Tanggal : Tanggal aktifitas
[2] No. Perkiraan : Nomor akun sesuai dengan pekerjaan
[3] Jenis Pekerjaan : Nama pekerjaan yang dilakukan

Lokasi Kerja

[4] Bulan Tanam : Nama bulan saat bibit ditanam
[5] No. Plot : Nomor plot pembibitan
[6] Jumlah Bibit : Jumlah bibit yang dilakukan pemeliharaan.

Hasil Kerja

[7] Satuan : Satuan hasil kerja (ha, m, bibit, dsb)
[8] Jumlah : Jumlah prestasi yang dicapai per hari

Tenaga Kerja

[9] Lk : Jumlah karyawan laki-laki
[10] Pr : Jumlah karyawan perempuan
[11] Jumlah : [9] + [10]

Pemakaian Bahan

[12] Nama Bahan : Nama bahan yang dipakai (merk bahan)
[13] Satuan : Satuan bahan yang digunakan
[14] Jumlah : Jumlah bahan yang digunakan

Paraf : Diparaf setiap hari oleh Asisten Pembibitan atau Mandor I.
Keterangan : Progress pekerjaan apakah selesai atau belum selesai.

Catatan :

(a) Kegiatan kontraktor yang prestasinya diukur berdasarkan hasil kerja (volume) untuk kolom-kolom absensi tidak perlu diisi

(b) Sedangkan untuk pihak kontraktor pengisiannya tergantung keperluan masing-masing kontraktor yang bersangkutan, karena status karyawan tersebut adalah tanggung jawab penuh dari pihak kontraktor.

(c) Tata tertib pelaporan yang tercetak di sampul bagian dalam untuk dipahami dan dilaksanakan oleh mandor pelaksana.

HALAMAN KEDUA :

Mandor : Nama mandor yang bersangkutan
Bulan : Nama bulan yang bersangkutan

[1] No : Nomor urut karyawan
[2] Nama : Nama karyawan pada mandoran tersebut
[3] 1-31 : Tanggal, diisi kehadiran karyawan dengan mencantumkan K = kerja, M = mangkir, S = sakit, C = cuti dan P = ijin.
[4] Jumlah : Jumlah HK yang bekerja (= jumlah K)

HALAMAN KETIGA

Mandor : Nama Mandor yang bersangkutan
Bulan : Nama bulan yang berjalan

[1] No. Perkiraan : Nomor akun pembebanan
[2] Jenis Pekerjaan : Nama akun yang menerima beban pekerjaan
[3] 1-31 : Tanggal diisi alokasi HK untuk masing-masing pekerjaan
[4] Jumlah : Jumlah HK yang bekerja per pekerjaan per bulan

Jumlah HK : Jumlah HK per tanggal

Perincian absensi : Diisi setiap tanggal sesuai dengan alasan ketidak hadiran karyawan tersebut.

5.2. BUKU HARIAN SELEKSI BIBIT

a. Tujuan : Untuk mencatat hasil seleksi bibit per sumber per jenis bibit sehingga diketahui prosentase bibit yang rusak.

Perlu diingat bahwa jumlah bibit hasil seleksi yang dimasukkan ke formulir adalah bibit yang betul-betul afkir (tidak akan digunakan lagi).

Bila bibit hasil seleksi tersebut masih akan dipelihara karena masih ada kemungkinan untuk menjadi baik, maka bibit hasil seleksi tersebut tidak perlu dicatat dalam buku harian seleksi bibit.

b. Sumber data : Pengamatan langsung di lapangan
c. Batas pelaporan : Harian
d. Dibuat oleh : Mandor Pembibitan
e. Diperiksa oleh : Asisten Pembibitan
f. Disetujui oleh : –
g. Rangkap : 1 rangkap
h. Distribusi : Arsip Afdeling Pembibitan
i. Ukuran kertas : ½ kuarto memanjang.

CARA PENGISIAN FORMULIR SEBAGAI BERIKUT :

SAMPUL DEPAN :

PT. : Nama PT yang bersangkutan
Kebun : Nama kebun yang bersangkutan
Afdeling : Nama atau nomor afdeling

HALAMAN KEDUA :

PT : Nama PT yang bersangkutan
Unit usaha : Nama unit kebun yang bersangkutan
Seleksi ke : Seleksi ke 1/2/3, yaitu :
Ke 1 : Sejak tanam kecambah s/d umur 3 bulan
Ke 2 : Diatas umur 3 bulan s/d umur 9 bulan dan
Ke 3 : Diatas umur 9 bulan s/d bibit dikirim ke lapangan
Sumber : Sumber bibit a.l : Marihat, Rispa, Socfindo
Jenis : Jenis kecambah/bibit misalnya : DxP, DyP
Tanggal Tanam : Tanggal saat penanaman kecambah
No. Kartu : Nomor kartu bibit yang bersangkutan
No. Plot : Nomor plot pada bedengan
Jumlah bibit : Jumlah bibit per sumber per jenis

