Panduan Aplikasi Pupuk Pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan

Panduan Aplikasi Pupuk Pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan

1. Penyerapan Unsur Hara oleh Tanaman

Pada tanaman berumur 8 – 10 tahun pada setiap tahunnya diperlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan produksi ( 25 ton TBS/Ha/tahun ) sebanyak kurang lebih 192,5 kg unsur N, 26,0 kg unsur P, 251,4 kg unsur K dan 61,3 kg unsur Mg. Jadi, untuk mempertahankan produksi yang tinggi, unsur hara yang diserap oleh tanaman harus diganti dalam bentuk pupuk anorganik dan organic seperti janjangan kosong dan POME (Palm Oil Mill Efluent).

2. Pengambilan Contoh Pupuk dan Analisis

Untuk memastikan bahwa pupuk yang kita terima adalah mempunyai kualitas yang baik sesuai dengan spesifikasi dalam transaksi pembelian, maka perlu dilakukan pengambilan contoh pupuk dan dikirim ke laboratorium untuk di analisis. Sebelum hasil analisis diterima dengan spesifikasi yang diharapkan maka pupuk yang telah berada di kebun tersebut belum bisa diaplikasikan.

3. Dosis, Waktu, Peletakan dan Supervisi Pemupukan

Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang tinggi sangat perlu untuk mengaplikasikan pupuk pada dosis , waktu dan tempat yang tepat.

Dosis Aplikasi Pupuk
Dosis aplikasi pupuk yang telah direkomendasikan oleh R & D harus diikuti.Management kebun harus menyediakan takaran yang tepat dan seragam antara penabur satu dengan yang lainnya.

Waktu Aplikasi Pupuk
Aplikasi pupuk saat musim hujan dengan curah hujan lebih dari 300 mm/bulan harus dihindari, pupuk harus dipesan lebih awal sehingga aplikasi pupuk dapat mengikuti jadual yang telah direkomendasikan.Begitu juga pupuk jenis Urea tidak dianjurkan untuk ditaburkan pada bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm/bulan).

Peletakan Pupuk
Pupuk harus ditabur secara merata pada piringan yang bersih yaitu pada radius 30 cm dari pangkal batang ke arah ujung kanopi tanaman

Supervisi Pemupukan
Untuk mendapatkan hasil pemupukan yang efektif, supervisi yang ketat merupakan keharusan. Mandor yang bertanggung jawab di dalam pemupukan harus selalu berada dilokasi dimana pemupukan dilakukan. Asisten divisi harus selalu melakukan pengecekan dan memastikan bahwa pemupuk telah menaburkan dosis pupuk yang tepat pada tempat yang telah ditentukan

4. Pencampuran dan Interval waktu Pemupukan

4.1 Selang Waktu antara Dua Rotasi Pemupukan
Selang waktu antara dua rotasi pemupukan masing-masing jenis pupuk (contoh Urea atau MOP) tidak boleh kurang dari 2 bulan.

4.2 Pupuk Nitrogen dan Alkalin
Pupuk-pupuk Nitrogen seperti Amonium Sulphat dan Urea tidak dianjurkan untuk dicampur dengan pupuk Alkalin seprti Rock Phosphate (RP), TSP dan Abu Janjang. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi dampak penguapan nitrogen. Begitu juga dalam aplikasi di lapangan tidak boleh bersama-sama. Selang waktu aplikasi antara pupuk alkalin dan nitrogen tidak boleh kurang dari 4 minggu.

4.3. Sifat Antagonis pupuk Kieserite/Dolomite dan MOP serta Boron.
Untuk menghindari sifat antagonis antara pupuk K dan Mg, serta K dan B, pupuk MOP tidak boleh dicampur dengan Kieserit/Dolomite atau Boron. Pupuk-pupuk tersebut tidak boleh diaplikasi bersama-sama. Selang waktu aplikasi antara pupuk MOP dan Kieserite atau antara MOP dan Dolomite atau antara MOP dan HGFB tidak boleh kurang dari 4 minggu.

4.4. Urea, RP/CuSO4
Urea dan RP cenderung menurunkan/mengurang penyerapan Cu oleh tanaman. Jadi, pupuk Copper Sulphate (Cu) tidak boleh diaplikasikan segera setelah aplikasi Urea atau RP. Selang waktu aplikasi antara kedua pupuk tersebut tidak boleh kurang dari 4 minggu.

5. Toksisitas Pupuk Mikro

Pupuk-pupuk mikro seperti HGFB, CuSO4, ZnSO4 dan MnSO4 harus diaplikasikan secara hati-hati. Aplikasi yang berlebihan akan menyebabkan keracunan tanaman. Apabila terdapat kelebihan pupuk setelah selesai dalam satu blok, maka sisa tersebut dilarang untuk ditaburkan ulang dalam blok yang sama.

6. Aplikasi Abu Janjang

Abu janjang yang dihasilkan oleh pabrik ( bila ada insenerator ), harus diaplikasikan ke lapangan (khususnya tanah gambut). Abu janjang merupakan sumber K dan diperlakukan sebagai sumber pupuk dan bukan merupakan bahan buangan.

Abu janjang dapat digunakan sebagai substitusi pupuk MOP dengan konversi 2 bagian abu janjang ke 1 bagian pupuk MOP. Abu janjang dengan kadar air lebih dari 10 % tidak dianjurkan untuk diaplikasikan. Aplikasi abu janjang dalam setahun tidak boleh lebih dari satu kali.