[1] Tanggal : Tanggal pelaksanaan seleksi bibit

Seleksi pada Bulan : Bulan pelaksanaan seleksi

[2] (a) s/d (h) : Bibit afkir (untuk masing-masing parameter) hasil seleksi.
[3] Total : Jumlah bibit afkir hasil seleksi.
[4] Paraf Asisten : Diparaf Asisten Pembibitan setiap seleksi bibit

Total : Jumlah bibit afkir per periode seleksi

Keterangan : Parameter bibit afkir.

HALAMAN AKHIR :

Mencantumkan “ketentuan pencatatan” dalam melakukan seleksi bibit di pembibitan.

6. PENGIRIMAN BIBIT

6.1. PENJELASAN UMUM

Mengingat jarak lokasi pembibitan dengan tempat penanaman biasanya cukup jauh serta kondisi jalan sulit ditempuh (khususnya pada waktu musim hujan) maka pengiriman bibit harus diperhatikan secara serius, yaitu :

6.2. RENCANA PENGIRIMAN BIBIT

(a) Rencana pengiriman bibit harus dibuat berdasarkan kebutuhan bibit per masing-masing Unit Kebun sesuai dengan rencana pembukaan lahan dan rencana tanam.
(b) Setiap akhir tahun Unit Kebun yang mempunyai lokasi pembibitan harus sudah menerima rencana permintaan bibit baik dari masing-masing afdeling maupun dari unit kebun lain.

6.3. PERMINTAAN PENGIRIMAN BIBIT

(a) Pengiriman bibit dari lokasi pembibitan ke lapangan atau ke unit kebun lain harus disertakan “Surat Permintaan Pengiriman Bibit“ yang disetujui oleh Kepala Kebun untuk pengiriman ke Afdeling sedangkan pengiriman ke unit kebun lain perlu persetujuan dari Area Manager/Kepala Unit (KU).
(b) Permintaan pengiriman bibit dibuat berdasarkan atas Rencana Pengiriman Bibit.

6.4. STOK BIBIT

(a) Pada dasarnya kebutuhan untuk intern unit kebun yang mempunyai pembibitan adalah merupakan prioritas yang perlu didahulukan, oleh sebab itu stok bibit harus diperhatikan sebelum unit kebun yang bersangkutan melakukan pengiriman.
(b) Perencanaan tanam intern maupun unit kebun lain yang akan memanfaaatkan bibit tersebut harus dilakukan secara cermat, hal ini guna menghindari stok bibit tua.
7. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGIRIMAN BIBIT

7.1. LOKASI PENGIRIMAN

(a) Intern Kebun : Kepada Asisten Afdeling (untuk swakelola) dan kepada Kontraktor (untuk pengelolaan ber-dasarkan kontrak) dalam kebun sendiri.

(b) Antar kebun : Kepada Kepala Kebun lain dalam 1 group.

(c) Eksternal : Kepada kebun lain di luar kebun grup

7.2. TANGGUNG JAWAB

Asisten Pembibitan bertanggungjawab terhadap setiap pengeluaran bibit.

7.3. PENGIRIMAN BIBIT INTERN

(a) Pengertian pengiriman intern adalah pengiriman bibit yang ditujukan untuk penanaman di lokasi Afdeling maupun kontraktor pada unit kebun sendiri.

(b) Pengiriman bibit intern (baik swakelola maupun dikerjakan oleh kontraktor) harus ada surat permohonan dari Asisten Afdeling kepada Kepala Kebun.

(c) Isi permohonan harus menginformasikan tentang lokasi penanaman, jumlah, sumber, jenis bibit serta nama jelas dan tanda tangan peminta.

7.4. PENGIRIMAN BIBIT ANTAR KEBUN

(a) Pengertian “Pengiriman Antar Kebun “ adalah unit kebun sepupu dalam satu grup perusahaan.
(b) Pengiriman bibit antar kebun harus ada persetujuan dari Area Manager atau Kepala Unit.

(c) Proses selanjutnya masing-masing kebun harus membuat rencana kebutuhan bibit dalam periode satu tahun (berdasarkan program tanam masing-masing kebun) yang ditujukan kepada Kepala Kebun yang mempunyai bibit.

7.5. PENGIRIMAN BIBIT EKSTERNAL

(a) Pengertian pengiriman bibit “eksternal” adalah pengiriman berdasarkan atas jual beli ke unit kebun lain.

(b) Harus ada surat permintaan dari krbun yang bersangkutan kepada Manajemen Kantor Pusat.

(c) Bila permintaan tersebut disetujui baik dalam jumlah, jenis dan harga maka pihak unit kebun dapat memproses pengiriman bibit tersebut.

(d) Beberapa perlakuan tentang jual beli tersebut harus berpedoman kepada Kebijakan dan Pedoman Pencatatan Akuntansi.

7.6. PENETAPAN HARGA BIBIT

(a) Harga bibit ditetapkan oleh Division Head Accounting/Finance di kantor pusat.

(b) Perhitungan harga bibit sebagai dasar untuk pembebanan adalah berdasarkan harga rata rata tertimbang (weighted average) yaitu :

Bn
Harga/Bibit (Hn) = ——–
Jn

Keterangan :

Kn = Koofisien per kelompok umur
K = Total koofisien = umur bibit x jumlah
Jn = Jumlah bibit menurut umur
Hn = Harga bibit per kelompok umur
B = Jumlah biaya pembibitan (diketahui dari laporan keuangan)
Kn
Bn = Biaya per kelompok umur = ———- x B
K

(c) Sedangkan perlakuan penetapan harga bibit untuk dijual ke eksternal diatur dalam ketetapan tersendiri yang akan dikeluarkan oleh Dept. Accounting Kantor Pusat.

7.7. PELAKSANAAN PENGANGKUTAN

(a) Bibit yang akan dipindahkan ke lapangan harus merupakan kelompok bibit yang homogen dalam arti sumber, jenis dan umur adalah sama. Hal ini tercatat dalam papan nama pembibitan dan kartu bibit.

(b) Setiap pengangkutan harus disertakan “Surat Pengantar Pengiriman Bibit“ yang dikeluarkan oleh Kantor Besar.

(c) Pengangkutan bibit harus diatur secara rapi dan tidak bertumpuk dalam bak pengangkutan.

8. SARANA ADMINISTRASI PENGIRIMAN BIBIT

8.1. RENCANA DISTRIBUSI BIBIT

a Tujuan : Untuk perencanaan pengiriman bibit
b Sumber data : Permintaan Pengiriman Bibit yang telah disetujui oleh Kepala Kebun
c Periode : Bulanan
d Dibuat oleh : Asisten Pembibitan
e Diperiksa oleh : Askep
f Disetujui oleh : Kepala Kebun
g Rangkap : 1 Rangkap
h Distribusi : Arsip Pembibitan
i Ukuran kertas : Folio (bentuk buku)

CARA PENGISIAN FORMULIR SEBAGAI BERIKUT :

PT : Nama PT yang bersangkutan
Unit : Nama kebun yang bersangkutan
Bulan : Nama bulan yang akan datang

[1] No. : Nomor urut

Bibit

[2] Sumber : Misalnya : Marihat, Rispa, Socfindo dan lain-lain
[3] Jenis : Misalnya : DxP, DyP dan lain-lain
[4] Umur : Umur bibit dalam bulan
[5] Jumlah : Jumlah menurut kartu bibit pada bulan tersebut

Rencana Pengiriman

[6] Tanggal : Rencana tanggal pengiriman
[7] Tujuan : Tujuan pengiriman
[8] Jumlah : Jumlah yang akan dikirim
[9] Saldo : [5] – [7]
[10] Keterangan : Penjelasan lain bila diperlukan.
8.2. PERMINTAAN PENGIRIMAN BIBIT

a Tujuan : Untuk dasar pengiriman bibit sehingga Asisten Pembibitan dapat mengalokasikan bibit yang ada.
b Sumber data : Program tanam dan kondisi pembukaan lahan
c Periode : Insidentil
d Dibuat oleh : Asisten Afdeling
e Diperiksa oleh : Askep
f Disetujui oleh : Kepala Kebun
g Rangkap : 3 rangkap
h Distribusi : – Ke 1 untuk Kantor Kebun
– Ke 2 untuk Afdeling Pembibitan
– Ke 3 untuk arsip peminta
i Ukuran kertas : ½ kuarto (bentuk lembar lepas)

CARA PENGISIAN FORMULIR SEBAGAI BERIKUT :

PT : Nama PT yang bersangkutan
Unit usaha : Nama kebun yang bersangkutan
Kepada Yth : Kepala Kebun yang dituju
Di : Nama unit kebun yang dituju
No. : Penomoran surat sesuai aturan perusahaan
—–,–/–/– : Hari, tanggal/bulan/tahun bibit tersebut diperlukan

[1] Sumber : Nama sumber bibit, misalnya : Marihat, Socfindo
[2] Jenis : Jenis bibit, misalnya : DxP, DyP
[3] Umur : Umur bibit (dalam bulan) yang diperlukan
[4] Jumlah bibit : Jumlah bibit yang diminta per masing-masing sumber dan jenis.
[5] Tujuan : Tujuan pengiriman bibit : untuk tanaman baru, sisip, replanting dan sebagainya.
[6] Lokasi : Lokasi bibit tersebut akan ditanam (No. Afdeling atau No. Blok)
Disetujui oleh : Tanda tangan dan nama Kepala Kebun
Diminta oleh : Asisten Afdeling atau Kepala Kebun unit kebun lain.
Catatan : Pejelasan lain bila diperlukan
8.3. SURAT PENGANTAR PENGIRIMAN BIBIT

a Tujuan : Untuk pengantar pengiriman bibit ke lokasi tujuan.
b Sumber data : Permintaan pengiriman bibit yang telah disetujui oleh Kepala Kebun
c Periode : Insidentil
d Dibuat oleh : Kerani pembibitan
e Diperiksa oleh : –
f Disetujui oleh : –
g Rangkap : 4 rangkap
h Distribusi : – Ke 1 untuk Kantor Kebun
– Ke 2 untuk transport
– Ke 3 untuk arsip penerima
– Ke 4 untuk arsip Afdeling Pembibitan
i Ukuran kertas : ½ kuarto (bentuk lembar lepas)

CARA PENGISIAN FORMULIR SEBAGAI BERIKUT :

PT : Nama PT yang bersangkutan
Unit usaha : Nama kebun yang bersangkutan
No : Penomoran sesuai dengan aturan perusahaan

Bila suatu saat SP yang dibuat tidak jadi dilaksanakan, maka SP ini tidak boleh disobek/ dibuang, tapi dicoret dengan tanda kali besar pakai spidol dan ditulis “BATAL” lalu diarsipkan di Afdeling Pembibitan.

Kepada : Nama penerima atau peminta bibit tersebut

Bila yang menerima adalah afdeling dalam perkebunan sendiri maka diisi dengan nomor afdeling. Bila yang menerima perkebunan lain dalam grup maka diisi dengan nama perkebunan penerima tersebut.

Dari : Nama afdeling atau perkebunan yang bersangkutan
Tanggal : Tanggal/bulun/tahun pada waktu pengiriman bibit

.……/…../…… : Nomor surat Permintaan Permintaan Pengiriman Bibit dari afdeling atau perusahaan yang meminta bibit.

Spesifikasi Bibit :

[1] Sumber : Nama sumber bibit, misalnya : Marihat, Socfindo
[2] Jenis : Jenis bibit, misalnya : DxP, DyP dan lain-laian
[3] Umur : Umur bibit yang dikirim (dalam bulan)
[4] Jumlah Bibit : Jumlah bibit yang dikirim per sumber dan jenis bibit.

Pengiriman Bibit :

[5] Lokasi : Lokasi yang akan menerima bibit (nama kebun, nomor afdeling, nomor blok atau tempat lainnya).
[6] Transportir : – DO. No. : Nomor DO pesanan bibit tersebut (bila ada)
– Tanggal : Tanggal DO tersebut.
– Transportir : Nama perusahaan transportir yang mengangkut bibit tersebut atau nomor kendaraan yang digunakan

Diterima : Diisi dengan tanda silang (X) disebelah kata cukup atau kurang. Jika ada kekurangan pengiriman bibit, maka dicantumkan jumlah kekurangannya.

Penerima : Ditandatangani dan dicantumkan nama Asisten Pembibitan atau Kepala Kebun penerima bibit.

Diketahui : Ditandatangani dan dicantumkan nama Kepala Kebun pengirim bibit.

Pengirim : Ditandatangani dan dicantumkan nama Asisten Pembibitan

9. PELAPORAN

9.1. PENJELASAN UMUM

Pelaporan kegiatan pembibitan merupakan bagian dari Laporan Kepala Kebun sesuai dengan kebijakan Agronomi yang telah disusun sehingga dengan standarisasi pelaporan ini diharapkan arus dokumen untuk kegiatan pembibitan dapat ditelusuri secara jelas sumber datanya.

9.2. ISI LAPORAN

A. Pembibitan Statement

a. Model :
b. Sumber Data : Rencana Kerja Tahunan, Kartu Bibit dan SP Bibit

B. Pemeliharaan BibitT

a. Model :
b. Sumber Data : Buku Kegiatan Mandor (BKM), Laporan Harian Asisten dan Buku Prestasi Kerja
C. Pengiriman/Penerimaan Bibit

a. Model :
b. Sumber Data : Buku Kegiatan Mandor (BKM), SP Bibit

D. Biaya Pembibitan

a. Model :
b. Sumber Data : Buku Kegiatan Mandor (BKM), Bukti Pengeluaran Barang

E. Harga Bibit per Kelompok Umur

a. Model :
b. Sumber Data : Pembibitan Statement